"Ma, aku sudah beli semuanya, mau langsung di masak atau di simpan kulkas?" Tanya Vina setelah dia akhirnya pulang dari pasar.
Tapi, begitu dia pulang, rumah terasa sepi, ayahnya kemungkinan memang sudah bekerja, tapi sang Ibu, dia juga tidak ada di rumah.
'Apa pergi ke hutan ya?' Vina yang melupakan kalau di dalam rumahnya ada satu orang lagi yang sedang tiduran, langsung melepaskan dua lapis jaket, sarung tangan, pakaiannya, serta rok panjang yang sempat melingkar di pinggangnya.
Tentu saja, setelah dia membukanya, dia masih menggunakan pakaian lengkapnya, karena dia senagaja pakai pakaian dobel agar tidak saat di perjalanan tidak dingin.
Setelah melepasnya, Vina langsung duduk selonjor.
"Ahh...jadi gerah. Ingin mandi tapi malas." ucap Vina sambil mengayunkan tangannya untuk memberikan efek dingin pada wajahnya, serta kerah baju yang dia kibaskan ke depan dan ke dalam untuk memberikan ruang angin agar bisa masuk.
Tapi akhirnya setelah dia beberapa saat ngadem diri, dia tiba-tiba melihat si beruang yang sedang tidur!
'A-aku lupa dia ada di rumah! Dia sedang tidur kan?' Vina yang kelabakan karena terkejut bahwa dirinya baru saja melepaskan pakaian dari atas sampai bawah di tempat itu, dia dengan buru-buru langsung mengambil jaket, rok, pakaian atasan, intinya semuanya kedalam pelukan, sampai dia yang hendak pergi dari sana, gara-gara roknya terseret di lantai, kakinya pun tidak sengaja menginjak rok itu sampai akhirnya dia terjatuh.
BRUKKK....
"...!" Alhasil Vina terjatuh dalam posisi tersungkur di samping Elvano.
Elvano yang tadinya menutup matanya, akhirnya membuka kelopak matanya dan menoleh ke arah Vina yang sudah malu setengah mati.
"Kau tidak apa-apa kan?" satu pertanyaan itu akhirnya menghampiri si pembuat gaduh.
"T-tidak. Maaf mengganggu tidurmu." Vina sempat meminta maaf, dan segera memungut kembali pakaiannya yang sempat terlepas dari cengkramannya, dan setelah itu dia pun buru-buru pergi dari sana dengan kecepatan kilat.
"..." Alveno hanya terdiam sambil memperhatikan gerak gerik dari Vina yang terlihat terkejut juga malu itu. 'Kenapa dia pergi seperti orang yang ketakutan? Apakah wajahku seram? Tapi waktu itu dia juga bilang kalau wajahku tampan.' Elvano pun berdiri dari tempat dia tidur dan berjalan menghampiri sebuah cermin yang menempel di dinding depan kulkas persis. 'Kan, wajahku memang tampan, tapi kenapa dia terlihat panik seperti itu? Atau-'
Dan ketika Elvano berpikir kembali dengan apa yang terjadi pada malam tadi, mulut yang menutup rapat itu akhirnya terbuka dan mengatupkan mulutnya seraya melihat bayangan terakhir milik Vani sebelum perempuan itu pergi masuk ke dalam kamarnya.
BRAK....
'Dia takut denganku karena yang terjadi di dalam kamar mandi. Aku pikir dia perempuan yang punya rasa percaya diri yang tinggi, dia bahkan tidak bisa membuat alasan logis, selain bertingkah aneh seperti itu.' Elvano jadi tertawa mencibir melihat tingkah dari Vani yang membuat hatinya terguncang untuk tertawa geli.
_________
"Oh ..., kebetulan sudah jadi, mau aku kirimkan jam berapa? Sekarang? Iya. Akan aku kirimkan sekarang, lokasi ketemuannya di mana?" Tanya Vani, dia saat ini sedang menelepon seseorang yang menjadi pembeli, karena satu minggu yang lalu, Vani mendapatkan orderan untuk membuat mahar.
Setelah selesai bicara, Vani pun keluar dari kamar dan sudah bersiap untuk pergi.
KLEK....
"Kau mau pergi?"
"KYAA..!" Vina langsung terkejut, jantungnya yang langsung di pacu memompa dengan sebegitu cepatnya, adalah keberhasilan dari pria ini dalam mengagetkannya. 'K-kenapa dia ada di depan kamarku?! Ya ampun, kaget. Aku sampai lemes, gara-gara kemunculannya yang tidak terduga ini. Aku bahkan sampai hampir menganggapnya penjahat, gara-gara dia tingginya benar-benar melampauiku seperti ini.' pikir Vina, dia sudah berjongkok dengan wajah sudah di tutupi dengan kedua telapak tangannya.
'Dia sampai terkejut sampai seperti itu? Tidak terduga juga.' Elvano yang merasa kasihan dengan Vina, sudah mengulurkan tangannya ke arahnya, tapi respon yang diberikan oleh Vina, justru tatapan benci.
"Kenapa kau ada di depan kamarku?! Aku kan terkejut!" Vina menepis tangan itu, dan segera berdiri.
PLAK...
"...!" Hanya saja, saat Vina menepis tangan Elvano sampai sekeras itu, dia jadi merasa bersalah sendiri. 'Padahal aku yang terkejut sendiri, tapi aku jadi memerahinya. Apa-apaan aku ini.' Vina yang merasa pusing itu langsung memperbaiki rambutnya yang sempat menghalangi wajahnya karena belum dia ikat. "Maaf, aku bukan bermaksud memarahimu, aku hanya terkejut saja." ucap Vina lagi, langsung meminta maaf.
Elvano yang langsung mendapatkan permintaan maaf dari perempuan yang ada di depannya itu, langsung mengepalkan tangannya dan menarik tangannya sendiri.
"Akulah yang tidak sopan, akulah yang seharusnya minta maaf."
'Eh, ternyata dia bisa minta maaf juga. Aku pikir dia orang yang sombong dan tidak tahu cara minta maaf.' detik hati Vina. "Ya sudah, aku mau pergi dulu." kata Vina, menutup pintunya dan menguncinya, sebab mau bagaimanapun dia takut kalau pria asing ini hanyalah orang asing modal tampang doang, dan di dalamnya punya niat jahat untuk mencuri sesuatu di rumahnya.
"Kau mau pergi kemana?" Tanya Elvano.
"Aku harus COD, mengantarkan pesanan." jawab Elvano, lalu dia pun pergi ke ruang tamu, memakai jaket, menguncir rambut pendeknya ke belakang, memakai kacamata, jam tangan, dan tidak lupa, dia memakai tas kecil yang isinya adalah uang, kartu ATM, dan KTP saja.
Tidak ada penampilan lebih dari Vina ini, karena dia adalah perempuan yang suka berpenampilan seadanya saja.
"Memangnya kau membuat pesanan apa?" tanyanya dengan wajah super polos.
Vina yang memperhatikan wajah dari pria itu, benar-benar mendapatkan satu kesan pertanyaan yang super polos, padahal wajah dan penampilannya saja sudah seperti seorang gangster, tapi pertanyaan tadi benar-benar seperti orang yang tidak tahu apapun.
'Dia bukan pimpinan gangster yang sedang kabur drai musuhnya kan? Jadi terlihat imut sih, tapi- tetap saja aku harus waspada.' Detik setelah berpikir demikian, Vina pun menjawab. "Aku membuat ini."
Vina pun masuk ke dalam kamar depan, di sana sebenarnya cukup berantakan, karena disana adalah kamar tidur milik kakak nya, tapi karena tidak di pakai, karena kakak nya sudah tinggal dengan suaminya, dia pun jadi bisa menguasai kamar yang sedikit lebih besar dari kamar milik Vina sendiri.
Dan yang Vina ambil adalah buket uang.
Elvano terkesiap, karena uang baru yang di bungkus dengan plastik uang itu, di susun sedemikian rupa dan di jadikan buket yang cukup cantik karena di beri hiasan beberapa bunga.
Isinya juga cukup banyak, terdiri dari seratus ribuan keluaran terbaru, jelas itu buket uang seharga lebih dari satu juta, tidak, tepatnya justru ada dua juta dua ratus, setelah dia menghitungnya dengan cepat.
"Itu bagus."
Vani yang mendengarkan pujian itu, jadi tersenyum-senyum sendiri. 'Baru kali ini aku di puji dari seorang pria tampan. Eh tunggu! Aku harus bersikap waspada, jangan tergoda karena tampang wajahnya yang- rupawan itu.'
"Kau membuatnya sendiri?" Tanya Elvano lagi, dan setelah itu dia kembali melirik pada bibir yang sedang di sembunyikan dengan telapak tangan, karena sedang tersenyum sendiri. 'Ketahuan, dia tidak tahan dengan pujianku.'
"Ya iya lah. Jika aku tidak membuatnya sendiri, kenapa mereka pesan dariku?" Jawab Vina dengan percaya diri.
"Lalu bagaimana caramu membawanya?" Dia akhirnya mempunyai rasa penasaran yang cukup tinggi, karena di sana tidak ada mobil selain sepeda motor.
"Untup apa aku pusing-pusing cara membawanya gimana. Aku kan hanya tinggal memasukkannya ke dalam tas." Vina pun mencari kantong plastik yang besar, meletakkannya di dalam kantong plastik itu, dia memberikannya tal plastik di kedua sisi kantong plastik tersebut agar bisa membentuk sebuah tas tenteng, dan setelah itu, dia masukkan kedalam tas gendong ukuran yang sedikit lebih besar dari tubuhnya. "Aku mau pergi, kau di sini saja. Tidak apa-apa kan?"
"Hati-hati di jalan." kata Elvano.
Vina sedikit tersentak kaget, karena dia seperti baru saja di berikan ucapan hati-hati dari seorang suami. 'Ah, pikiranku jadi semakin ngawur ini. Hush...hush...' Vina langsung menggeleng-gelengkan dengan kuat agar semua khayalannya itu bisa pergi dari kepalanya. "I-iya. Kalau ada orang, bilang saja lagi COD." kata Vina lagi, sebelum akhirnya dia pun pergi keluar rumah dan mengendarai motornya sendirian.
___________
'Padahal sampai beberapa hari yang lalu, aku ngeluh sendiri soal aku jomblo ini dan itulah. Sampai-sampai aku seperti orang gila, karena aku senyum-senyum sendiri setiap kali aku dapat foto laki-laki tampan di medsos.
Tapi- kenapa di rumahku sekarang ada pria asing seperti dia?
Sebentar, dia memang, bisa bicara bahasa indonesa, tapi kedengarannya dia punya kosa kata yang beda. Apa jangan-jangan dia itu bule ya? Sedang traveling ke indonesia, tapi karena tampangnya orang kaya, dia di rampok, lalu dia pun di hajar habis-habisan, sampai seperti itu?' Satu pikiran yang begitu panjang dan lebar pun sampai di kepala kecilnya.
Dan perjalanan yang membutuhkan waktu sampai lima belas menit itu, berhasil di lalui oleh Vina.
Dia akhirnya bertemu dengan si pemesan buket.
"Wah, ternyata anda malah membawanya sendiri." ucap perempuan berkerudung itu saat melihat Vina sampai di depannya, dan menggendong buket di belakang punggungnya dengan menggunakan tas.
"Iya, karena tidak ada yang membantuku membawanya, jadi aku membawanya seperti ini." jawab Vina. dia melepaskan tas gendongnya itu dari punggungnya, dan langsung mengeluarkan tas dari plastik hitam besar yang berisi buket uang. "Ini,"
Wanita itu pun mengambilnya dari tangannya Vina dan memperhatikan isi yang ada di dalamnya. "Bagus sekali, bisa jadi langganan ini."
"Makasih kak."
"Mas, ini bantu pegangin." Wanita ini pun menyerahkan buket itu ke laki-laki yang masih naik motor.
"Bagus juga. Biayanya berapa kalau seperti ini?" tanyanya, dia adalah kakak dari perempuan berkerudung itu.
"Itu harganya dua ratus ribu kak. Tergantung dari kertas buketnya sih kak, kan selembarnya mahal. Bisa harga murah, tapi kertas yang di buat tidak akan sebanyak itu kak. Jadi terserah yang memesan, aku hanya memasang harga jasa saja." jawab Vina. Sebenarnya jantungnya sudah berdegup kencang, karena dia orang yang tidak begitu pandai bicara, dan sekalinya bicara, dia harus berpikir keras lebih dulu.
"Iya mas, aku pakai yang mahal biar lebih kelihatan berisi, lagian walaupun aku juga bisa buat sendiri, tapi kan aku punya kesibukanku. Dari pada buang-buang waktu, aku jadi minta padanya." ucap sang adik dari pria tersebut. "Ini uangnya, sekali lagi terima kasih ya."
"Iya kak." Dengan senang hati, Vina pun menerima uangnya.
"Kalau begitu kami pamit dulu."
"Begitu ya, nanti kapan-kapan aku pesen juga deh, untuk pacarku."
"Haahah, aku tunggu ya kak orderan selanjutnya." jawab Vina. Dan mereka berdua pun pergi dari sana. 'Lumayan, modal lima puluh ribu, aku bisa dapat keuntungan seratus lima puluh ribu. Semoga ada yang order lagi.' benak hati Vina, lalu dia pun pergi dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
top banget 😍
2023-11-06
1
Mommy QieS
dua kuntum gift 🌹🌹 dan vote mingguan untuk mu, kak.
2023-07-24
0
Anita
modal 50 ribu dPet 200 ribu, banyak juga untungnya😌
2023-05-14
0