Amy mengusap wajah kesal. Dia akhirnya meraih lengan Jordan sehingga lelaki tersebut beranjak dari sofa. Amy menyeret paksa Jordan hingga lelaki tersebut keluar dari rumah.
"Jangan tinggal di rumahku dasar penipu!" teriak Amy.
"Hei, aku benar-benar tidak menipumu! Aku memiliki banyak uang yang sanggup membeli rumah ini sepuluh kali lipat!" seru Jordan sembari meringis menahan sakit.
"No, itu hanya alasanmu! Jika memang kamu memiliki banyak uang, pasti itu hasil rampokan! Kamu kabur ke gunung untuk menghindari polisi, 'kan?"
"Enak saja! Ayo berikan aku waktu untuk membeli rumah ini! Dan aku akan membungkam mulutmu itu dengan uang-uangku!"
Adu mulut itu terus terjadi sampai akhirnya Amy yang kesal menutup pintu kasar. Jordan sampai tersentak mendengar dentum pintu tersebut. Lelaki itu terus mengetuk pintu, tetapi Amy mengabaikannya.
Jordan tidak memiliki pilihan lain. Dia hari ini bertekad untuk tidur di bangku taman dengan pakaian seadanya. Lelaki tersebut melangkah gontai ke bangku taman dan mulai mendaratkan bokong ke atasnya.
Jordan menatap langit yang mulai gelap. Hawa dingin sejuk kini berubah semakin menusuk. Jordan merapatkan mantel yang menyelimuti tubuh, kemudian mengangkat kaki ke atas bangku taman.
"Nyonya Park, ternyata kamu tidak pernah berubah. Setelah mengabaikan Jay, kamu kini mengabaikanku bahkan menjual satu-satunya aset berharga yang aku miliki. Ibu macam apa kamu!" Jordan terus menggerutu seraya memeluk tubuhnya sendiri yang mulai menggigil kedinginan.
Di sisi lain, Amy terus memacu kerja otaknya untuk menulis kisah mafia dan polisi cantik. Mengerjakan novel kali ini benar-benar membuat adrenalinnya terpacu. Dia berharap novel kali ini juga laku keras seperti novel-novel sebelumnya yang dia buat atas nama Ara.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 01:00 dini hari. Amy melepas kacamatanya, kemudian mulai melakukan peregangan. Gadis itu melakukan gerakan memutar kepala untuk merelakskan otot leher yang terasa kaku.
"Aku lapar." Amy pun akhirnya bergegas berjalan ke arah dapur.
Gadis tersebut meletakkan panci berisi air ke atas kompor, lalu menyalakannya. Amy ingin membuat susu serta memakan ramyun. Dia yakin dapat segera tertidur pulas setelah perutnya kenyang.
Saat semua makanannya selesai dimasak, Amy membawanya ke ruang tengah. Gadis itu mulai menyalakan televisi, dan melihat drama kesukaan yang diputar ulang. Drama yang menceritakan tentang kumpulan psikopat hidup dalam satu gedung.
Mereka menyiksa para korban sebelum akhirnya dibunuh, dan dagingnya dimasukkan ke dalam panci sup untuk dimakan. Selain psikopat, ternyata mereka semua mengikuti sebuah aliran sesat yang memuja iblis.
"Astaga, apa aku juga masuk dalam golongan mereka! Bahkan aku menikmati semangkuk ramyun sambil menatap kumpulan psikopat ini yang sedang makan malam sup yang berasal dari daging korbannya!" Amy bergidik ngeri kemudian meletakkan kembali mangkuk berisi mi tersebut ke atas meja.
Rasa mual kini mulai dirasakan oleh Amy. Dia benar-benar merasa jijik ketika melihat beberapa adegan berdarah. Nafsu makannya hilang seketika.
"Ah, sebaiknya aku segera tidur!" Amy mematikan televisi kemudian membereskan meja.
Usai bersih-bersih, Amy langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuh ke atas ranjang. Gadis itu memeluk boneka babi bertubuh gemuk dengan kulit berwarna hijau. Salah satu karakter menyebalkan yang ada di game Angry Bird.
Amy mulai menutup mata setelah berusaha merelakskan pikirannya. Alunan musik klasik sengaja Amy putar untuk mengatasi gangguan tidurnya. Sejak bekerja untuk Ara memang Amy kesulitan untuk tidur.
Bahkan Amy harus bergantung kepada beberapa jenis obat selama setahun terakhir sebelum bertemu Lily. Amy sangat beruntung bisa bertemu dengan gadis tersebut. Lily benar-benar mengubah kehidupan Amy menjadi jauh lebih baik.
"Terima kasih, Lily. Semoga kamu tenang di sana," gumam Amy sebelum benar-benar tertidur pulas.
Matahari sudah membumbung tinggi. Akan tetapi, suasana di daerah Amy tinggal masih tampak sejuk dan sunyi. Suara serangga yang tengah menggesekkan sayapnya terdengar untuk menarik pasangan. Amy masih lelap di bawah selimut.
Wajah gadis itu tampak tenang dan setetes air mata berada di pelupuk mata. Amy bermimpi sedang mengobrol dengan Lily. Kepergian Lily yang sangat mendadak membuat Amy sempat frustrasi.
Gadis itu kembali mengalami gangguan tidur. Semalam dia berulang kali terbangun karena terus memimpikan Lily. Entah mengapa ada sedikit rasa bersalah yang bersarang di hatinya.
"Lily ...." Amy membuka mata lebar seraya menyebutkan nama sahabatnya itu.
Amy langsung terduduk dan menyandarkan punggung pada dasbor ranjang. Gadis itu mengusap wajah kasar. Ujung jemari lentiknya mengusap sisa tangis dalam mimpi yang terbawa ke alam nyata.
"Astaga, harus sampai kapan aku begini?" Amy menghela napas kasar.
Gadis itu langsung turun dari ranjang, lalu masuk ke kamar mandi. Dia mencuci wajah dan bergegas keluar kamar untuk masak. Perutnya kembali terasa perih karena gagal menghabiskan ramyun semalam.
Ketika membuka tirai ruang tengah yang menghubungkan dengan taman, Amy terbelalak. Jordan ternyata masih ada di sana. Lelaki itu tidur meringkuk di atas bangku taman.
Sebenarnya Amy ingin mengabaikan lelaki tersebut karena memang tidak mengenalnya. Namun, rasa kemanusiaannya muncul. Dia akhirnya bergegas menghampiri Jordan.
"Hei, Bodoh! Bangun! Kenapa tidak pergi dari sini?"
Tubuh Jordan terdiam. Lelaki itu tidak bergerak sedikit pun. Hanya terlihat gerakan dada yang kembang kempis akibat kegiatan pernapasan.
"Jordan! Bangun! Kamu jangan menakutiku!" Amy menggoyang lengan Jordan, tetapi lelaki tersebut sama sekali tidak merespons.
Amy kini memberanikan diri untuk memegang tangan Jordan. Dia tersentak karena suhu tubuh Jordan ternyata sangat panas. Amy akhirnya menggunakan punggung tangan untuk mengecek suhu tubuh Jordan.
"Astaga, kamu demam? Hei, Jordan! Bangunlah!" Amy kini sedikit lebih keras mengguncang tubuh Jordan.
Kali ini berhasil. Jordan mulai menggeliat dan mulai duduk meski terlihat lemah. Setelah itu Amy sedikit mencondongkan tubuh ke arah Jordan.
"Kamu bisa jalan? Ayo masuk dulu ke dalam!"
Jordan berusaha bangun dan mulai berdiri meski tidak tegap. Amy membantu Jordan berjalan hingga ke ruang tengah. Dia pun menidurkan lelaki tersebut ke atas sofa.
"Kamu di sini dulu. Aku buatkan sup."
Jordan tidak menjawab. Dia kembali memejamkan mata karena merasa pandangannya berputar setiap membuka indra penglihatannya tersebut. Tubuhnya pun menggigil karena semalaman merasakan dingin luar biasa.
Sementara Jordan tidur kembali, Amy menyiapkan makanan untuk dirinya dan Jordan. Setelah semua selesai, Amy menyajikan hasil masakannya kepada Jordan. Amy membangunkannya untuk segera memakan sup buatannya, lalu langsung pergi ke meja makan.
Setelah selesai makan, Amy kembali lagi ke ruang tengah. Sup di atas meja sudah dingin, dan masih utuh todak berkurang sedikit pun. Amy menghela napas kasar kemudian kembali menggoyangkan tubuh Jordan agar lelaki tersebut bangun.
"Hei, bangunlah! Kamu harus makan supaya cepat sembuh tan pergi dari sini!"
Alangkah paniknya Amy ketika Jordan sama sekali tidak merespons. Lelaki itu hanya mengigau dan mengaduh, tanpa mau membuka mata. Namun, suatu ketika tiba-tiba Jordan bangun dengan mata terbelalak.
Lelaki tersebut langsung menatap nyalang ke arah Amy dan mendekati gadis tersebut. Matanya merah dan rahang Jordan mengeras. Perlahan Jordan mengangkat tangan dan melingkarkannya ke leher Amy.
"Kamu harus mati!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Muanisah Jariyah
ceritane mirip full house yaaaaa
2023-06-27
2
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
Jordan kesurupan..!!!
2023-05-07
1
ℑ𝔟𝔲𝔫𝔶𝔞 𝔞𝔫𝔞𝔨-𝔞𝔫𝔞💞
kalo laper, gak bisa tidur..
sama kita Amy✋✋✋😁😁😁
2023-05-07
1