Bismillah.
Brak!
Brak!
"Astagfirullah." kaget Sakira.
Hampir saja gadis berbalut kerudung hijau army itu ditabrak oleh seorang pemuda yang mengendarai motor sport miliknya.
Anehnya Sakira tidak ditabarak, tapi mereka mendengar suara tabrakan, Sakira menoleh pada sumber suara yang begitu nyaring. Revan juga melakukan hal yang sama.
"Inalilahiwainalilahirojiu'n." ucap Sakira yang masih terdengar di kuping Revan.
'Inalilahiwainalilahirojiu'n, memang siapa yang meninggal, gadis aneh.' batin Revan.
'Alhamdulillah, Ya Allah terima kasih sudah menyelamatkan Sakira, kasihan sekali mereka yang mengalami kecelakaan.' batin Sakira kali ini.
"Mbak untung tidak ditabrak, masnya juga kalau pake motor jangan merem mas bahaya!"
Seorang bapak-bapak menghampiri Sakira dan Revan yang masih berada di tempat mereka masing-masing.
"Alhamdulillah pak." Sakira tersenyum ramah pada bapak-bapak yang menghampiri mereka.
"Bapak mau tolong korban kecelakaan dulu ya, mari mbak, mas."
Bapak-bapak paruh baya itu sudah pergi dari hadapan Revan dan Sakira. Revan masih heran terhadap perempuan yang saat ini tengah berdiri di depan motornya.
Padahal nyawa gadis berbalut baju gamis dan kerudung yang indah menutupi mahkotanya hampir saja nyawa gadis itu melayang oleh Revan.
Dia sama sekali tidak marah pada Revan. Malah memikirkan orang lain, yang saat ini tengah mengalami kecelakaan. Revan juga enggan turun dari motornya.
"Gadis aneh." ucap Revan.
Tanpa menoleh sedikit pun pada Revan, Sakira melangkah begitu saja dari hadapan laki-laki yang hampir menabrak dirinya.
"Sombong banget itu cewek!"
Merasa tak terima Revan jadi menatap tajam kepergian Sakira. Dia tak seberapa melihat jelas muka gadis yang hampir Revan tabrak.
"Gue tandai muka lo, mana dia nggak ngeliat ke arah gue sama sekali!"
Arhk!
Repan memukul kuta motonya, rasanya hari ini Revan begitu sial. Semua masalah terus datang bertubi-tubi pada dirinya membuat Revan hampir frustrasi.
Sebelum pergi Revan menoleh sejenak ke arah tempat kecelakaan itu.
"Motor sport biru putih BMW. Kayak motor si Faqih."
Revan menyerit heran melihat motor temannya berada di kerumun orang yang mengalami kecelakaan, bukannya tadi Faqih lebih dulu pergi dari dirinya, setelah ke kantor polisi tadi.
"Ngapain si Faqih disitu."
Pusing dengan isi kepalanya, Revan memutuskan untuk menghampiri keramaian yang sedang dibantu oleh para warga setempat.
Deg!
Motor Faqih yang Revan lihat tadi baru saja diangkat oleh para warga, motor itu sudah tak berbentuk lagi. Depannya sudah hancur kaca motornya juga pecah.
"Faqih."
Kaki Revan terasa lemah, kakinya seakan mati rasa tidak bisa melangkah lagi, melihat siapa yang mengalami kecelaan. Suara Revan terasa hanya sampai di tenggorokan saja.
Tak jauh dari tempat Revan juga, seorang gadis menatap tak percaya siapa orang yang mengalami kecelakaan.
"Bang Faqih." teriak gadis itu.
Dia berlari kecil menghampiri tubuh Faqih yang sudah tak sadarkan diri, Revan yang sudah melangkah mendekati tubuh Faqih menatap sejenak gadis baru saja meneriaki nama Faqih.
'Dia lagi, gadis ini kenal Faqih?"
"Bang Faqih bangun bang!" Sakira sudah menangis air matanya tidak dapat diam bendung lagi.
Melihat Sakira seperti itu, Revan seakan tidak dapat menunjukkan eksperi apapun. Kaget, terkejut, merasa bersalah. Semua rasa menyakitkan itu Revan rasakan. Apalagi tadi Faqih baru saja pergi bersama dirinya.
Wiuuwiuu, wiuuwiuuu, wiuuwiuuu.
Bunyi ambulan sudah datang semua korban kecelakaan segera di bawa ke dalam ambulan, Sakira maupun Revan masuk ke dalam mobil ambulans yang membawa pergi Faqih.
