...⛰️ Bahkan ketika hidup ku tidak pernah berjalan mulus, pandangan orang lain dan juga segala spekulasi mereka. Aku tidak pernah menyalahkan siapapun, karena aku tahu semua itu adalah pertunjukan dalam kehidupan ku yang sial⛰️...
Suara gemericik air terdengar sangat jelas dari arah kamar mandi, karena jarak ranjang yang tidak begitu jauh dari kamar mandi membuat suara air itu semakin terdengar jelas sekali.
Seketika suara tangisan terdengar dari kamar hingga suara air yang mengalir dari sebuah kran seketika terhenti dan seorang wanita keluar dengan tergesa-gesa menuju ranjang dan memperlihatkan raut wajah khawatir nya.
"Hiks,,"
Suara tangisan seorang anak kecil terdengar begitu menyakitkan seolah sedang kehilangan saja. Jelas itu adalah suara anak perempuan yang baru saja terbangun diatas tempat tidur.
"Kenapa sayang kenapa hemm?"
Seorang wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi itu adalah Walda yang sedang sibuk menyiapkan air hangat untuk putri nya. Namun aktivitas itu terhenti karena mendengar suara tangisan putrinya dari dalam kamar.
Ia dengan wajah seolah tengah menenangkan Zewa langsung berjalan cepat kearah putrinya dan memeluk Zewa yang sudah bangkit dan merentangkan tangannya kearah Walda.
"Hiks,,mamah dimana?"
Tangisan itu masih sama dan ia dengan cepat mengeratkan pelukannya dileher Walda dan dengan sigap Walda mengusap lembut punggung putrinya yang kini berusia hampir lima tahun itu. Dengan lembut ia mencoba menenangkan putrinya yang masih saja menangis tersedu-sedu.
Walda masih memasang wajah penuh khawatir karena ia mengira semakin hari putrinya akan semakin membaik. Namun ia tidak menemukan perubahan sama sekali, ia selalu saja dibuat khawatir setiap pagi karena saat bangun tidur Zewa akan selalu menangis dan terkadang mencari sosok ayahnya.
Walda sudah beberapa kali menemui dokter dan psikolog namun ia hanya diberitahu bahwa hal seperti itu sangat wajar, anak-anak seusia Zewa memang sering menangis saat bangun tidur.
Walda jelas tidak bisa tenang karena Zewa benar-benar menangis tersedu-sedu dan bagi Walda itu bukanlah hal yang wajar lagi.
"Mamah disini sayang mamah disini! Jangan nangis lagi yah,"ucap Walda dengan pelan dan masih saja mengusap punggung buah hatinya yang sudah mulai tumbuh besar itu.
Zewa sudah mulai tenang dan mengangguk dengan cepat, ia memegang tangan Walda dan menciumi nya berkali-kali.
"Hiks,, maafin Kakak yah mah! Kakak udah bikin mamah sedih,"ucap Zewa saat ia sudah mulai tenang.
Walda mengerti kalau Zewa sendiri sangat tidak ingin menangis namun hal itu sudah menjadi kebiasaan baginya. Saat ia sudah mulai tenang maka ia akan merasa bersalah dan meminta maaf kepada Walda.
"Kakak gak salah kok, yasudah kita mandi dulu yah bentar lagi bus sekolah datang loh."
"Iya mamah! Kakak gabolehhh terlambat kan hihihi."
"Pinter nya tuan putri mamah!"
Zewa mulai membuka satu persatu bajunya sendiri karena Walda Sudah biasa mengajarkan Zewa untuk bersikap mandiri mulai dari membuka baju sendiri,makan sendiri dan bahkan ia juga sudah mulai membantu Walda bekerja pada bagian-bagian yang ringan.
Setelah melihat seluruh pakaian Zewa sudah terlepas Walda kemudian mengangkat tubuh putrinya yang kini beratnya sudah mulai terasa karena Walda memang termasuk anak yang tumbuh sehat dan juga besar dibandingkan anak-anak seusianya.
"Saatnya kita mandi yah kak,"ucap Walda dengan senyuman hangat kearah putrinya.
"Eugh!"
Pintu kamar mandi yang terlihat sedikit rapuh itu dibuka oleh Walda dan kembali menutup nya, suasana kamar mandi yang terlihat sedikit tidak layak itu adalah tempat dimana Walda dan Zewa sering bersenda gurau disana saat Wlada mencuci baju dan juga piring saat ditemani oleh Zewa putrinya.
