Gengster Love Gadis Muslimah

Gengster Love Gadis Muslimah

Revan Farenza

Bismillah.

Brak!

Laki-laki paruh baya mengeberak keras meja di depannya, bahkan setelah memukul meja begitu keras tangan laki-laki paruh baya tersebut sama sekali tidak terasa sakit.

Dia menatap nyalang putranya yang berdiri tepat di hadapan dirinya, ayah dan anak itu saling menatap tajam satu sama lain. Seakan keduanya sedang memperlihatkan tatapan permusuhan.

Plak!

Satu tamparan mendarat di wajah, seorang laki-laki tampan, dia memiliki rahang tegas dan bibir yang terlihat begitu indah. Juga mata yang tajam. Tamparan itu dia dapat dari ayahnya sendiri.

"Kamu Revan cuman bisanya nyusahin!" makin papa Riko, ayah Revan.

Revan diam tak menjawab, walaupun begitu tatapan tajam masih dia lemparkan pada papanya yang kini masih saling berhadapan dengan dirinya.

"Lagi! Surat dari kantor polisi! Ini sudah yang ketiga kalinya Revan. Andai kamu bisa seperti kakak kamu!"

Plak!

Emosi papa Riko semakin menjadi beliau kembali menampar kuat pipi sebelah kanan Revan, kalau tadi pipi sebelah kiri maka sekarang pipi sebelah kanan yang mendapatkan tamparan sempuran dari papanya.

"Dasar anak tidak tahu diuntung! Andai saja kamu yang mati bukan kakak kamu! Kamu tahu kamu anak tidak berguna selalu saja merepotkan!"

"Benar apa yang papa kamu katakan Revan! Kamu tidak berguna! Selalu saja menyusahkan mama dan papa!" sambung mama Diana.

Deg!

Hancur rasanya hati Revan, sekarang dia seolah merasa tidak ingin lagi berada di dunia ini, mama dan papanya begitu membenci dirinya. Padahal dia juga darah daging dari kedua orang tuanya.

Revan menatap mama dan papanya tak percaya, selama ini dia selalu kuat menahan semua makian yang begitu menyayatkan hati Revan dari mama dan papa kandungnya sendiri.

Kedua tangan Revan, dia letakan kebelakang kedua tangan itu saling memegang erat satu sama lainnya. Sedari tadi Revan berusaha sekuat mungkin menahan air matanya agar tidak jatuh di depan kedua orang tuanya. Reva tidak mau terlihat lemah di hadapan orang tuanya. Dia ingin membuktikan jika dia laki-laki yang kuat.

"Apa sih salah Revan? Kenapa kalian sangat membenci Revan. Ma, Pa, Revan ini anak kalian juga!"

Cih!

Desis papa Riko, Jika dengan papanya Revan sudah biasa pada hal seperti saat ini. Tapi mamanya yang selama ini lebih sering diam Revan sama sekali tak menyangka jika hari ini, kata-kata yang keluar dari mulut mamanya begitu menyayat hati.

Lebih baik Revan melihat mamanya diam saja, kala melihat pertengkaran dia dan papanya. Dari pada seperti sekarang ini. Hati Revan hancur berkali-kali lipat rasanya.

"Iya, memang kamu anak kami. Anak pembawa petaka untuk keluarga ini!" sentak papa Riko.

Deg!

"Cukup pa!" teriak Revan akhirnya.

Kesabaran Revan sudah habis, dia memang seorang yang memiliki kesabaran setipis tisu dibelah dua.

"Cukup papa mengatakan Revan anak tak berguna! Anak pembawa petaka! Aku kira hanya papa yang akan mengeluarkan kata-kata itu, tapi siapa sangka mama juga!" terika Revan. Kali ini dia benar-benar sudah sangat emosi.

Plak!

Satu tamparan lagi mendarat di pipi Revan, tamparan kali ini bukan dari sang papa. Melainkan tamparan yang dilayangkan oleh mama Diana.

"Jaga nada bicara kamu Revan! Kami ini orang tua kamu!" teriak Diana.

Mama Diana sudah begitu muak dengan kelakuan Revan yang selalu saja membentak papa. Padahal semua itu Revan contoh dari papanya yang begitu temperamen.

"Iya orang tua yang tidak pernah menganggap putranya ada." ucap Revan lirih.

Dia sudah tidak tahan lagi berdebat dengan kedua orang tuanya. Bagimana pun juga Revan sangat menyayangi mama papanya. Walaupun dia selalu diperlakukan tidak menyenangkan.

Revan sudah tidak tahan lagi atas perlakukan kedua orang tuanya, secepat kilat Revan mengendarai motor sportnya, dia melaju kencang menggunakan motor berwarna hitam elgam.

"Revan mau kemana kamu!"

Ternyata mama Diana menyusul Revan sampai depan rumah, beliau teriak sekencang mungkin sebelum motor Revan keluar dari halaman rumah. Sayang sekali Revan sudah tidak menghiraukan lagi.

"Sudah biarin saja anak itu ma." ucap papa Riko.

Diana menggandeng tangan suaminya lembut, tanpa memikirkan Revan lagi, keduanya segera masuk ke dalam rumah megah yang terlihat lumayan sepi. Para pekerja di rumah itu sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Revan masih terus mengendarai motornya dengan kecepatan hampir full dari motor. Revan tak peduli hujan begitu lebat saat ini tengah membasahi dirinya. Dia sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. Bersamaan dengan hujan turun disaat itu juga air mata Revan terus saja menetes.

"Arkh!"

"Gue beci semua ini! Gue benci ke hidupan gue!" teriak Revan di atas motornya.

"Tuhan! ambil saja nyawa gue sekarang. Gue benci hidup dengan orang yang membenci gue! Tapi mereka orang tua gue!"

"Arkh!"

Revan terus saja berteriak, sampai dia tak sadar jika saat ini dia sampai di depan markas geng motornya. Geng motor Revandara adalah nama geng motor Revan yang terdiri dari 5 orang anggota inti.

Revan turun dari motornya, kepalanya sudah sangat pusing. Dia tetap berusaha melangkah masuk ke dalam markas mereka. sudah hampir kehabisan tenang tapi Revan tidak tumbang begitu saja.

Brak!

Revan membuka pintu markas kasar, semua orang yang berada di dalam langsung menoleh pada pintu markas itu.

Revan dan orang-orang yang berada di dalam markas Revandra saling tatap sejenak, sebulum mereka sadar Revan tidak baik-baik saja.

"Revan are you oke?" tanya Gibran yang merupakan wakil dari geng Revandra.

Revan hanya mampu mengangguk lemah, mereka semua menghampiri Revan diikuti seorang gadis.

"Revan kamu nggak papa?" tanya gadis itu sedikit lembut, dia hendak menyentuh Revan, tapi Revan segera menghindar.

"Jangan sentuh gue!" ketus Revan, tapi nadanya sedikit lirih.

Revan menatap keempat temannya sejenak sebelum akhirnya dia meminta Gibran untuk membawanya ke kamar yang memang sudah ada di dalam markas.

"Bawa gue ke kamar Gib."

Bukan sekadar sakit kepala, tapi Zidan juga merasakan sakit hati yang begitu dalam. Revan rasa sakit hati yang dia punya ini tidak akan pernah ada obatnya.

"Si Revan kenapa?"

"Ya mana kita tau Irfan!"

"Bukan kita semua sudah biasa melihat Revan yang kacau seperti ini, sudahlah mungkin masalah dengan orang tuanya lagi." ujar Digo.

"Padahal gue pengen ngerawat Revan."

"Udah lo diem aja disitu Gia, kagak usah banyak polah. Lagian lo ngapin sih disini? Abang lo juga kagak ada disini."

"Suka-suka gue Irfan!"

Di kamar markas, Gibran mengurus Revan begitu cekat.

Bang Ega!" ucap Revan lirih, suaranya terdengar bergetar ditelinga Gibran.

Kala Revan menyebut nama Ega. .Siapa kira-kira Ega?

Terpopuler

Comments

𝕸𝘂𝗍i𝝰r𝝰 𝕾e𝗻𝗷𝝰🌅

𝕸𝘂𝗍i𝝰r𝝰 𝕾e𝗻𝗷𝝰🌅

Tipis banget dong😭 kok malah hatiku yang terasa sakit, kasihan juga Revan😢

2023-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!