Saat Itu Kita Masih Terlalu Muda
Suara langkah kaki terdengar dengan jelas namun pelan, seorang gadis yang masih sibuk mengerjakan pekerjaan di dekat kompor langsung terhenti dalam mengerjakan aktivitas nya dan kedua mata mereka bertemu.
Tidak ada suara dan hanya air mata saja yang mengalir diantara keduanya. Sesak semakin terasa dan mereka masih saja diam tak bersuara.
Sepersekian detik mereka masih saja diam seribu bahasa seolah tengah berbicara dari hati kehati. Hingga perempuan yang memiliki nama indah Walda itu memutuskan kontak mata diantara mereka dan lebih memilih untuk membuang pandangannya jauh menelisik kearah jendela seolah tengah membatasi jarak pandang nya kearah laki-laki itu.
"Maafkan aku!"
Dua kata yang lolos dari bibir laki-laki bernama Arbian dan saat ini tengah berdiri lesu dan sedikit menunduk dihadapan nya itu.
Deg
Kata-kata yang sudah sangat lama ditunggu itu kini sudah tidak lagi berarti untuk nya, kata maaf memang sangat berarti bagi seseorang yang sudah lama tergores hatinya. Namun saat goresan itu kian melebar dan menyebar hingga meninggalkan sebuah luka yang mengangga dan sulit untuk dibalut maka kata maaf sudah tak lagi memiliki arti.
Tidak ada sahutan sama sekali, Walda hanya diam saja tanpa menggubris dan tanpa menoleh sedikitpun. Ia mencoba untuk mengabaikan Arbian yang masih saja berdiri disana menatap dengan tatapan sendu seolah penuh sesal tak terkira.
"Maafkan aku karena sudah me,,"
"Maaf kami belum buka! Tolong datang saat sudah waktunya buka,"ucap Walda dengan sopan sembari membelakangi Arbian.
Perempuan itu tidak ingin luluh bagaimana pun caranya, ia harus menciptakan dinding karena sejak lama ia sudah tidak ingin berhubungan dengan Arbian lagi.
"Maafkan aku karena sudah membuat mu menanggung segala beban ini sendirian, maafkan aku karena sudah menghancurkan hidupmu."
Tes
Lagi dan lagi air mata Walda tidak bisa ia tahan karena kenangan yang begitu pahit itu kembali ia telan. Hidupnya sudah sangat hancur namun ia sama sekali tidak menyalahkan siapapun karena baginya itu adalah nasib sialnya yang tidak pernah berhenti untuk datang.
"Mohon maaf, kami belum buka dan harap keluar!"
"Maafkan aku sudah meninggalkan mu dan buah hati kita yang masih dalam perutmu saat itu, maafkan aku karena masih terlalu muda dan tidak bertanggungjawab."
"Mungkin anda salah orang, saya sama sekali tidak mengenal mu!"
Walda sudah lama menanamkan dalam hatinya untuk melupakan Arbian dan kalau pun ia tidak sengaja bertemu dengan nya. Maka ia harus bersikap seperti orang lain dan tidak mengenal nya.
Deg
Tentu saja mendengar hal itu hati Arbian akan sakit, namun rasa sakit itu tidak akan sebanding dengan rasa sakit yang sudah lama ditanggung oleh Walda.
Gadis itu sudah sangat banyak menerima rasa sakit semenjak kepergian Arbian saat itu, tidak hanya rasa sakit karena sendirian berjuang ia bahkan harus menerima banyak sekali penghinaan dalam hidup.
"Baiklah aku akan pergi, tapi aku mohon biarkan aku bertemu dengan anak kita sekali saja."
Walda menoleh dengan tatapan sinis dengan air mata ia menatap tajam dan tidak suka kearah Arbian.
"Jangan pernah berani mengaku sebagai ayahnya! Aku tidak pernah memiliki seorang anak dengan mu, ayahnya sudah lama meninggal."
Walda tidak akan pernah menerima kenyataan bahwa Arbian adalah ayah putri nya. Karena sejak lama sekali ia sudah membuang Arbian jauh-jauh.
...🦄Bersambung🦄...
...(Star:02 Mei 2023)...
Hayo hayooo ada apa nih guyss, kenapa ada yang ngaku punya anak bareng Walda sedangkan Walda gak ngakuin ituu.
Yuk guys di simpan yah di pustakanya. Dan jangan lupa kasih dukungan buat penulis kentang rebus ini heheheh.
Jangan lupa like komen dan votenya wan kawan.
See you guys 🧀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Anita Jenius
salam kenal thor
2024-04-04
0
Rita Riau
izin mampir ya Thor 🙏🥰
2024-04-03
0