Dinding semen tanpa cat sudah terlihat sangat suram ditambah lagi lantai yang hanya ditutup dengan papan itu benar-benar sangat terlihat sangat tidak higienis namun karena Walda sangat bersih ia benar-benar membuat suasana kamar mandi terlihat sangat asri dan juga enak dipandang.
"Dingin gak sayang?"
"Enak mah hihi!"
Untuk urusan mandi Walda memang masih ikut serta membantu putrinya karena ia harus memastikan putrinya mandi dengan bersih agar bisa memulai hari dengan penuh kebahagiaan dan semangat.
"Sekarang pakai baju sendiri yah kak, mamah beresin kamar bentar yah!"
Dengan cepat dan tanggap Zewa mengangguk dan meraih seragam TK yang berwarna silver itu. Walda melirik sekilas kearah putrinya dan ia tersenyum bangga melihat putrinya yang benar-benar mandiri dalam melakukan banyak hal.
Setelah itu ia mulai membereskan ranjang berukuran tidak terlalu besar namun masih cocok untuk digunakan oleh Walda dan putrinya itu, suasana kamar yang juga berdinding setengah beton dan setengah kayu itu benar-benar terlihat apik karena Walda sangat ahli dalam menghidupkan ruangan yang suram itu.
Kamar tidur yang tidak luas dan memiliki kamar mandi yang juga lumayan sempit tidaklah menjamin kehidupan orang yang tinggal disana tidak bahagia. Walda dan Zewa benar-benar menikmati berbagai waktu yang bahagia dan juga haru secara bergantian. Bagi mereka rumah yang tidak terlalu besar dan sama sekali tidak mewah itu adalah sebuah istana tempat mereka berpulang dan juga tempat saling mencurahkan kasih sayang secara bersamaan.
Zewa masih sibuk mengancing satu persatu kancing seragam nya dan melihat mamahnya yang sibuk melipat selimut dan juga mengatur beberapa mainan Zewa yang mungkin lupa ia benahi.
"Maaf yah mah!"
Walda yang sibuk membereskan kamar seketika menoleh kearah putrinya yang sudah selesai memakai seragamnya dan kini berada tepat disampingnya sembari memegang jari kelingking nya sembari mendongak keatas mencoba untuk melihat wajah mamahnya.
Perlahan Walda berjongkok dan melihat kearah putrinya dengan senyuman hangat dan sedikit tanda tanya terkilas diwajah Walda.
"Kenapa tuan putri mamah?" Tanya Walda dengan lembut sembari mengusap pelan jari kecil Zewa.
"Tadi malam Zewa ketiduran jadi lupa beresin mainannya. Mamah jadi repot beresinnya huuu." Bibir putrinya sedikit mengerucut dan ada raut rasa bersalah disana.
Jelas hal itu tidak bisa membuat Walda untuk tidak tersenyum, putrinya sungguh menggemaskan dan juga mengharukan secara bersamaan. Diusianya yang begitu belia ia sangat bertanggungjawab dengan perbuatannya, ia tidak ingin menyusahkan mamah dan ia juga tidak ingin mamahnya repot karena nya.
"Kenapa harus minta maaf sayang? Sudah tugas mamah membantu putri mamah saat putri mamah lalai, jangan terlalu sering minta maaf yah sayang. Biar mamah saja yang minta maaf hihi."
Zewa langsung memeluk mamahnya, entah kenapa gadis kecil itu sangat tau kalau mamah sangat sendu saat ini.
Mereka sudah selesai membersihkan kamar tentu saja Zewa akan ikut serta walaupun sudah dilarang oleh mamah tetap saja ia tidak akan mau tinggal diam.
Zewa duduk di kursi kayu yang sudah mulai berwarna kehitaman itu dengan senyuman yang sangat girang karena melihat mamah yang baru saja menyendokkan nasi goreng diatas piring ditambah dengan telur mata sapi yang ditaburi sedikit kecap.
"Wahhh kesukaan kakak yah mah?" Tanya Zewa bahkan ia sempat berdiri diatas kursi karena senangnya.
"Hati-hati kak! Nanti jatuh sakit loh,"ucap Walda dengan lembut dan perlahan menuntun putrinya untuk duduk setelah meletakkan piring berisi makanan kesukaan Zewa itu.
"Heheheh iya mamah cantikku,"ucap Zewa dengan pelan meraih piring itu.
Walda juga mengambil sepiring nasi untuknya, ia duduk dihadapan Zewa dan tersenyum saat mendengar Zewa yang selalu saja memimpin untuk membaca doa makan.
