Bismillah.
Revan beranjak dari tempat duduknya sudah malas rasanya dia berdebat dengan sang papa yang selalu mengwujudkan kehendaknya sendiri. Walaupun mengorbankan anak semata wayangnya.
Semenjak kepergian kakak Revan untuk selama lamanya. Hidup Revan kini berbanding terbalik 99% dari beberapa tahun silam.
Revan menjadi pribadi yang brulat sejak kematian kakaknya, dia sering melawan orang tuanya sendiri, tak tanggung-tanggung kadang juga Revan sering membuat anak orang hampir kehilangan nyawa.
Keberuntungan mungkin selalu menghampiri Revan, setiap kali dia hilang kendali hampir membunuh orang. Orang itu pasti tidak akan kehilangan nyawa begitu saja. Paling parahnya hanya akan masuk rumah sakit dalam keadaan koma ataupun kritis.
"Revana mau kemana kamu? Papa belum selesai bicara!" teriak papa Riko.
Dara beliau sudah hampir naik ke ubun-ubun melihat tingkah Revan yang sudah tidak memiliki tata krama lagi terhadap orang tua.
Revan sama sekali tidak mempedulikan teriak sang papa, dia seakan tuli. Kakinya terus melangkah keluar rumah. Keputusan yang dibuat oleh mama dan papanya membuat Revan benar-benar kecawa terhadap mereka.
Apalagi Revan tidak kenal, bahkan sama sekali tidak tahu gadis seperti apa yang akan dijodohkan dengan dirinya. Sedangkan saat ini Revan memiliki seorang yang begitu dia cintai. Walaupun Revan tak pernah mengungkapkan rasa itu. Revan lebih memilih mempermain banyak perempuan. Atas dasar kata-kata cintanya.
Mungkin sudah ada 25 orang lebih mantan Revan. Ya Revan hampir setiap bulannya gonta-ganti pacar. Semua itu Revan lakukan hanya untuk mencari kesenangan semata. Merasa dirinya terhibur.
Masih di ruang tamu rumah keluarga Revan.
"Revan!" teriak pak Riko semakin kencang.
Mama Diana hanya bisa menatap sendu kepergian putranya. Beliau mendekati sang suami untuk menenangkan pak Riko.
"Sudah pak biarkan saja Revan, dia butuh menenangkan diri nanti bicara lagi."
Mama Diana membantu suaminya duduk di kursi sopa berwarna abu-abu yang berada di ruang tamu mereka.
"Anak itu harus dikasih pelajaran Ma, biar dia tahu keputusan orang tuanya yang terbaik. Sebenci apapun papa terhadap sifat anak kita. Papa tidak akan pernah memasukkan Revan dalam lubang bahaya."
"Iya mama tau pa, sudah jangan pikirkan lagi."
Kedua orang tua Revan saling diam untuk menenangkan diri mereka masing-masing. Apalagi papa Riko sudah hampir meledak tadi.
Revan kembali mengendarai motornya dengan kecepatan kencang, dia tak peduli sudah menabrak beberapa pedagang kaki lima dijalana. Revan sama sekali tidak bertanggung jawab, dia abai saja atas kesalahan yang Revan lakukan.
Sudah pasti nanti dia akan kembali dipanggil oleh pihak berwajib, tunggu saja surat dari kantor polisi pasti akan segara kembali dikirim ke kediaman Farenza.
"Woi orang gila!"
"Tangkap dia, ayo kita seret ke penjara."
"Anak muda tidak ada akhlak!"
"Dimana sopan santu kamu! Ganti rugi semua ini."
Teriakan dari para pedagang maupun pembeli tak Revan hiraukan, dia semakin menambah kecepatan motornya. Hal seperti ini merupakan salah satu hiburan bagi Revan. Hiburan yang tidak patut ditiru!
Teriakan para pedagang dan pembeli hanya percuma mau mengejar juga mereka tidak bisa, Revan begitu kencang melajukan motornya.
"Sudah bapak-bapak, ibu-ibu tidak usah ribut lagi, kita lapor saja ke kantor polisi saya sempat foto plat motornya." ucap seorang bapak-bapak.
Para pedagang merasa sedikit lega mendegar ucapan bapak-bapak barusan. Untung tidak ada korban jiwa dalam hal ini.
"Anak muda itu sepertinya sering membuat onar."
"Benar aku juga sering lihat dia dan teman-temannya tawuran."
Kebetulan Sakira juga ada di tempat kejadian hanya saja dia kurung tau jelas apa yang terjadi, Sakira segera menghampiri orang-orang disana.
"Maaf bu, kalau boleh apa yang sudah terjadi ya?"
Sakira menatap sekeliling sudah sangat berantakan, padahal dia hanya pergi ke toilet sebentar tadi.
"Itu ada orang yang bawa mototnya ugal-ugalan." jawab seorang ibu-ibu.
"Astagfirullah." Sakira terperanjat kaget.
Mendadak Sakira mengingat seorang laki-laki yang hampir menabrak dirinya, "Apa dia? Orang yang sama hampir menabrak diriku." gumun Sakira.
"Bira saya bantu bu."
"Terima kasih neng." Sakira tersenyum tulus.
Dia membantu ibu-ibu yang sempat Sakir tanyakan tadi, ibu tersebut salah satu korban dari kenakalan Revan. Gerobak bakosnya sudah hancur, Sakira temasuk pelanggan setia bu Irah, penjual bakso.
"Neng Sakira baik sekali, semoga mendapatkan suami yang selalu menyayangi neng Sakira." doa ibu Irah.
"Aamiin bu." jawab Sakira.
Mengingat sebentar lagi dia akan segera menikah, walaupun belum bertemu dengan calon suaminya sendiri.
Sementara itu si pembuat onar, sampai disebuah makan umum. Revan membanting motornya kasar dia mendekati sebuah makam.
"Gue beci lo bang Egaaaa!" teriak Revan melampiaskan amarahnya.
"Kenapa? Kenapa lo harus pergi bang?" Revan tertunduk lemas, masih banyak kata-kata yang ingin dia ucapakan pada abangnya. Tapi air mata sudah menetes dari pelupuknya.
Semenjak kepergian Ega, baru kali ini Revan menjatuhkan air matanya lagi. Dia terlihat begitu rapuh di atas pusaran makan sang kakak.
"G...ue nggak baik-baik.....aja...bang....du...nia seakan....nggak adil......" ucap Revan lagi disela isak tangisnya.
Lama-lama amarah Revan mereda, merasa dirinya sudah lebih baik Revan memutuskan untuk beranjak dari tempatnya.
Dia kembali mengendarai motornya, kali ini entah kemana lagi tujuan Revan. Revan sampai di depan sebuah rumah mewah. Terlihat seorang gadis seperti sudah menunggu dirinya.
"Hai beb kok baru jemput."
"Naik." suruh Revan.
"Oke." pasrah gadis yang bernama Rena salah satu teman kampus Revan yang kini sudah resmi menjadi pacar Revan.
Mungkin seminggu lagi Revan akan memutuskan hubungannya dengan Rena.
Revan mengajak Rena ke sebuah restoran, saat motor Revan berhenti hampir saja dia menabrak seorang anak kecil. Untungnya Revan segera menginjak pedal gas motornya.
Tubuh anak laki-laki itu bergetar ketakutan, dia hampir saja ditabrak motor, sekarang orang yang hampir menabarknya tajam dirinya.
"Heh bocah! Anak siapa sih lo." marah Revan.
"Ma......ma...." anak laki-laki itu terisak, ketakutan semakin menguasai dirinya.
"Malah nagis! Cengeng banget lo bocah!"
"Ma....ma...." tangisnya semakin menjadi.
Sakira yang hendak masuk ke dalam restoran tak sengaja melihat keributan yang terjadi.
"Astagfirullah kamu kenapa dek?"
"Ma.....ma....." bukan menjawab pertanyaan Sakira bocah laki-laki itu semakin kenjang saja menangis.
"Berisik lo bocah!"
Revan hendak memukul bocah laki-laki tadi, untung dengan gerak cepat Sakira bisa melindungi anak laki-laki itu.
"Jangan kasar ya mas sama anak kecil!" ucap Sakira tegas.
"Apa lo mau jadi pahlawan."
"Bukan! Lebih tepatnya saya melindungi anak kecil ini dari orang seperti anda." Sakira dan Revan sama-sama melempar tatapan tajam satu sama lain.
'Gadis ini nggak takut sams gue.' batin Revan merasa heran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
𝕸𝘂𝗍i𝝰r𝝰 𝕾e𝗻𝗷𝝰🌅
Ada sedikit typo nih Thor ... tapi ttp serulah ceritanya!🤗🤗🌹🌹❤️❤️ ttp semangat, yah!🥰
2023-06-29
1