Andaikan hidup ada harapan?
Mencintaimu adalah bagian terindah di hidupku.
...Rossa - Bulan Di Kekang Malam....
...Lagu pengiring cerita ini....
...***...
“Saya pamit, Jani.”
Aku tersentak bangkit seraya menarik napas ke dalam dadaku yang terasa sesak sekali. Apa-apain... Aku menatap langit-langit, sadar bahwa aku sempat tertidur lalu perasaan mengerikan yang menyerang dalam mimpi buruk membuatku sekonyong-konyong menuruni dipan. Aku melebarkan pintu kamar lalu tertatih-tatih ke kamar Kaysan melewati lorong gelap.
Tanganku mendorong pintu berderit dalam sunyinya malam. Menghadapi kenyataan terasa seperti mimpi buruk.
Kaysan.
Aku nyaris menangis dan mengoyak kesadarannya ketika melihatnya berbanding dengan wajah tenang dan teduh. Bibirnya terbuka sedikit karena napasnya yang dalam dan sesak.
Aku menghela napas, suamiku yang membuat hatiku nyaris berteriak memanggil namanya, masih bernapas.
Aku duduk di sampingnya. Tepi dipan yang tak cukup luas ini sudah cukup untuk menikmati kesempatan langka memandangi wajahnya yang berubah seiring waktu. Aku tak tahu betapa rapuhnya pondasi ku jika pria yang memancarkan kekuatan tekad ketika pertama kali bertemu denganku pamit meninggalkanku.
Mendadak aku tidak bisa tenang, aku memikirkanmu mas.
Dengan lembut, aku menyugar helai-helai rambut ubannya. Menatap kerut di matanya dan bibirnya. Aku juga melihat tubuhnya semakin kurus. Aku tidak bisa menyembunyikan keputusasaan ini dengan mudah, tidak semudah berada di keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai adiluhung budaya dan sejarah para leluhur. Ini lebih pelik, sebab momen paling menguras seluruh perasaan adalah momen ketika seseorang yang menjadi keajaiban di duniamu nyaris meninggalkanmu dalam keabadian.
“Jangan pamit dulu mas, jangan. Aku belum siap kehilanganmu.” Aku membelai pipinya yang hangat dengan punggung tangan.
Kaysan menggeram dengan mata masih terpejam. “Dekat-dekat saya marah.”
“Jangan.” Aku menggelengkan. “Jani hanya ingin di sini sebentar.”
“Pergilah.” katanya serak sembari mendorong bahuku lemah dengan tangannya yang diinfus.
“Jani ngeyel kok.” Aku menguatkan tubuh. Duduk di tepi dipan, sepuluh centimeter lagi aku bisa terjatuh jika tanganku tidak mencengkeram tepiannya kuat-kuat. “Sebentar saja mas, sampai aku tenang. Aku mengalami mimpi buruk.”
“Sabarlah.” Kaysan melingkarkan tangannya di perutku. Baguslah, setidaknya dia tidak cuek-cuek saja karena diusianya sekarang mendapat perhatian dari sorot matanya saja sukar sekali.
“Pergilah setengah jam lagi. Kau mengganggu tidurku, Jani.”
Aku mencubit kecil lengannya yang layu. Diusir lagi, dulu saja mengejar ku sampai bela-belain jadi anak metal gadungan dan mensponsori acaranya. Sekarang... Ah... Mengertilah, kita bisa berdamai di malam ini sampai aku yakin tiada yang mendekatimu kecuali aku.
“Memangnya mas tidak rindu? Kita begini? Sebentar saja? Anak-anak sudah tidur lho.” kataku dengan nada setengah menggoda.
Kaysan menggelitik perutku sampai aku kegelian. Sumpah ini nggak lucu mengingat usia kami tidak lagi muda, tidak lagi bisa bercanda-canda dengan leluasa.
“Memangnya ini jam berapa?”
Mataku langsung menuju jam dingin yang tergantung di dekat rak tv.
“Jam delapan.”
Walah.
Anak-anak jam segini pasti masih di depan televisi. Di rumah Nanang, pantas sepi tidak ada kegiatan yang terdengar di sini.
Aku menyunggingkan senyum sembari mengisi ruang genggam di jeraminya dengan jemariku. Rasanya masih sama, usia dan perjalanan tidak serta-merta mengubah sensasi yang ditimbulkan tangan ini. Di tanganku masih terasa hangat yang menjalar dari raga turun ke hati.
“Saya tidak akan ke mana-mana. Jikalau saya harus berpulang. Lepas saya dengan segala kebesaran hatimu. Jangan di buat beban. Di sini, di rumah ini kamu sudah banyak belajar berserah. Buat saya bangga kamu telah mencapai titik itu!”
Aku mengeratkan genggamanku, ini bukan pamitan. Bukan. Aku menggelengkan kepala kuat-kuat. Ini hanya nasihat agar aku lebih menerima dan menikmati prosesnya.
...--------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
* bunda alin *
sekali nya baru nemu jani lg ,, mas kay pamit ,, duh Gusti
2024-03-04
0
Queeny
Aaaah pamit yang ambigu, terlepas itu sebuah pertanda atau bukan...
2024-02-12
0
Faridah Setyaningsih
/Sob//Sob//Sob/
2024-02-05
0