Tetanggaku Tuan Mafia Amnesia
Di malam yang gelap dengan cuaca yang sangat tidak mendukung, tidak membuat mereka untuk berhenti berlari mengejar orang yang mereka incar.
Seseorang yang mereka harapkan untuk segera berubah menjadi seonggok mayat dengan peluru bersarang di dalam tubuh.
Anggap saja sebagai sebuah tempat penyimpanan peluru mereka, dan menjadikannya sebagai sisa dari benda berharga milik mereka kepada orang incaran milik mereka.
Ya, mereka berharap itu terjadi.
Tapi, semua itu sulit untuk mereka lakukan ketika lawan yang mereka hadapi adalah Elvano.
Seorang pria yang tidak hanya memiliki kemampuan untuk menggoda banyak wanita di sekitarnya, tapi juga punya kemampuan bela diri yang cukup tinggi.
DORR....
DORR....
DORR...
Dentuman dari suara pistol itu terus mengisi kesunyian di dalam hutan belantara.
"Hah...hah...hah..., mereka itu benar-benar tidak bisa di ajak kerja sama. Padahal aku bisa memberikan mereka gaji lebih tinggi asal mereka mau menuruti perintah untuk jadi anak buahku. Kenapa mereka sangat gigih sekali sih?" Gerutu pria ini kepada temannya yang kebetulan sama-sama berdiri di balik pohon, untuk menyembunyikan diri mereka dari para pemburu.
Ya, itu karena mereka berdua memang sedang di buru.
"Berarti artinya mereka tidak mungkin percaya dengan anda, yang bisa memberikan mereka gaji besar selain masalah besar untuk mereka." jawab satu-satunya anak buah dari pria yang dia anggap sebagai majikannya itu.
"Masa begitu sih. Aku ini orangnya jujur, bahkan kalau mer-"
"Shttt..." Berbanding terbalik dengan anak buahnya yang selalu memasang wajah seriusnya, majikannya justru adalah orang yang cukup bebas, sehingga dia bisa jadi orang cerewet di saat ingin bicara, dan akan jadi orang yang cukup bengis layaknya seorang Iblis yang mengatakan hasutan yang cukup mengerikan.
"Dimana mereka?" tanya salah satu dari sepuluh orang yang ada.
Dengan banyaknya orang yang ada di sana, membuat mereka berdua semakin terpojok.
Selain amunisi mereka yang sudah mulai menipis, juga kalah jumlah.
Bukan kalah karena kurang kemampuan, melainkan karena mereka berdua sudah lebih dulu menguras tenaga mereka di sesi pertama pertarungan mereka, maka dari itu, untuk bisa lari dari mereka saja, sudah lebih dari cukup untuk memperpanjang jangka hidup mereka berdua dari pada terbunuh oleh mereka semua.
"Sudah jelas, mereka masih di sekitar sini. Dengan luka yang sudah kita berikan kepada mereka, jelas tidak jauh dari kita. Yah..., salah satunya ada di balik pohon itu." ucap pria berjas hitam ini kepada salah satu pohon yang menjadi tempat persembunyian dari salah satu dari mereka.
Mereka bersembilan langsung saling pandang satu sama lain dan mengangguk untuk segera mempersiapkan diri untuk melakukan pertarungan berikutnya jika musuh yang harus mereka hadapi itu menyerang mereka.
Satu per satu dari mereka berjalan dengan cara menyebar.
Tentu saja, salah satu dari dua orang yang menjadi bahan incaran mereka, langsung memasang sikap waspada.
CTAK...
DORR...
DORR...
Sebuah batu yang sengaja di lempar ke arah lain, berhasil menarik perhatian mereka, dan beberapa diantaranya jadi langsung memberikan tembakan ke arah sana.
'Tetap saja mereka bodoh, mau dikerjai dengan batu saja sudah berhasil memancing mereka untuk mengalihkan perhatian mereka dari pohon yang aku jadikan tempat bersembunyi seperti ini.' pikir pria ini. Dia lantas menyeringai, setelah berhasil mengambil satu batu lagi, dia segera melemparnya ke arah salah satu dari mereka.
CTAK...
"AKhh..!"
"Di sana!" Teriak salah satu dari mereka, lalu tanpa sungkan, senjata yang di bawa oleh mereka langsung mereka todongkan ke arah depan tepat ke pohon.
Dan rentetan tembakan kembali mengisi hutan gelap itu.
DORR....DORR....DORR....
'Apa otak kalian hanya di isi cara untuk menembak pohon saja?' pikir pria ini, setelah dia berhasil mendapatkan kacamata khusus untuk melihat malam hari, dia langsung berlari keluar dari balik pohon dan langsung mengarahkan kedua pistol miliknya ke arah mereka.
Aksi baku tembak pun akhirnya terjadi.
CTAK...CTAK...CTAK....
"'AKhh...!" Teriakan dari orang yang merintih kesakitan langsung menjadi pendamping dari suara senjata api milik mereka, sampai tidak lama setelah itu, ada juga suara daging yang langsung tertembus dengan peluru.
CPRATT.....
Dari sepuluh orang, dia akhirnya berhasil menumbangkan empat diantaranya.
'Pelurunya habis!' Karena sudah kehabisan peluru, pria ini langsung berlari pergi menuju salah satu pohon lagi untuk berlindung diri dari tembakan mereka.
"Lebih baik kau menyerah saja." ucap si pemimpin dari operasi malam pemburu pada sasarannya yang sudah bersembunyi di balik pohon.
"Ha, kaulah yang seharusnya menyerah. Karena kau akan mati lebih dulu sebelum kau menyelesaikan tugasmu itu." ucapnya, dia membuka kacamata khusus miliknya itu, kemudian dia menoleh ke satu pohon lainnya, di mana di sana ada temannya yang sedari tadi bersamanya, membantunya untuk bertahan dari serangan dadakan ini. 'Padahal hanya ingin pesta saja, tapi bisa-bisanya aku masuk kedalam perangkap mereka. Yah, ini memang tidak terduga sih. Tapi apa boleh buat? Aku hanya bisa bertaruh saja. Malam ini aku masih bisa hidup atau tidak, setidaknya setelah aku mengeluarkan semua usahaku untuk bertahan diri.'
"Apa kau pikir aku tidak tahu kalau kau sudah kehabisan peluru?" Seringai peria ni.
"Peluru bukan satu-satunya senjata yang bisa membunuh." jawab Elvano. Dia pun mengeluarkan pisau belati yang memang pada dasarnya bisa di lipat, dan dengan gerakan cepat, ketika dia sudah keluar dari balik pohon, dia segera melempar pisau itu ke dua anak buah dari pemimpin itu.
DORR....
JLEB...
"Akhh...!" Alhasil dua orang itu langsung ambruk setelah leher mereka berdua tertancap oleh pisau yang di lempar oleh Elvano.
"Kau memang tidak ada duanya, tapi mau bagaimanapun kau harus mati di sini." Ucap sang pemimpin ini seraya mengeluarkan granat yang sudah dia siapkan dan dia bawa sejak awal. Setelah menarik kuncinya, dia langsung melemparkan granat itu ke arah Elvano dan akhirnya-
DHUARR.....
Suara ledakan yang berhasil mengacaukan salah satu titik di dalam hutan, berhasil memicu sebuah asap dan api.
Tapi karena Elvano berhasil menghindar lebih dulu, maka yang terjadi hanyalah tanah yang sudah sedikit berlubang dengan pohon yang juga perlahan mulai terbakar.
Tapi karena itu juga, mereka akhirnya jadi bisa saling melihat satu sama lain, berkat api yang mulai membesar itu.
Ada empat orang musuh di depannya, dan satu anak buah setianya yang masih berdiri samping pohon sedikit belakang sana.
"Akhirnya aku bisa melihat wajah penatmu." Senyum pria ini, sebagai seorang pemimpin dari kelompok yang sedang memburu Elvano.
"Kenapa? Apa kau juga salah satu dari fans fanatik karena aku tampan?"
"Sudah di posisi seperti ini, kau masih mencoba untuk bercanda denganku? Kau Bos yang cukup naif sekali ya?"
"Terserah kau menganggapku naif atau bukan, aku sama sekali tidak begitu peduli, karena yang aku pedulikan itu adalah bag-" belum selesai bicara, anak buah Elvano langsung menarik pemicunya ke arah musuh Elvano.
DORR..
"Hei, aku ini belum selesai bicara, kenapa kau menyela seperti tu." Protes Elvano kepada anak buahnya itu.
"Dari pada membuang waktu bicara dengan mereka, bukannya lebih baik segera di bereskan sekarang juga?" tanya sang anak buah Elvano ini kepada Elvano.
"Hahh, bahkan pikiran dari anak buahmu lebih bagus ketimbang kau. Kau itu seharusnya tidak jadi B-" baru juga mau mengejek Elvano, ucapannya langsung di sela oleh Elvano.
"Kau hanya iri, dengki, dan di dalam hatimu pasti jadi sudah punya Iblis kecil peliharaanku, ya kan?" Ledek Elvano di tengah-tengah lengan kanannya ada luka tembakan, yang mana luka tembakan itu darahnya sudah di hentikan setelah di lilit dengan dasi miliknya itu.
"Bos, dia-" salah satu anak buah dari orang yang sedang berbicara dengan Elvano itu berbicara setengah kalimat, karena tidak percaya saja, sebab Elvano yang merupakan adik dari atasannya itu, benar-benar membuat perkara lebih banyak dengan sebuah hinaan, padahal Elvano sudah dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
WUSHH...~
Angin malam yang begitu dingin itu langsung berhembus dengan cukup kencang, dan membuat api yang ada pada pohon itu akhirnya semakin membesar.
Karena saking panasnya dan tidak mau mendapatkan nasib sial, jika pohon itu tumbang atau terbakar, Elvano yang sudah punya niatan lebih dulu untuk kabur dan di bantu dengan satu-satunya anak buah nya yang sudah setuju untuk membantunya kabur, akhirnya langsung berlari pergi, sedangkan Delvin ini, dialah yang akan menghadapi mereka semua.
"Dasar pengecut."
"Biarin!" Teriak Elvano, dia pun benar-benar pergi berlari, dan langsung di kejar oleh pria yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.
DORR...
Tapi Delvin yang baru saja memberikan tembakan peringatan kepada kakaknya Elvano, langsung membuat pria itu menghentikan langkah kakinya sementara waktu sebelum kakinya tadi kena tembak.
"Kalian bertiga, urus dia." perintahnya kepada ketiga anak buahnya yang tersisa itu untuk melawan Delvin.
"Baik."
Delvin yang sudah siap dengan senjatanya, berkat dia berhasil mencuri lebih dulu semua peluru yang ia ambil dari anak buah mereka yang sudah di kalahkan nya, sekarang dia pun bisa menghadapi mereka bertiga, tidak, tapi mereka berempat.
DORR...
Delvin kembali menarik pemicunya, dan menembak kakak dari Bos nya Delvin sambil bertanya : "Siapa yang menyuruh anda pergi?"
"Aku sendiri," Jawab pria ini dengan nada yang begitu dingin.
"Kalau begitu jika anda mau mengejar Tuanku, anda harus melewati saya lebih dulu." kata Delvin dengan cukup berani, lalu dia tanpa sungkan langsung mengarahkan tangan kanannya itu kearah kakaknya Elvano sedangkan tangan kirinya ia arahkan ke anak buahnya itu.
"Coba saja kalau bisa." Seringai pria ini, lalu setelah berhasil mengganti magazine nya dengan cepat, dia langsung menyerang Delvin bersamaan dengan ketiga anak buahnya. "Dian, tembak adik bodohku itu."
-"Bak Tuan."- Jawab seseorang yang ada di ujung telepon, karena sejak awal mereka berdua menggunakan alat komunikasi tersembunyi yang tidak di ketahui oleh Delvin, sehingga saat Delvin mendengar kakaknya Elvano memberikan satu perintah kepada anak buahnya yang lain, Delvin langsung membelalakkan matanya dan sedikit melirik ke belakang sebelum akhirnya Delvin jadinya terpaksa melawan mereka berempat sendirian, sedangkan Elvano harus berhadapan dengan Dian.
DORR....
DORR...
DORR..
______________
Di tempat di mana Elvano sekarang masih berlari menyusuri hutan belantara, dengan kaki yang sempat tergores dengan ranting yang tidak sengaja ia lewati sampai akhirnya membuat celananya ada robek sedikit, dan lengan tangan kanan yang kena tembak, dia berlari menuju ujung hutan itu, dimana di depan sana sebenarnya ada laut.
'Hahh...hah...hah..., kakakku itu memang benar-benar gigih. Kalau seperti ini terus, jelas akan lebih banyak korban lagi yang akan tumbang karena perselisihanku dengannya. Dasar, manusia itu. Walaupun dia kakak kandung, tapi mau bagaimanapun juga jelas dia benar-benar ingin membunuhku hanya karena akulah yang mendapatkan seluruh warisan dari ayah.
Mau aku berikan jalur baik, tapi dia malah pilih jalur buruk. Untuk sekarang aku harus menyelamatkan diri dulu.' pikir Elvano. Dia pun terus berusaha kabur sesuai dengan rencana yang sudah dia punya.
Sampai tepat dia hampir berada di ujung tebing, tiba-tiba saja dari atas ada helikopter yang datang dan memperlihatkan ada satu orang penembak jitu yang sudah siap untuk menembak ke arahnya.
"Hai Bos muda~" sapa Dian sambil melambaikan tangannya, dialah orang yang sudah bersiap dengan senjata laras panjangnya itu digunakan untuk menembak ke arah Elvano.
"Hai~ Semangat sekali ya, mau membunuhku?" tanya Elvano sambil menahan sakit dari lengan tangan kanannya.
"Tentu dong, jika tidak begitu aku tidak dapat imbalan yang besar." jawabnya dengan bangga.
Elvano tersenyum, demi terus bisa menjalani hidup, sebagai seseorang yang sudah banyak membunuh, tentu saja membunuh dirinya adalah salah satu dari keajaiban yang bisa membuah Dian itu mendapatkan segala hal yang diinginkannya.
"Jadi apa kau benar-benar ingin menembakku?"
"Kenapa tidak? Jelas aku akan menembak Bos muda demi Bos yang baru." Ucap Dian, dia sudah dalam posisi dimana senjata semi otomatis yang ia pilih adalah keputusan yang bagus dan tidak akan mungkin salah sasaran ketimbang laras panjang yang sempat dia pegang tadi.
"Jadi kau menganggap yang tertua yang harus berkuasa ya?" tanya Elvano, dia sudah berdiri persis di ujung tebing.
"Tidak juga, aku hanya punya dendam pada Bos muda, jadi bersiap saja ya, biar nanti masuk surga." ucapnya.
Mendengar ada orang yang mau mengharapkannya masuk ke surga, Elvano jadi terkekeh. Dengan senyuman lemah yang ia miliki, Elvano pun berkata lagi : "Kalau begitu, jaga dirimu baik-baik, jangan merindukanku."
"Ya, terima kasih ucapannya, jadi bersiap ya, satu, dua, ti-" Belum sempat mengatakan tiga, tepat di saat ujung jari telunjuknya itu menarik pemicunya untuk mengaktifkan senjata semi otomatis yang bisa menembak target dalam waktu singkat karena mampu mengeluarkan puluhan peluru dalam beberapa detik, tiba-tiba saja ada satu suara tembakan lebih dulu yang menerjang tubuh Elvano.
DORR...
"Ukh.!" Elvano yang tidak bersiap untuk mendapatkan peluru dadakan dari orang lain itu, seketika membulatkan matanya, sampai akhirnya tepat di saat Elvano ingin menatap Dian yang sudah siap menembaknya tadi, justru lebih dulu kehilangan kesadarannya dan tubuhnya yang sudah tidak kuasa untuk terus berdiri tegak, akhirnya langsung terhuyung jatuh dari tebing.
BYURR...
Deburan ombak yang langsung pecah saat menerjang batu karang serta tebing, menjadi pemandangan Dian saat ini.
"Dian, dia sudah di tembak lebih dulu oleh orang lain. Kita harus apa? Bukannya perintah dari Bos, kita harus mendapatkan mayatnya juga?" tanya rekan kerena Dian yang sedang menjadi pilot helikopter yang mereka berdua naiki.
Dian yang tahu dengan posisinya itu, dia harus menembak Elvano, tapi ternyata keburu oleh orang lain, demi memanipulasi kalau dirinya berhasil melaksanakan perintah, apalagi dikarena ombak di laut sedang besar, Dian pun dengan sengaja menembak tebing itu untuk memanipulasi laporannya sekaligus bukti, sebab di satu sisi, teleponnya masih terhubung dengan Bos mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Dayel
👍
2023-10-30
0
Elisabeth Ratna Susanti
mampir di karya keren ini😍 langsung komen, like, and favorit ❤️👍
2023-10-15
0
AGDHA LY
narsis bener 🤣
2023-06-23
0