"Kalian."
"Saya kenal dia pak." ucap Revan cepat.
Sementara Sakira tak menjawab apapun, dia menangis dalam diam. Sakira terus memanjatkan doa untuk Faqih, semoga Faqih baik-baik saja.
'Ya Allah selamatkanlah bang Faqih.' batin Sakira.
Revan masih penasaran siapa gadis yang tengah menangisi Faqih saat ini. Kalau adik Faqih setahu Revan Faqih hanya memiliki seorang adik bernama Gia. Yang selalu mengejar dirinya.
'Siapa perempuan ini sebenarnya.' Entah kenapa Revan sedikit penasaran pada Sakira.
Sampai di rumah sakit Faqih langsung ditangani oleh dokter.
"Sial! Kenapa Faqih bisa kecelakaan, pasti semua ini ada yang nggak beres!" kesal Revan.
Sakira masih dapat mendengar apa yang Revan katakan, tapi Sakira tak berkomentar apapun, dia tetap diam untungnya tangis Sakira sudah mereda.
Sakira tahu kalau laki-laki yang ada di hadapannya saat ini, orang yang tadi hampir menabrak dirinya.
Sakira juga sudah mengabari orang tua Faqih, sementara Revan tak lupa dia mengabari geng Revandra mereka semua harus tau keadaan Faqih.
"Sakira, Assalamualaikum sayang, gimana keadaan Faqih."
Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat ayu menghampiri Sakira bersama laki-laki paruh baya yang mungkin itu suaminya. Dia tak lain mama dan papa Faqih.
"Masih ditangani dokter bunda." jawabnya.
Revan yang mengenal suara barusan menoleh pada sumber suara, "Bunda, ayah." sapa Revan sopan.
"Loh, Revan disini juga."
"Iya bun, tadi kebetulan lewat." sahut Revan.
Tak lama dokter setelah selesai mengecek kondisi Faqih membuka pintu ruang pemeriksaan, bersamaan dengan itu Gibran dan yang lainnya sampai di rumah sakit.
"Keluarga Faqih."
"Saya ibunya dok, bagaimana keadaan anak saya?" tanya bunda Lisa khawatir.
Dokter muda di hadapan bunda Lisa menghela nafas berat, "Dia kritis, tapi tenanag saja pasien sudah melewati masa kritisnya." jelas dokter
"Alhamdulillah." ucap mereka semua
"Kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat terlebih dahulu."
Baru saja Sakira dan Revan hendak melangkah untuk mengikuti brankar Faqih, hp kedua orang itu berdering secara bersama, tapi keduanya tidak menyadari.
Derttt! Derttt! Kebetulan nada dering hp Sakira dan Revan sama.
"Woi Rev, hp lo bunyi tuh!" kesal Ifran.
Bersamaan dengan itu Sakira juga mengambil teleponnya, "Halo Assalamualkum umi." sapa Sakira dari seberang telepon.
Melihat Sakira mengakat telepon mereka saling menatap heran satu sama lain.
"Astaga Revan! Hp lo masih bunyi." kesal Irfan lagi.
Revan tak menggubris perkataan Irfan, dia segera menjawab sambung telepon, walaupun malas Revan tetap mengakat teleponnya.
"Iya kenapa Ma?" tanya Revan malas.
"Revan pulang sekarang juga!"
"Sakira pulang sekarang umi."
"Revan pualng sekarang Ma." Revan dan Sakira menjawab secara bersama.
Sejenak Revan dan Sakira menoleh bersama, tapi cepat Sakira pergi dari hadapan Revan menghampiri bunda Lisa dan Ayah Satria yang merupakan orang tua Faqih.
"Bunda maaf Sakira di suruh pulang sama umi."
"Tidak papa sayang, bunda terima kasih kamu dan Revan sudah menolong Faqih. Salam sama umi ya."
"Insya Allah bun." jawab Sakira.
"Anu bunda Revan juga disuruh pulang sama mama." sambung Revan.
"Kala begitu biar Sakira diantar Revan saja."
"Tidak usah bun, Sakira sudah pesan onlien. Ayah, bunda Sakira permisi Assalamualaikum."
"Waalikumsalam." jawab mereka semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
𝕸𝘂𝗍i𝝰r𝝰 𝕾e𝗻𝗷𝝰🌅
Laahh ... aku malah ketawa membacanya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-06-26
0