Bullying dan Cinta Segitiga

"Apa yang membuat kamu tidak pernah mengatakan pada mama, kalau kamu mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari teman-teman mu?" Qaynaya meremas surat pindah sekolah Arion, yang baru saja dia dapatkan.

Arion menjelaskan alasan kenapa dia tidak mengatakan pada kedua orang tuanya tentang kejadian pembullyan yang dialaminya, itu semua lakukan, karena dirinya merasa kalau dia tidak pernah dibully.

Qaynaya dan Djani heran mendengar jawaban dari anaknya. dan meminta dijelaskan lebih lanjut.

"Bukankah kita memang hanya hidup dari sebuah cafe saja? bukankah memang benar kalau ayah juga sering melayani pelanggan di cafe kita?. Lagipula aku merasa kalau itu tidak memalukan, bukankah kita tidak melakukan kejahatan dengan hal itu. Jadi aku tidak mempunyai alasan untuk marah karena hinaan dari Axel, karena aku merasa kalau yang dia katakan adalah kebenaran. Dan juga aku tidak mau menambah masalah" Arion menerawang jauh melihat keluar mobil, karena saat ini mereka masih dalam perjalanan pulang.

Qaynaya merasa bersalah karena selama ini membiarkan mereka hidup dalam kesederhanaan, mungkinkah keputusannya untuk menyembunyikan bahwa sebenarnya Djani adalah seorang konglomerat adalah hal yang sangat salah. Tapi Qaynaya tidak mau kalau sampai anaknya hidup seperti Axel yang selama ini melakukan kejahatan dengan membully teman lain yang dia anggap lebih lemah.

Banyak alasan Qaynaya saat memutuskan untuk memilih hidup sederhana. Salah satunya dia tidak mau anaknya menjadi besar kepala karenanya, hingga bisa saja melakukan bullying, terutama faktor psikologis yang dialami anak di masa remaja atau di rentang usia 10 sampai 19 tahun, yaitu masa remaja awal hingga masa remaja akhir.

Alasan bullying sering terjadi di kalangan remaja, karena Masa remaja merupakan fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa, di fase ini, anak-anak mengalami banyak perubahan dalam diri mereka mulai dari fisik, mental hingga perilakunya. Kurangnya kemampuan dalam mengontrol perilaku, ketidakmampuan mengelola emosi hingga akhirnya memicu hasrat untuk balas dendam demi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, atau karena merasa dia lebih hebat dari yang lainnya.

"Maafkan mama, ini semua karena mama, seharusnya mama tidak menyembunyikan siapa ayahmu sebenarnya. Tapi sungguh mama melakukan itu demi kebaikan kalian" Qaynaya merasa menyesal.

"Tidak sayang, kamu sama sekali tidak bersalah" Djani menenangkan istrinya sambil terus focus menyetir, dan hanya melihat sekilas istrinya, yang berada di jok mobil belakang, bersama dengan Arion.

"Bagaimana dengan dirimu? bukankah kamu melakukan kekerasan pada ayahnya Axel?" Qaynaya sekarang merasa sangat khawatir pada nasib suaminya, yang ditakutkan nya akan berurusan dengan hukum.

"Tadi ayah Axel tidak mengatakan apapun, dia terlihat linglung, bahkan sangat berbanding terbalik dengan sikapnya saat membawa banyak uang untuk melakukan perdamaian denganku. Untuk saat ini aku hanya harus menunggu terlebih dahulu" Djani memarkirkan mobilnya dengan mulus di garasi mereka yang kecil.

Andjani dan Rini sudah tidak sabar untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, mereka berdua langsung menyerbu kedatangan Qaynaya.

"Nanti akan ada pengumuman dariku, untuk saat ini, biarkan kami beristirahat dahulu. Oh iya Anna, apa kamu merasa lebih baik?" Djani mendekati anak gadisnya, dan memeriksa lukanya.

Andjani juga mengalami kekerasan dari kakak kelasnya. Tapi kali ini masalahnya bukan karena kondisi finansial mereka, tapi karena masalah hati dan perasaan. Andjani sengaja dilukai oleh kakak kelasnya yang menyukai seorang pria bernama Ardi.

Ardi menyukai Andjani, jadi kakak kelas mereka yang bernama Cheril, sangat membenci Andjani, hingga saat ada pertandingan basket, dimana Andjani dan Cheril menjadi pemainnya, Cheril dengan sengaja mendorong dan menginjak lengan Andjani. Sehingga lengan Andjani mengalami memar parah.

"Sudah lebih baik ayah" jawab Andjani, yang tidak lama kemudian, focusnya teralihkan pada adiknya yang ikut pulang.

"Arion, kenapa kamu sudah kembali? bukankah ini belum waktunya pulang sekolah?" Andjani mendekati Arion, dia pasti bisa merasakan ada yang tidak beres dari adiknya itu, karena biasanya Arion sangat rajin.

"Nanti akan diceritakan oleh ayah, sekaligus menjelaskan semuanya" Arion juga memeriksa kondisi lengan Andjani, sembari menjawab pertanyaan dari kakaknya yang terlihat sangat mencemaskan dirinya itu. Mereka semua lalu masuk kedalam kamar masing-masing.

"Apa aku begitu sangat salah?" Qaynaya kembali merasa bersalah, dengan apa yang menimpa Arion.

"Tidak, apa yang kamu lakukan sudah sangat benar. Coba kamu bayangkan. Kita pasti akan merasa lebih terpukul kalau sampai Arion yang melakukan kekerasan dan melakukan intimidasi pada temannya, karena merasa dia berkuasa dengan harta ayahnya. Kali ini aku sangat berterima kasih padamu, karena mengambil keputusan dengan meminta padaku, supaya kita hidup sederhana" Djani memeluk erat tubuh Qaynaya.

Djani merasa ada banyak sekali manfaat dari hidup sederhana yang selama ini mereka jalani, walau mereka sebenarnya sangatlah bergelimang harta.

"Tapi aku sangat takut. Aku takut Arion akan mendapatkan masalah kedepannya, karena dia mengalami hal ini. Karena bisa saja dia diam, tapi sebenarnya hatinya pasti sangat terluka" Qaynaya begitu takut, membayangkan apa yang bisa saja terjadi pada Arion.

"Jangan terlalu berfikiran buruk. Yang paling penting, untuk saat ini, Arion sudah aman. Aku masih tidak mengerti, bagaimana bisa seorang remaja melakukan kekerasan terhadap temannya sendiri. Apa mungkin kekayaan orang tuanya menjadi hal yang sangat dia banggakan, sehingga dia merasa bisa melakukan apapun?" Djani membelai lembut punggung Qaynaya, mencoba untuk menenangkan istrinya itu. Djani juga sembari mengatakan, ketidak mengerti dirinya akan tindakan yang dilakukan oleh Axel.

"Remaja pada umumnya cenderung memiliki hasrat untuk memegang kendali atau memiliki kekuasaan. Hal tersebut dapat dipicu oleh anggapan mereka yang tidak dapat merasakan kekuatan apapun dalam dirinya, sehingga muncul keinginan untuk mendapatkan kekuasaan dari interaksi sosial yang dianggap lebih menarik. Terlebih jika ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai keinginan mereka, maka keterlibatan mereka dalam tindakan agresi relasional cenderung lebih tinggi. Sepertinya itu yang terjadi pada Axel, hingga dia melakukan hal ini pada Arion. Ditambah dirinya yang merasa berkuasa, karena ayahnya adalah orang yang berpengaruh di sekolah" jawaban Qaynaya membuat Djani mengerti sepenuhnya.

"Bagaimana dengan Anna? apa kita juga perlu untuk memindahkan sekolahnya sesegera mungkin?" tanya Djani.

Qaynaya terdiam, karena dia mengetahui bahwa anak gadisnya itu tidak mau untuk pindah sekolah. Tidak mungkin dirinya melakukan pemaksaan untuk hal itu. Walau mungkin itu bisa saja terjadi, tapi sebisa mungkin Qaynaya akan membujuk anaknya dengan baik-baik terlebih dahulu.

"Apa Anna juga tidak mau pindah sekolah? walau dia sudah mengalami hal itu?" Djani merasa heran dengan anak-anaknya yang tidak mau pindah sekolah, padahal di sekolah, mereka mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari teman-teman mereka.

"Mungkin dia merasa berat meninggalkan Ardi" ujar Qaynaya, tatapan nya terlihat kosong karena melamun.

Terpopuler

Comments

Maria_azis

Maria_azis

lanjut 💪

2023-08-06

0

Ilham Risa

Ilham Risa

bener banget ini mak, maka dari itu, anak remaja harus mendapatkan perhatian ekstra dari kedua orang tuanya 👍👍

2023-08-04

0

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

perasaan orang tua yg kaya, tapi mental anak memang sangat riskan

2023-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!