Tidak ada suara saat makan, Walda sudah lama mengajarkan hal sederhana itu kepada Zewa. Putrinya benar-benar sangat dewasa dan juga pintar. Zewa sendiri sangat menurut dan juga menjalankan apa yang sudah diperintahkan oleh mamahnya.
Gadis itu sangat semangat menghabiskan nasi goreng buatan Walda hingga piring itu kini sudah sangat bersih dan diakhiri dengan beberapa tegukan air putih.
Walda juga sudah menghabiskan nasinya dan tersenyum bangga dengan putri nya yang makan dengan lahap.
"Wahh tuan putri menghabiskan makanan nya, mamah kasih hadiah dong!"
"Jelas habis lah mah, kan masakan mamah yang terbaik."
Dengan senyuman yang sangat lebar Zewa mengulur kan tangan nya kearah Walda karena mendengar ada hadiah untuknya.
"Tadaaaa," ucap Walda dengan semangat meletakkan sebuah penjepit rambut ditangan putrinya.
"Wahhh ada Yaya!"
Zewa sangat menginginkan penjepit rambut karakter karena saat di sekolah ia seringkali mendengar beberapa temannya memperlihatkan barang yang sama namun berbeda karakter. Kali ini Zewa memiliki nya dan itu sangat membahagiakan baginya.
Ia tersenyum kearah mamahnya dengan tatapan bersyukur, bagaimana ia tidak bersyukur bahkan saat ia tidak mengatakan apapun dan tidak meminta apapun mamahnya seolah bisa membaca isi hatinya dan memberikan ia apapun yang ia butuhkan.
"Kakak suka?" Tanya Walda dengan wajah penuh harap.
"Suka sangat mah! Makasih mamah,"ucap Zewa dengan senang.
Suara bus sekolah terdengar jelas sudah berbunyi didepan rumah, Walda kemudian dengan lembut memakaikan penjepit rambut itu di rambut sedikit pirang putrinya. Sejak lahir Zewa memang memiliki rambut yang tidak hitam dan sedikit berwarna oranye.
"Wahh putri mamah cantik sekali, sekarang berangkat sekolah yah kak! Yuk biar mamah antar ke bus,"ucap Walda membawakan tas ransel Zewa dan menggenggam tangan putrinya yang kecil itu.
Saat melihat bus sekolah ekspresi wajah Zewa yang sebelumnya sangat senang seketika menjadi suram apalagi melihat wajah beberapa kawannya yang terlihat tidak bersahabat. Namun ia tidak ingin mamah nya khawatir seketika ia tersenyum dengan paksa tentunya.
Mungkin beberapa diantara kalian akan berpikir diusia Zewa yang saat ini lima tahun sudah sangat dewasa dan tidak ingin menyulitkan Mamah terdengar sangat tidak masuk akal. Namun inilah nyatanya, kenyataan membuat Zewa harus bersikap dewasa diusianya yang tidak seharusnya memiliki pemikiran seperti itu.
"Wahh teman-teman kakak banyak yah, karena ini hari ke empat kakak sekolah disana semoga sekolah nya menyenangkan yah sayang."
Zewa dengan cepat tersenyum dan mengangguk kemudian mencium kedua pipi mamah nya lalu menyalam tangan nya dan menaiki bus dibantu oleh ibu guru yang bertugas disana.
Mamah tersenyum melihat kearah Zewa yang menaiki bus namun ia sedikit kebingungan dengan ekspresi Zewa yang tidak nyaman itu. Namun Walda itu tersenyum lagi saat Zewa tersenyum kearahnya sembari melambaikan tangan nya.
Walda sedikit kepikiran dan merasa khawatir apakah putrinya memiliki masalah di sekolah atau teman-teman nya? Ia terlihat sangat tidak nyaman tadi.
"Akhh mungkin karena masih dalam tahap menyesuaikan diri, kakak pasti masih belum terbiasa dengan suasana disana karena baru pindah sekolah."
Walda menggeleng dan hendak memasuki rumah namun langkah nya terhenti saat mendengar suara seseorang yang menegur sapa kearah nya.
"Zewa baru berangkat sekolah yah?"
Walda berbalik dan melihat kearah suara itu, ia tersenyum pelan kearah laki-laki yang saat ini berada diatas motor dengan beberapa kotak dibelakang nya yang ia ikat dengan rapi.
"Iya nih mas, baru saja berangkat," tutur Walda dengan pelan.
Laki-laki bernama Dewa itu tersenyum kearah Walda yang tetap terlihat sangat cantik tanpa balutan gaun mewah dan tidak memakai riasan sama sekali. Ia selalu saja berhasil membuat jantung Dewa berdebar meskipun disaat ia hanya tampil sesederhana mungkin.
"Mas dari mana dengan barang sebanyak itu?" Tanya Walda sedikit basa-basi.
"Ahh baru saja dari ekspedisi karena beberapa barang pesanan untuk keperluan bengkel baru saja tiba," ucap Dewa dengan senyuman lagi.
Berkali-kali laki-laki itu meluncurkan senyuman yang sangat manis kearah Walda, ia selalu saja berusaha memperlihatkan sisi ramah dan nyaman nya dihadapan Walda. Mungkin karena hal itu juga salah satu faktor yang menyebabkan Walda bisa dengan mudah merasa dekat dengan nya.
Sejak kepindahan Walda ke tempat itu, ia langsung disambut ramah oleh Dewa yang kebetulan bertetangga dengan nya namun buka tetangga rumah Melainkan bengkel tempat Dewa menjalankan usaha tepat berada tidak jauh dari rumah makan sederhana milik Walda yang juga baru buka Seminggu lepas ini.
"Kalau begitu saya ke dalam yah mas, masih banyak yang harus disiapkan untuk dibawa ke warung nanti."
"Apa kamu membutuhkan bantuan? Biar mas bawakan beberapa agar kamu tidak terlalu repot."
Dengan pelan Walda menggeleng karena melihat barang bawaan Dewa yang juga sangat banyak jelas laki-laki itu yang akan kerepotan nantinya.
"Terima kasih mas tapi barang nya tidak terlalu banyak kok, masih sanggup saya bawa hehehe."
Dewa yang sudah mulai memahami karakter Walda yang tidak pernah ingin menyusahkan orang lain langsung mengerti dan tidak ingin memaksa gadis itu. Jelas ia tidak ingin membuat Walda merasa tidak nyaman jika bersikeras membantu.
"Kalau begitu mas duluan yah, anak-anak mungkin sudah menunggu di bengkel."
Walda mengangguk dengan cepat "Hati-hati mas!"
Sebelum pergi Dewa tersenyum dan mengangguk kearah Walda. Seperginya Dewa dari depan rumah Walda ia baru menyadari ternyata beberapa tetangga di dekat rumahnya ternyata menyaksikan hal itu.
Melihat ekspresi dan bibir mereka yang gatal seolah akan meroasting habis-habisan dirinya langsung membuat Walda sedikit tidak nyaman.
Ia hendak masuk karena tidak ingin mendengar hal-hal menyakitkan tentang dirinya namun tetap saja ia berhasil menangkap beberapa hinaan yang dilontarkan untuk nya oleh beberapa warga disana.
"Bukankah dia sudah memiliki seorang putri? Kenapa dia dengan tidak tahu malu menggoda laki-laki yang masih lajang?"
"Maklum lah jeng, kan dia juga masih muda masih fresh jadi butuh belaian juga."
"Aku juga melihat pelanggan nya di warung kebanyakan laki-laki."
Dengan cepat Walda memasuki rumah menahan rasa sesak di dadanya karena mendengar penuturan tentang nya. Ia bukan baru pertama kali mendengar dan mendapatkan beberapa hinaan seperti itu tapi tetap saja rasa sakit itu masih sama.
Entah sampai kapan ia akan menahan dan menerima setiap hinaan itu, kemana pun ia pergi tetap saja ia akan dihina karena menjadi seorang ibu tunggal yang berusaha membahagiakan putrinya seorang diri dan tanpa kehadiran seorang suami.
Suatu hal yang selalu saja ditanamkan oleh Walda dalam dirinya "Hidupku yang sial dan juga segala pertunjukan yang menyakitkan di dalamnya, tidak akan pernah sedikitpun kubiarkan memasuki dunia indah milik putriku"
...🦄 Bersambung 🦄...
...(Selasa 02 Mei 2023)...
Aaaa gatau gatauu. Aku menghayati banget ngetik part inii. Kayak kebayang banget besarnya rasa sayang seorang ibu kepada putrinya. Walda adalah sosok ibu kebanggaan dan Zewa juga sosok putri yang sangat diharapkan banyak orang tua.
Bahagia selalu kalian berduaaa.
Jangan lupa like komen dan votenya wan kawan.
See you guys 🧀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments