Satu Atap Dengan Pria Asing

Satu Atap Dengan Pria Asing

Bab 1. Rumah Baru

"Satu minggu sudah kita semua kehilangan sosok MUA terkenal kebanggaan Korea Selatan. Lily Kim yang ternyata putri dari sosok pemilik perusahaan kecantikan terkenal, ternyata sengaja ditikam oleh saudari kembarnya sendiri. Berdasarkan pengakuan dari tersangka ...."

Suara pembawa acara dari sebuah siaran berita stasiun televisi nasional Korea Selatan menggema di sebuah ruangan. Di depannya tengah ada seorang gadis cantik dengan rambut diikat asal sedang memangku laptop seraya menatap kosong layar televisi yang masih menyala.

Gadis itu adalah Amarilis, atau yang biasa dipanggil Amy. Salah satu penulis novel yang sedang naik daun karena karyanya yang baru selesai dibuat film dan sudah tayang di layar lebar beberapa bulan terakhir. Mata Amy tampak bengkak dengan lingkar hitam yang mengelilingi indra penglihatannya itu.

"Mungkin pilihanku untuk membeli rumah ini adalah keputusan yang paling tepat!" Amy mengalihkan tatapannya dari televisi.

Lalu Amy mengedarkan pandangan ke setiap sudut rumah bergaya mini malis modern itu. Sebuah rumah yang ada di kawasan pegunungan yang ada di Busan itu memberikan ketenangan tersendiri bagi Amy. Udara sejuk khas dataran tinggi, pemandangan hijau yang memanjakan mata, serta suara gemercik air sungai yang menyapa pendengaran, membuat Amy jauh lebih tenang ketika menulis.

"Hah, aku harus segera bangkit dari keterpurukan!" Amy langsung menatap lagi layar laptopnya.

Jemari lentik Amy langsung menari-nari di atas papan ketik untuk melanjutkan pekerjaannya. Gadis itu ingin membuat cerita berbeda kali ini. Amy ingin mencoba hal baru dengan membuat cerita tentang mafia yang jatuh cinta kepada seorang polisi.

Kalimat demi kalimat tersusun rapi hingga terbentuk beberapa paragraf yang akan menjadi bagian dari cerita yang dibuat oleh Amy. Gadis itu sampai terbawa suasana. Terkadang adrenalinnya terpacu ketika membayangkan adegan saling tembak atau baku hantam.

Kegiatan menulis Amy berhenti ketika perutnya terasa perih. Ketika melirik jam yang melingkar di tangan, Amy baru sadar kalau dia telah melewatkan makan siang. Mata indah gadis itu beralih ke jendela yang kini membantunya menatap langit dengan semburat jingga.

"Astaga! Ternyata sudah sore!" Amy menutup laptop, lalu meletakkannya ke atas meja.

Gadis itu beranjak dari sofa dan mulai meregangkan otot yang terasa kaku. Amy pun bergegas berjalan ke arah dapur, lantas membuka lemari pendingin makanan. Sebuah napas kasar diembuskan oleh Amy setelah melihat kondisi di dalam kulkas.

Di sana hanya ada botol air mineral yang berbaris rapi pada rak. Stoples kimchi tampak kesepian di sudut ruang sempit yang dingin itu. Bumbu instan seakan saling mengobrol satu sama lain karena tidak ada yang bisa mereka kerjakan akibat bahan makanan yang lupa belum dibeli oleh Amy.

"Astaga! Aku kemarin hanya membawa lauk yang dibuatkan oleh Jay." Amy menepuk dahi, kemudian kembali menutup pintu kulkas.

Perempuan itu pun masuk ke kamar untuk bersiap pergi ke salah satu toko dan berbelanja beberapa bahan makanan. Amy mengeluarkan sepeda kayuh dari garasi, dan mulai menuntunnya keluar dari pekarangan. Dia tinggal di daerah yang sulit diakses oleh kendaraan roda empat.

Jadi, Amy meninggalkan mobilnya di sebuah area yang dikhususkan untuk tempat parkir mobil warga setempat. Dia harus mendaki selama tiga puluh menit untuk bisa sampai di rumahnya. Sementara untuk pergi ke rumah satu dengan lainnya, Amy harus memakai motor atau sepeda karena jarak yang lumayan jauh.

Setiap rumah satu dengan lainnya berjarak paling dekat 20 meter, sehingga suasana daerah itu tampak sunyi meski pada siang hari. Setelah melakukan perjalanan selama 15 menit, akhirnya Amy sampai di sebuah toko yang menjual berbagai macam kebutuhan harian.

"Tidak lengkap, tapi lumayan untuk kebutuhan seminggu ke depan. Sepertinya aku harus turun ke kota untuk berbelanja setiap minggunya. Aku tidak bisa mengandalkan toko ini ke depannya." Amy menatap deretan bahan makanan sederhana yang tertata rapi di rak.

Setelah membayar belanjaan, Amy segera mengayuh sepeda untuk pulang ke rumah. Menikmati senja sambil menghirup udara segar khas pegunungan membuat hati Amy sedikit lebih tenang. Sesekali gadis itu bersenandung, menembangkan lagu kesukaan Lily dan dirinya ketika menghabiskan waktu bersama di apartemen.

Amy tidak tahu sedang ada kejutan yang menantinya setelah sampai di rumah. Usai membuka pintu pagar dan menurunkan standar sepeda. Akan tetapi, ketika hendak melangkah lebih dalam lagi ke pekarangan rumah, Amy terbelalak.

Tas belanjaan yang Amy pegang kini terlepas dari genggaman. Kakinya mendadak lemas saat melihat pemandangan mengerikan di depannya. Sontak tubuh perempuan tersebut ambruk ke atas jalanan setapak yang terbuat dari berbatuan kecil.

"Astaga! I-itu mayat, atau manusia hidup?" Bola mata Amy seakan hampir copot karena melihat tubuh seseorang yang tergeletak di depan pintu masuk rumahnya.

Amy kembali mengumpulkan kekuatannya. Dia melangkah mendekati lelaki yang masih menutup mata tersebut. Kepala lelaki itu terdapat noda darah yang sudah mengering.

Amy mendekatkan wajahnya ke arah si lelaki asing dan mulai memerhatikan dadanya. Tampak lelaki tersebut sedang bernapas. Amy pun mengembuskan napas lega.

"Syukurlah, dia masih hidup!" seru Amy.

"Tapi, bagaimana aku bisa menolongnya? Tubuhnya segini besarnya, dan aku cuma segini!" Amy mengangkat lengan kanannya tinggi-tinggi serta mendekatkan jempol dengan telunjuk tangan kirinya, untuk mengibaratkan selisih tinggi badannya dengan lelaki asing tersebut.

"Hah, aku harus segera membawanya masuk. Semoga lukanya tidak begitu parah!" Amy pun melakukan peregangan otot.

Perempuan itu mulai mengangkat tubuh lelaki itu hingga terduduk. Setelahnya, Amy melingkarkan kedua lengan pada dada lelaki tersebut. Amy memfokuskan kekuatannya pada lengan serta kaki, dan mulai menyeret tubuh lelaki tersebut masuk ke dalam rumah.

Keringat bercucuran membasahi dahi Amy di tengah cuaca sejuk cenderung dingin. Gadis itu terus berusaha membawa lelaki asing itu masuk ke rumah. Setelah sampai di ruang tengah, Amy melepaskan lengannya dari tubuh lelaki tersebut.

"Astaga! Siapa dia? Kalau aku minta bantuan ke luar, takut urusannya sama polisi!" Amy mengusap wajah kasar kemudian menatap bingung ke arah lelaki yang masih tak sadarkan diri tersebut.

Amy kembali mengumpulkan kekuatan untuk menarik tubuh lelaki itu ke atas sofa. Setelah berhasil memindahkan tubuhnya, Amy berjalan ke dapur dan mengisi baskom dengan air bersih. Dia kembali ke ruang tengah dan mulai membersihkan darah kering yang menempel pada kepala lelaki tersebut.

Terdapat luka lebam dan beberapa goresan di wajah tampan lelaki asing itu. Setelah bersih, Amy mengoleskan antiseptik dan menutup luka-luka tersebut menggunakan plester. Usai merawat pria tersebut Amy kembali diliputi rasa bimbang.

"Aduh, bagaimana ini? Dia siapa? Kenapa bisa sampai terluka parah? Jangan-jangan penjahat yang kabur ke gunung untuk menghindar dari kejaran polisi?" Amy terbelalak seketika.

Ketika gadis itu sedang sibuk bergelut dengan pikirannya, perlahan lelaki itu menggeliat. Kelopak matanya mulai terbuka. Ketika pandangannya kembali seutuhnya, dia mengerutkan dahi.

"Kamu siapa?" tanya pria tersebut.

Terpopuler

Comments

Zey ✨️

Zey ✨️

Ish,ish,ish..
Ditikam oleh saudara nya sendiri, punya masalah apa tuh

2023-05-28

2

Zey ✨️

Zey ✨️

Mampir,,semangat kak (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)

2023-05-28

1

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞

lah kamu yg siapa bang.?
tiba² terdampar d depan rumah aku🙄

2023-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!