Suara Rafael mengagetkan semua orang. Terutama Maria. Dia sudah berusaha membohongi Shella dan ayahnya. Dia seperti kena karma, sekarang Rafael tiba-tiba muncul di depan mereka.
"Tuh kan, Pak Rafael ada. Kenapa tadi dibilang nggak ada. Jangan-jangan matanya udah ketutup sama ...," kata Shella lalu menutup mulutnya dengan tangan kanannya.
"Bisa diam, nggak?" gumam Maria kesal. "Pak Rafael. Maaf, ini ada orang yang ngaku sudah ada janji dengan Bapak. Tapi kayaknya tidak ada dalam agenda Bapak hari ini."
"Oh, aku lupa kasih tahu kamu. Memang hari ini, aku ada janji sama mereka. Ini berhubungan dengan Mamaku. Jadi undur rapat pagi ini untuk siang saja. Silakan masuk," ucap Rafael tegas.
Rafael mempersilakan Shella dan ayahnya masuk. Shella dan ayahnya mengikuti langkah Rafael yang sangat cepat. Benar kata orang, waktu adalah uang. Tidak ada waktu yang dibuang untuk hal-hal yang tidak penting. Semua karena bisnis dan Rafael adalah contoh manusia super sibuk.
"Silakan duduk. Begini pak ...." Rafael menghentikan ucapannya karena dia belum tahu namanya. Padahal sudah menjadi pelanggan tetap, tetapi yang melakukan transaksi adalah Rendra, sepupu Rafael.
"Darman, Pak Darman," sahut pak Darman.
"Pak Darman, menindaklanjuti keinginan Mama, saya tangan akan berurusan dengan Pak Darman untuk kedepannya. Bapak tidak perlu membuat proposal karena investasi ini dari Mama. Uang Mama pribadi. Jadi, kami akan mengeluarkan uang sebesar 200 juta untuk memperluas usaha Pak Darman. Kami ingin membuat tempat jualan yang sejenis restoran. Tapi, tidak akan menghilangkan seni dari Warung Gaul kalian. Kami ingin nama baru yang lebih menjual. Selebihnya terserah kalian saja," kata Rafael panjang lebar.
"Soal nama, kami akan pikirkan lagi. Karena orang-orang sudah mengenal nama ini sejak awal di buka," kata Shella.
"Terserah kalian. Yang penting, tempat kalian, harus bisa di nikmati oleh orang-orang kalangan menengah ke atas. Saya akan ikut mempromosikan tempat kalian pada beberapa kolega saya. Siapa tahu mereka tertarik mengajak keluarga mereka untuk ke tempat kalian," kata Rafael lagi.
"Terima kasih. Kami mengerti arah tujuan Pak Rafael," kata Pak Darman.
"Masalah lainnya, pengacara saya yang akan mengurusnya. Termasuk surat perjanjian kerja sama. Dalam seminggu, akan sudah selesai dan uangnya akan bisa segera cair," kata Rafael lagi.
Setelah kesepakatan sudah di bicarakan, Shella dan Pak Darman pamit pulang. Shella merasa cukup beruntung karena Rafael percaya pada mereka. Dengan tidak perlu membuat proposal terlebih dahulu sehingga Shella tidak perlu bersusah payah mengerjakannya. Tidak perlu menjelaskan ini itu, yang belum tentu Shella bisa melakukannya.
Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu dengan serombongan anak-anak muda yang mengendarai sepeda motor. Dari jaket yang mereka pakai, Shella tahu jika mereka anggota geng motor Starly. Tetapi, Shella tidak melihat Galang ada diantara mereka.
Sangat disayangkan, pemuda seperti Galang, bisa terlibat bahkan menjadi ketua geng motor. Kasihan juga, melihatnya.
Sampai di rumah, Shella bersiap pergi kuliah. Shella sengaja mengambil kelas siang, agar sorenya dia bisa membantu ayahnya berjualan.
Baru saja, Shella akan berangkat kuliah, ada seseorang yang mencari dia. Ternyata dia adalah ibunya Galang, Bu Mila.
"Shella, kedatangan aku ke sini. Karena aku ingin meminta bantuan kamu," kata Bu Mila sambil menatap Shella.
"Bantuan apa, Bu Mila. Jika saya bisa membantu, saya akan melakukannya dengan senang hati," jawab Shella.
"Ini tentang Galang. Sebagai orangtua, kami merasa putus asa mendidik dia. Kami sudah berusaha memberikan kasih sayang, tetapi dia selalu beranggapan bahwa kami mengabaikan dia," cerita Bu Mila.
Bu Mila meneruskan ceritanya. Galang, sejak kecil sudah tumbuh menjadi anak uang suka memberontak. Karena merasa ibunya lebih memilih ayah tirinya daripada ayah kandungnya. Galang tumbuh sebagai pemuda yang penuh kebencian dan kemarahan pada keluarganya. Terutama ibu dan ayah tirinya.
Ditambah lagi, ibunya yang sibuk dengan pekerjaan dan ketika pulang sudah lelah sehingga tidak ada waktu untuk dekat dengan Galang. Galang tumbuh menjadi pemuda yang kurang kasih sayang dan perhatian orang-orang terdekatnya.
Ketika menyadari itu semua, sepertinya semua sudah terlambat. Galang kini telah menjadi legenda dalam dunia anak jalanan. Menjadi ketua sebuah geng motor yang terkenal.
Mengabaikan pendidikannya, meskipun dia sudah terdaftar sebagai mahasiswa di tempat Shella kuliah. Ternyata mereka satu kampus. Hanya saja, Galang hampir tidak pernah masuk kuliah sehingga Shella tidak pernah melihatnya.
Cerita Bu Mila berakhir sampai di situ. Shella hanya bisa menarik napas dalam-dalam mendengar cerita masa lalu Galang. Hati Shella merasa sedih. Seharusnya Galang itu bersyukur, memiliki orangtua yang kaya. Dia tidak perlu bersusah payah bekerja, bisa kuliah tanpa harus kerja keras. Hanya cukup belajar dengan baik.
"Lalu, apa yang bisa Shella bantu?" tanya Shella.
"Jika dia menemui kalian, terutama kamu. Dia ingin membalas pertolongan kalian, tolong jangan tolak dia. Kami tidak ingin, dengan penolakan kalian, dia akan merasa sedih dan lebih terjerumus lagi lebih dalam," kata Bu Mila sambil menghela napas berat.
"Saya mengerti, Bu Mila. Meskipun kami agak takut dengan status Galang sebagai ketua geng motor, kami akan mencoba untuk tidak membuat dia sakit hati," jawab Shella.
"Satu lagi, jangan sampai dia tahu, kita bertemu membahas dia," pesan Bu Mila.
Shella mengangguk tanda mengerti. Bu Mila juga bergegas pamit pergi dan Shella segera pergi kuliah. Sepanjang jalan, Shella berusaha menganalisa Galang. Meskipun dia ketua geng motor, dia tidak sejahat yang orang-orang pikirkan. Hanya saja, dunia mereka penuh kriminalitas.
Sepulang kuliah, Shella langsung menuju ke tempat jualan ayahnya. Sore itu cukup rame. Banyak pembeli yang datang silih berganti.
Shella memarkir motornya terlebih dahulu sebelum dia melangkah masuk. Saat masuk, Shella tampak terkejut melihat ayahnya memiliki pelayan baru. Lebih terkejut lagi saat Shella tahu siapa pelayan tersebut.
"Galang?" gumam Shella.
Shella bergegas menemui ayahnya yang sedang sibuk membuat pesanan. Rasa penasarannya membuat Shella tidak bisa menunda barang semenit.
"Ayah, kenapa Galang bisa menjadi pelayan Ayah?" tanya Shella.
"Oh, itu. Sebenarnya Ayah mau menjelaskan padamu. Tetapi, Ayah saat ini sedang sibuk. Kita bicara nanti saja, setelah ada waktu luang," kata Pak Darman. Dia tidak terpengaruh dengan rasa penasaran Shella yang sudah sampai di ubun-ubun. Akhirnya, Shella mengalah karena memang melayani pelanggan lebih penting darimana rasa penasarannya.
Shella bersabar menunggu hingga fried chicken terjual habis. Meskipun, mereka satu pekerjaan, Shella dan Galang tidka saling bicara. Tetapi tidak bisa Galang pungkiri, jika dia mulai tertarik dengan Shella. Berkali-kali dia mencuri pandang ke arah Shella, yang sama sekali tidak terlihat merespon keberadaannya di tempat ini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments