Andjani

Andjani

Arion

"Ma, hari ini aku pulang terlambat, karena ada kegiatan menyambut guru baru dari luar negeri yang akan datang siang ini" Andjani memakai sepatunya dengan terburu-buru, karena rupanya dia sudah terlambat. Tadi malam dia bergadang mengerjakan tugas yang seharusnya menjadi tugas kelompok. Tapi harus dia kerjakan sendiri, karena semua temannya mangkir dari tugas.

Qaynaya menggelengkan kepalanya melihat kearah anak gadisnya yang bahkan tidak sempat sarapan.

"Makan ini di mobil" Qaynaya menyerahkan kotak makan pada Andjani yang sudah membuka pintu mobil. Andjani mengambilnya, lalu tidak lupa mencium pipi mamanya sebagai tanda pamit, setelah tentunya mencium yang mama tercintanya.

"Punya ku mana ma?" Arion mendekati mamanya dan mengulurkan kedua tangannya.

"Ada didalam tas mu, tapi itu untuk makan siang. Kamu kan tadi sudah banyak sarapan. Untuk kakak Andjani juga ada di dalam tas ya, untuk makan siang. Yang kamu pegang itu jangan lupa makan di mobil, sebelum sampai ke sekolahan" Qaynaya juga mendapatkan ciuman di pipinya dari Arion, selagi dia sibuk berbicara dengan kedua anaknya itu.

Djani dengan wajah masamnya keluar dari rumah dan sengaja mengendurkan dasinya. Sepertinya dia mau bermanja-manja juga dengan sang istri, dengan meminta Qaynaya untuk membenarkan dasinya.

Djani memperhatikan istrinya yang tengah serius merapikan dasi yang tadi sengaja dia kendurkan, dan tiba-tiba, cup. Djani mengecup kening Qaynaya sembari mengucapkan terima kasih, karena selalu menjadi ibu siaga. Dan juga menjadi istri yang sangat perhatian padanya.

"Ayyyaahhh, jangan mulai deh. Aku sudah telat" Andjani manyun melihat kelakuan ayahnya, karena kalau ayahnya sudah bermanja-manja seperti itu, pasti akan membutuhkan waktu yang lama.

"Kamu ini ganggu saja" Djani pura-pura kesal, lalu segera masuk kedalam mobil dan duduk di kursi kemudi, setelah memberikan kecupan manis pada istrinya.

Qaynaya melambaikan tangannya melihat kedua anaknya, serta suaminya sudah semakin menjauh dari garasi rumah mereka. Rini yang merupakan ibu mertua dari Qaynaya lari tergopoh-gopoh membawa sebuah botol minum.

"Sepertinya kamu lupa tidak membawakan minuman untuk Anna, apa mereka sudah berangkat" Rini terlihat kecewa melihat cucunya sudah berangkat.

Qaynaya sebenarnya tidak lupa membawakan botol minum untuk Andjani, hanya untuk sarapan, dia sengaja tidak membawakannya, karena dalam kotak sarapan yang tadi dia berikan pada Andjani, didalamnya sudah terdapat susu kotak.

Dengan tersenyum manis melihat mama mertuanya, Qaynaya mengambil botol minum yang dipegang oleh Rini, lalu mengatakan kenapa dia tidak membawakan botol minum untuk Andjani. Rini lega mendengarnya, lalu segera menggandeng tangan Qaynaya.

"Sekarang gantian mama yang membutuhkan dirimu" Rini sudah menganggap bahwa Qaynaya adalah sahabatnya.

"Ada apa ma?" tanya Qaynaya, setelah mereka berdua duduk di meja makan. Qaynaya tadi belum sempat sarapan.

"Sasha menghubungi mama, katanya siang ini dia akan kemari, saat ini dia sudah ada di hotel tidak jauh dari bandara. Tadi malam penerbangannya mengalami keterlambatan, jadi dia tidak langsung kemari, karena takut mengganggu kita semua" Rini menjelaskan sambil melihat kearah Qaynaya.

Rini tau betul kalau dia tidak menyukai kedatangan Sasha kali ini, tapi mau bagaimana lagi, Sasha sangat berusaha keras supaya bisa bertemu kembali dengan Qaynaya.

"Kalian sudah berpisah cukup lama. Apa kamu tidak merindukannya?"

"Bukan seperti itu ma. Aku hanya belum siap menghadapinya, karena dia pasti akan membicarakan tentang anak-anak. Lalu untuk apa aku pergi jauh selama ini, kalau pada akhirnya akan tetap kembali seperti dahulu lagi"

"Mereka sudah semakin besar Qay, sudah sewajarnya mereka merasakan cinta pertama, atau mungkin cinta monyet disebutnya"

"Tidak ma, mungkin mama salah mengerti dengan apa yang aku pikirkan dan maksudkan. Aku tidak pernah melarang Andjani untuk tumbuh sesuai dengan umurnya, dan aku tau kalau saat ini Andjani sedang berada di umur yang biasanya mengalami perasaan cinta pertama. Tapi aku tidak mau kalau sampai perasaan itu melukainya" Qaynaya menerawang jauh, mengingat saat mereka pindah lagi ke negara asal mereka, setelah bertahun-tahun tinggal di negara yang jauh dari kampung halaman.

💙🌹 Flashback 🌹💙

Djani dan Qaynaya, serta Arion yang merupakan adiknya Andjani, masih berada di sebuah ruangan di sekolah. Mereka masih berusaha untuk menyelesaikan masalah bullying yang dialami oleh Arion.

Axel dan teman-temannya yang selama ini sangat gemar melakukan bully terhadap teman mereka sendiri yang mereka anggap tidak layak berada di sekolah. Arion sendiri yang awalnya diketahui hanyalah anak dari seorang pegawai cafe, selalu dihina dan di cemooh. Tapi karena kesadaran Arion yang tidak ingin mendapatkan masalah, dia tidak pernah membalasnya, atau bahkan mengadukannya kepada guru atau orang tuanya.

Kasus bullying di sekolah itu sebenarnya sudah bukan hal yang baru, karena anak-anak yang merasa terlahir sebagai kalangan atas, sudah sangat sering melakukannya, tapi bahkan para guru hingga kepala sekolah, dan kepala yayasan disekolah itu juga tidak sanggup melakukan apapun, kalau yang melakukan bullying adalah anak dari donatur besar di yayasan sekolah.

Sudah beberapa aduan dari murid yang mengalami bullying, tapi pada akhirnya, selalu saja jalan damai yang ditempuh, karena keluarga pembully memberikan banyak uang untuk tutup mulut. Tapi berbeda dengan kasus kali ini, karena Djani Sudrajat yang merupakan ayah dari Arion, tidak mungkin akan tergiur dengan uang yang di tawarkan oleh pihak pembully anaknya.

Djani dengan rapi bisa menyembunyikan identitasnya di negara ini, dan sesuai dengan keinginan sang istri, dia hanya membuka sebuah cafe kecil di pinggir kota, untuk menghidupi mereka selama ini. Padahal harta kekayaannya yang terkumpul dari perusahaan yang menjamur di beberapa negara tersimpan rapi, dan terus bertambah setiap detiknya.

Arion dan Andjani, tidak mengetahui hal tersebut, yang mereka tau, kalau ayah mereka hanya memiliki sebuah cafe kecil saja. Itulah kenapa selama ini mereka tidak pernah membalas apapun hinaan dan cemoohan yang mereka terima, karena mereka sadar diri dengan kondisi mereka.

Bagi Arion, tidak masalah dia dihina sebagai anak pegawai cafe, karena pada kenyataannya, memang yang dia ketahui adalah ayahnya hanya memiliki sebuah cafe. Jadi kalau dia marah karena hal itu, tentang saja sama saja dengan dia tidak menerima kondisi ayahnya. Memang ayahnya bukan pegawai cafe biasa, karena ayahnya pemilik dari cafe tersebut, tapi tidak ada bedanya, karena ayah dan mamanya, memang sering melayani pelanggan yang datang ke cafe mereka.

Lagipula walaupun Arion sekeluarga hanya hidup mengandalkan sebuah cafe kecil, tapi mereka tidak kekurangan suatu apapun.

"Tarik semua saham yang ada di sekolah ini" Djani dengan tegas mengatakannya. Hingga membuat kepala yayasan terkaget dan langsung memohon pada Djani.

"Tuan, maafkan kami, sungguh kami tidak tau kalau tuan adalah pemegang saham terbesar di yayasan ini"

"Lalu karena tidak tau siapa diriku, dengan teganya membiarkan Arion anakku, mendapatkan pembullyan?"

Mendengar perkataan Djani, kepala yayasan tidak lagi bisa membela diri. Setelah Djani menyelesaikan bullying yang dialami oleh Arion di sekolah nya, Djani memutuskan menarik semua sahamnya yang ada di yayasan sekolah itu.

Terpopuler

Comments

Arinda

Arinda

hadir kak

2023-08-25

0

Maria_azis

Maria_azis

semangat Mak, aku cuma bingung sama namanya, djani dan andjani 🤣

2023-08-06

0

Cloud

Cloud

waah>///<

2023-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!