Terpikat Cinta Janda
"Ayo buruan, Fi, mbak sudah telat nih," seru Naya kepada Fifi, adik sepupu yang sudah dua tahun lebih tinggal serumah dengannya.
"Iya, tunggu bentar, Mbak." Fifi menyahut dengan mulut penuh bakwan.
Gadis berseragam putih abu-abu itu berlari tergesa-gesa ke teras depan, masih sibuk mengikat tali sepatunya. Sedangkan Naya sudah siap duduk di jok motornya dengan mesin yang sudah menyala.
Setiap hari Naya selalu mengantar Fifi ke sekolah, yang jaraknya bisa ditempuh sekitar sepuluh menitan jika lalulintas sedang normal. Dan Naya sendiri setiap harinya bekerja disebuah warung bakso yang cukup terkenal di kota Naya tinggal. Warung bakso tempat Naya bekerja setiap hari itu selalu ramai pengunjung maupun dari luar kota yang datang membeli.
Naya wanita berusia dua puluh dua tahun. Meski masih muda tetapi Naya adalah seorang janda beranak satu. Dulu Naya menikah saat berusia sembilan belas tahun, tepat satu bulan setelah lulus SMA. Pernikahan Naya kandas saat usia pernikahannya masih berjalan kurang lebih satu setengah tahun saja. Perceraian itu terjadi dipicu karena mantan suami Naya yang ketahuan selingkuh dibelakangnya.
"Biar terburu-buru tetap hati-hati di jalan, Nay," pesan Rahma, ibunya Naya. Wanita paruh baya itu berdiri di teras rumah sambil menggendong bocah perempuan berusia dua tahun yang sedang sakit demam.
"Iya, Bu," jawab Naya ramah.
Setelah Fifi duduk berboncengan dengan Naya, tiba-tiba saja Lala, bocil yang tadi digendong Rahma menangis. Membuat Naya tidak jadi melajukan motornya dan memilih turun untuk kemudian mendekati Lala.
"Mama harus kerja dulu, Lala," pamit Naya sambil membelai pipi anaknya yang masih bersuhu panas.
"Lala mau itut mama," Lala mulai rewel lagi. Tangan bocah itu terulur kepada Naya meminta gendong.
Naya tentu bingung. Di sisi lain ia harus cepat berangkat kerja, karena dengan penghasilannya itu ia bisa mencukupi segala kebutuhan Lala. Tetapi melihat anaknya menangis seperti itu, tentu sebagai seorang ibu sangat tidak tega untuk meninggalkannya.
"Lala, mama harus berangkat kerja, buat nanti Lala bisa beli susu sama mainan," Rahma ikut membujuk Lala.
Tetapi bocah ringkih yang sering sakit-sakitan itu tetap tidak bisa dibujuk. Bahkan tangisnya semakin menjadi. Meraung-raung menyebut mama. Sangat tidak mau ditinggal pergi oleh Naya.
Tanpa berpikir lagi Naya langsung mengambil Lala dari gendongan ibunya. Wanita itu terus berusaha menenangkan Lala dengan kecupan sayangnya.
"Ayo, Mbak!" Fifi berteriak, memanggil Naya yang terlihat enggan berangkat.
Naya menoleh kepada Fifi.
"Mbak mau libur kerja dulu, Fi," kata Naya yang otomatis membuat Fifi melongo jengah.
Rahma yang mendengar perkataan Naya yang lagi-lagi libur kerja, sebenarnya merasa prihatin sekali. Sejak lahir Lala memang seperti langganan dokter karena terlalu sering sakit. Dulu saat Naya masih bersuami, suaminya itu tidak begitu peduli dengan kondisi Lala. Bahkan kentara sangat cuek dengan darah dagingnya sendiri. Karena memang mantan suami Naya itu sebelumnya sangat menginginkan anak cowok. Jadi kesannya seperti kecewa dengan Naya dan juga Lala yang terlahir sebagai cewek.
Bersyukur sekali majikan tempat Naya bekerja orangnya baik sekali. Meski Naya sudah terlampau sering ijin karena harus merawat Lala yang tiap kali sakit selalu tidak bisa ditinggal olehnya. Meski harus mengorbankan upahnya yang dipotong sesuai masa ijin, tetapi masih lebih baik daripada harus dipecat kerja di sana.
"Trus aku gimana mbak berangkatnya?" Fifi terlihat manyun, karena saat ini dirinya yang terancam telat masuk kelas.
"Bawa saja motor mbak, Fi," ucap Naya.
Fifi langsung menyeringai. Tetapi Naya langsung peka dengan perubahan mimik wajah Fifi.
"Ingat, pulang sekolah langsung pulang. Jangan mampir-mampir! Mbak mau oper kerja sore nanti sama Yuli," pesan Naya. Tiba-tiba ia kepikiran akan meminta oper jam kerja dengan Yuli, daripada gajinya bulan ini akan selalu terpotong karena sering libur.
"Siap, Mbak. Assalamu'alaikum..." Lalu Fifi mulai melajukan motor matic yang sudah cukup usang itu.
"Wa'alaikumsalam." Naya dan Rahma menjawab salam itu bersama.
Motor matic keluaran tahun 2000-an itu Naya sewa dari jasa pegadaian rumahan. Sengaja Naya mengambil yang kualitas bodynya tidak begitu bagus karena biaya sewanya juga cukup murah. Yang terpenting mesin motor oke buat jalan. Satu tahun sewa motor itu cukup bayar tiga juta saja. Biasanya orang yang menggadaikan motor itu karena sedang terdesak uang. Dan motor itu akan kembali diambil oleh pemiliknya setelah orang tersebut menebusnya.
Abdul, bapaknya Naya hanya pekerja serabutan. Terkadang menjadi kuli bangunan. Sementara ini Abdul lah yang menjadi kepala keluarga, setelah Naya resmi bercerai. Naya sebenarnya masih memiliki dua adik laki-laki yang masih sekolah. Adik pertama Naya bernama Riki, masih sekolah SMA kelas sebelas. Sedangkan adik bungsu Naya bernama Farhan yang masih duduk di bangku SD kelas enam. Fifi tahun ini sudah mau lulus SMA. Gadis itu adalah keponakan ibunya Naya. Karena dulu Fifi sering sakit-sakitan orang tua Fifi menyerahkan Fifi kepada Rahma untuk diangkat menjadi anak. Walau hidup Abdul dan Rahma terbilang pas-pasan, tetapi bersyukur Tuhan masih mencukupi rejeki keluarga Abdul sehingga mampu menyekolahkan tiga anak.
Naya membawa Lala masuk ke kamar, supaya anaknya itu bisa bobok dengan nyaman.
"Cepat sembuh ya, La. Nanti mama ajak jalan-jalan ke Aloon-aloon, naik odong-odong," ucap Naya saat ia sudah sama-sama berbaring di kasur bersama Lala.
Lala mengangguk senang. Matanya yang sayu menyorot penuh binar.
"Jadi kalau pingin cepat sembuh Lala harus mau minum obat," lanjut Naya, mengingat Lala yang selalu rewel jika akan minum obat.
"Payit! Ndak mau!" Bocah yang masih belum lancar bicara itu langsung menolak.
"Nggak pahit, La. Sirupnya sudah rasa strawberry kesukaan Lala. Ayooo... Mau sembuh apa tidak? Kalau tidak mau, mama nggak jadi ajak Lala ke Aloon-aloon."
"Mau, Ma." Akhirnya Lala mau meminum obatnya, setelah tadi sempat menolak saat Rahma akan memberinya obat.
Setelah meminum obatnya, tak lama kemudian Lala tertidur pulas. Naya beranjak sangat pelan, takut pergerakannya akan mengusik tidur Lala.
"Sudah tidur Lala, Nay?" tanya Rahma setelah melihat Naya keluar dari kamarnya.
Naya mengangguk. Sekejap kemudian matanya celingukan ke halaman depan.
"Riki nggak bawa sepeda, Buk?" tanya Naya melihat sepeda milik Riki ada di halaman depan.
"Tadi berangkatnya bareng sama Irul. Katanya nanti masih harus belajar kelompok, jadi adikmu boncengan sama Irul."
"Ooh...." Naya ber-oh saja kemudian berjalan keluar rumah.
"Buk, aku pamit mau ke rumah Yuli. Mau oper sama dia. Semoga saja Yuli mau," kata Naya sambil mengambil sepeda milik Riki.
Rahma hanya bisa mengangguk. Sebenarnya Rahma sangat prihatin dengan kondisi anak sulungnya itu. Sebelum bekerja kemarin, Naya terpaksa menjual handphonenya untuk biaya pengobatan Lala. Seandainya saat ini Naya memiliki handphone, tentu ia tidak perlu repot ke rumah Yuli, yang jarak ke rumahnya cukup melelahkan jika harus dengan naik sepeda. Untuk membeli hape lagi, Naya sudah tidak begitu minat. Ia lebih memprioritaskan kebutuhan Lala daripada harus membeli hape baru.
"Hati-hati, Nay," ucap Rahma melepas kepergian Naya.
"Ya Allah... Semoga engkau lekas mempertemukan jodoh yang baik, sholeh, dan bertanggungjawab untuk Naya. Yang bisa menerima kondisi Naya dengan Lala." Lirih hati Rahma, yang tidak pernah berhenti mendoakan Naya supaya bisa segera bertemu dengan jodohnya lagi.
Rasanya tidak tega melihat Naya kelimpungan seorang diri. Meski sebelumnya Naya selalu bilang akan menjadi single parent saja tiap kali ada orang yang berniat melamarnya, tetapi Rahma tidak pernah putus asa berdoa supaya Tuhan membolak-balikan hati Naya agar mau menikah lagi. Menjadi janda di usia yang masih muda, tentulah akan menjadi omongan banyak orang. Dan Rahma sangat takut, jika Naya akan terkena fitnah dengan statusnya itu. Meski Rahma sangat tahu, jika Naya bisa menjaga martabat dirinya dengan status janda yang selalu dipandang miring oleh kebanyakan orang.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Anjani
lanjut dong
2023-07-17
1
Umiie'ne Naza
banyak sekali keluarga nya tor,
2023-06-30
1
Ita Am
hebat Naya ☺️
2023-06-22
0