"Apa yang kalian lakukan di daerah kekuasaan geng Starly. Kalian mau cari mati!" teriak Dira anggota yang paling muda.
"Eh, semua udah pada tahu kalau ketua kalian koit. Mulai sekarang, kita, geng Harimau yang akan menguasai daerah kalian. Kalian nyerah aja. Gabung ama geng kita. Kalau hati gue lagi baik, kalian akan gue terima jadi anak buah gue," sahut Dewa, ketua geng motor Harimau.
"Siapa bilang Bos kita koit. Mulut kalian kayak comberan, bau. Kita berenam masih bisa ngalahin kalian," sahut Bagas.
Terdengar suara tertawa lepas dari anggota geng Harimau. Mereka meledek geng Starly seolah setelah Galang terluka, geng mereka tidak dihargai lagi.
Pada saat mereka mulai terbakar emosi, sebuah sepeda motor dengan kecepatan tinggi melaju menuju ke arah mereka. Motor itu berhenti mendadak dengan menimbulkan suara berderit yang cukup keras.
"Galang," gumam semua yang ada di tempat itu.
Geng Harimau tidak menyangka jika Galang masih hidup dan datang menemui mereka.
"Kita cabut!" perintah Dewa pada anggotanya.
Dengan cepat mereka kabur meninggalkan tempat tersebut. Padahal Galang belum bersuara apalagi bertindak. Galang benar-benar membuat geng lain ketakutan.
"woi, jangan kabur. Ayo hadapi kita, breng-sek!" teriak Sofyan.
"Dasar penakut. Tadi katanya mau mengambil daerah kekuasaan kita," kata Dira lagi.
Pada saat itu, Shella keluar untuk mengantarkan pesanan dari geng Harimau, 10 paket fried chicken. Shella memberanikan diri mengantar pesanan karena tiba-tiba ayahnya lemas. Pak Darman kaget dan ketakutan jika geng motor Harimau dan geng Starly akan berkelahi dan akan merusak warungnya.
Saat keluar, Shella kaget karena keributan sudah berakhir. Meski begitu Shella tidak ingin makanan yang sudah susah payah dibuat, mubazir begitu saja.
Shella memang tidak menyukai geng motor, tetapi mereka juga manusia. Selama mereka tidak mengganggu usaha mereka, Shella berusaha tidak menimbulkan kebencian.
"Ini untuk kalian," ucap Shella sambil menyerahkan 10 paket fried chicken pada Galang.
"Terima kasih. Berapa?" tanya Galang. Galang bergegas turun dari motornya untuk menerima bungkusan dari Shella.
"Gue bantuin, Bos," sahut Dira.
Dira turun dari motornya diikuti anggota yang lain. Mereka kaget dengan sikap ketua mereka yang baik dan sopan saat berbicara dengan Shella. Tetapi mereka tidak ingin berdebat untuk saat ini.
"Gratis aja untuk kalian. Karena ini tadi pesanan dari mas-mas yang pergi tadi," jawab Shella.
"Biarpun begitu, nanti usaha kamu merugi," kata Galang khawatir.
"Tidak apa-apa. Kalian makan saja, kami ikhlas," kata Shella lagi.
"Tidak bisa gitu. Ini." Galang memaksa Shella untuk menerima uang dari Galang. "Kalau mereka berani mengganggu usaha lo, beritahu kami. Kami tidak akan membiarkan mereka hidup."
Shella masih belum mau menerima uang pemberian dari Galang. Akhirnya, Galang membuka helm yang dipakainya dan membuat Shella terkejut. Pria yang dihadapannya adalah Galang. Ketua geng motor Starly.
Ini Galang ketua geng motor Starly yang terkenal itu? Batin Shella agak takut.
"Lo inget gue, kan? Sebagian darah di tubuh gue adalah darah Lo. Jadi, gue akan selalu melindungi Lo, dimanapun Lo berada," ucap Galang tegas.
"Ingat," jawab Shella singkat. Shella akhirnya mau menerima uang pemberian Galang Karana takut jika dia menolak, Galang pasti akan marah. Bagaimana jika dia merusak warung ini?
"Kalian makan saja di markas. Ayo kita pergi!" titah Galang.
Galang semata tersenyum pada Shella lalu bergegas memakai kembali helmnya. Mereka bertujuh bergegas meninggalkan Shella yang masih mematung di tempatnya.
Shella masih tidak percaya jika pemuda yang dia tolong adalah ketua geng motor yang terkenal itu. Shella sering mendengar geng mereka berkelahi demi memperebutkan daerah kekuasaan. Bahkan sampai berkelahi dan ditangkap polisi karena sering tawuran.
Bahkan, pernah mendengar jika mereka bertanding balapan liar yang mengakibatkan salah satu dari mereka kecelakaan dan meninggal dunia. Mereka benar-benar mempertaruhkan nyawa hanya demi kekuasaan. Mereka tidak peduli dengan orangtua mereka yang lari sangat khawatir dengan apa yang mereka lakukan.
Pantas saja, ayah dan ibunya marah-marah saat melihat kondisi Galang. Pasti mereka sangat khawatir dengan keadaan Galang. Tetapi cara mengekspresikan yang kurang tepat.
Shella berjalan perlahan sambil sesekali menghela napas berat.
"Shella, apa mereka sudah pergi? Tapi kenapa kamu terima uang dari mereka?" tanya Pak Darman kaget.
"Ayah, yang memesan sudah pergi. Dari pada mubazir, aku berikan pada yang lain. Ayah tahu tidak, siapa yang diluar tadi?" tanya Shella.
"Siapa?" tanya ayahnya.
"Galang. Pemuda yang pernah kita tolong itu, Yah. Ternyata, dia ketua geng motor Starly," jawab Shella kesal.
"Lalu kenapa, apa kamu menyesal menyelamatkan dia?" tanya ayahnya.
"Bukan, Ayah. Shella tidak pernah menyesal. Hanya saja, saat itu, Shella mengira dia terluka karena kecelakaan. Kalau dipikir lagi, apa mungkin, saat itu dia habis berkelahi?" tanya Shella.
"Sudahlah. Apapun yang terjadi pada Galang, masalah berkelahi atau apapun, itu bukan urusan kita. Tugas kita hanya mencoba menyelamatkan dia, itu saja. Ingat kata-kata Ayah. Sejahat apapun dia, kalau kita bisa menyelamatkan nyawanya, itu suatu kebaikan," kata pak Darman.
"Shella mengerti, Ayah."
Keesokan harinya, ada undangan dari Rafael. Hari ini, mereka akan membicarakan masalah investasi. Shella dan ayahnya datang ke perusahaan Rafael dengan sepeda motornya. Saat akan memasuki area parkir, ada seorang wanita yang marah karena motor Shella berjalan terlalu pelan.
Gadis itu bernama Maria, sekretaris Rafael. Gadis cantik bertubuh seksi dan berkulit putih itu, terlihat galak.
"Hai, kalian ini bisa naik motor tidak? Aku ini terburu-buru di kejar waktu, apa kalian akan menanggung kalau bos aku marah!" teriak Maria dengan sombongnya.
Shella menghentikan laju motornya dan menepi untuk memberi jalan pada mobil Maria.
"Maaf, Mbak. Motornya memang tidak bisa jalan cepat. Maklum motor tua," jawab Shella.
"Makanya beli mobil, atau paling nggak, beli motor baru. Dasar orang miskin," ejek Maria.
Mobil Maria bergerak maju untuk mencari tempat parkir khusus untuknya. Sementara Shella dan ayahnya hanya mengenal napas panjang.
"Cantik-cantik kok bicaranya suka ngerendahin orang lain. Semoga aku di jauhkan dari sifat buruk itu," gumam Shella.
"Shella, suatu saat jika kamu jadi orang sukses, jangan tiru sikap yang seperti itu. Kamu tahu bagaimana rasanya, jadi jangan lakukan pada orang lain," kata pak Darman.
"Iya, Ayah."
Shella mencari tempat parkir umum untuk karyawan yang memakai sepeda motor. Dia lalu bergegas menuju ke kantor Rafael. Tidak disangka, mereka bertemu dengan Maria yang memang sekretaris Rafael.
"Kalian mau apa bertemu Pak Rafael?" tanya Maria sinis.
"Kami mendapat undangan dari Pak Rafael langsung. Ini undangannya," jawab Shella sambil menunjukan pesan dari ibunya pak Rafael.
"Pak Rafael lagi sibuk. Hari ini, jadwalnya sangat padat. Sebaiknya kalian pulang saja," kata Maria kesal.
"Tidak bisa, saya sudah meluangkan waktu untuk ini. Kamu pikir, saya juga bukan orang sibuk? Saya malah lebih sibuk Sari kalian," ucap Shella agak keras.
"Kamu ini terlalu memaksa. Jangan buat keributan di sini. Sebaiknya kalian seger alergi sebelum saya panggil scurity," ancam Maria.
"Tidak, kami tidak akan pergi sebelum bertemu dengan Pak Rafael," ucap Shella lebih ngegas.
"Ada apa ini?"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments