Eps 04

Fifi kembali ke rumah sambil membawa sekantong kresek berisi makanan ringan. Gadis itu berjalan riang sambil mulutnya berdendang lagu-lagu pop yang sedang viral.

"Mbak Naya," Fifi tiba-tiba masuk ke kamar Naya.

"Ssttt... Jangan rame, Lala lagi bobok," ucap Naya memperingatkan sebelum adik sepupunya itu terlanjur bar-bar.

Fifi hanya mengangguk, lalu gadis itu menunjukkan makanan yang dibawanya itu kepada Naya.

"Coba tebak dari siapa?" kata Fifi.

Naya langsung menghedikkan bahunya, malas menerka.

"Dari bang Wahyu, katanya buat Lala."

Naya tidak begitu kaget, karena tadi ia sudah mengira pasti itu dari Wahyu.

"Taruh saja di meja itu, Fi," kata Naya sama sekali tidak penasaran makanan apa yang diberi Wahyu untuk Lala.

"Mbak nggak mau lihat isinya?"

Naya bergeming saja. Pikirannya tiba-tiba tersita tentang Wahyu. Rupanya Pria itu mulai nekat sedikit demi sedikit untuk bisa mendekatinya. Dari yang awalnya cuma bertemu di luar, sampai tadi mengantar Naya hingga gang depan, dan sekarang lanjut kirim-kirim makanan. Jika dibiarkan bisa-bisa besok ia nekat datang ke rumah ini. Sungguh, Naya tidak siap jika Wahyu sampai nekat datang beneran.

Seketika Naya duduk, dan lantas mengambil makanan yang dibawa Fifi itu. Fifi yang melihatnya langsung senyum-senyum, mengira Naya sudah mau membuka hatinya sedikit kepada Wahyu.

Tetapi bukan seperti dugaan Fifi, Naya penasaran mengecek isi kresek itu karena takut ada apa-apanya. Dan benar saja, dari sekian banyak makanan yang bisa di berikan kepada Lala, ada satu makanan yang tidak mungkin itu untuk Lala. Ada dua batang coklat yang biasanya coklat itu sering dipakai orang-orang pacaran untuk kado ketika perayaan valentine days. Lala terbengong memegang coklat itu.

"Waah... Enak tuh, Mbak," pekik Fifi dengan sorot mata berbinar.

Lala terbangun karena suara Fifi. Beruntungnya bocah itu tidak rewel lagi. Langsung anteng setelah melihat banyak jajanan ringan kesukaannya.

"Lala mau roti?" tawar Naya.

Bocah itu mengangguk. Lalu Naya membuka bungkus roti itu dan kemudian memberinya kepada Lala. Tangan Lala ikut sibuk mengambil susu kotak yang berjumlah lima, dan menyatukannya dalam pangkuannya. Bocah itu memang sangat doyan minum susu kotak.

Saat Lala juga akan mengambil coklat yang tadi dipegang Naya, wanita itu buru-buru mencegahnya.

"Lala masih nggak boleh makan coklat. Entar perutnya sakit lagi gimana?" Terpaksa Naya berkilah seperti itu karena tidak ingin Lala memakannya. Itu saja.

Beruntungnya Lala mau patuh. Bocah itu terlalu asyik menikmati roti isi keju kesukaannya.

"Buat kamu saja, Fi," kata Naya dengan suka rela memberikan dua coklat itu kepada Fifi.

"Satu aja, Mbak. Kalau dikasih ke aku semua Mbak nggak kebagian dong."

"Nggak pa-pa, mbak nggak mau coklat," balas Naya. Padahal sebenarnya ia suka coklat, apalagi dimakan ketika pikiran lagi suntuk, seperti ampuh menjadi obat penenang buat Naya.

"Ya udah, makasih ya, Mbak. Emang rejeki anak sholehah." Fifi terkekeh.

Gadis itu seperti kebiasaannya akan selalu mengunggah story ke sosmed nya tiap kali ada sesuatu yang membuatnya senang. Walau ketika sedang galau pun, story Fifi akan lebih banyak bermunculan berderet-deret.

Tiba-tiba saja Rahma ikut masuk ke kamar itu.

"Kok banyak makanan, dari siapa?" tanyanya penasaran.

"Dari Irwan," sahut Naya langsung. Ia tidak mau ibunya kepikiran jika ia mengatakan yang sebenarnya.

Fifi yang mendengar jawaban Naya hanya bisa cengengesan menatap Rahma. Sambil memamerkan dua coklat itu kepada Rahma. Tak apalah buat tumbal kebohongan, yang penting dapat coklat gratis.

Rahma melirik jengah kepada Fifi. Entahlah, gadis itu sudah sering diperingatkan oleh Rahma untuk tidak pacaran dulu. Tetapi Fifi seperti acuh dengan pesan Rahma. Mungkin karena Rahma bukan orang tua kandungnya, jadilah Fifi seperti tidak begitu takut dengan larangan dari Rahma. Entah kalau Rahma menceritakan itu kepada orang tua kandung Fifi, bisa dipastikan Fifi akan langsung kejer-kejer. Secara kedua orang tua kandung Fifi orangnya sangat fanatik.

Lalu Rahma berlalu dari kamar Naya.

Malam sudah menjelang. Orang rumah sudah duduk santai sambil menonton tivi. Ada Farhan yang sedang menemani Lala bermain. Om yang masih berusia belum dua belas tahun itu memang selalu menjadi teman main Lala saat di rumah. Sedangkan Riki tetap ngendon di kamarnya. Entahlah apa yang sedang dilakukan adik kedua Naya itu.

"Alhamdulillah, cucu Mbahkung sudah sembuh," ucap Abdul begitu mengecek kening Lala yang suhunya sudah normal.

"Ayo ke ayon-ayon, Ma," kata Lala dengan riang, setelah mendengar perkataan sembuh dari Abdul.

"Belum boleh dulu, Lala harus benar-benar sembuh dulu," rayu Rahma.

Wajah Lala mulai memberengut.

"Mama bilang malam minggu kan? Ini masih hari apa?" Naya ikut merayu.

"Ayo hitung sama mama. Kamis, Jum'at, Sabtu. Nah, sudah tiga hari lagi, La." Naya membujuknya sambil menghitungkan jari kecil Lala.

"Bedini ya, Ma?" Lala mengangkat jarinya tiga.

Naya mengangguk sambil tersenyum. Tangannya mengacak gemas pucuk kepala Lala yang semakin hari kepintarannya semakin meningkat.

"Weeee... Om Aan jangan itut!" kata Lala mulai menggoda Farhan.

Farhan pura-pura menangis didepan Lala. Alhasil malam itu suasana menjadi ramai karena gelak tawa orang rumah, melihat aksi lucu Lala yang semakin menggemaskan.

"Naya, bapak pingin ngomong sama kamu," kata Abdul mengajak Naya bicara berdua di ruang tamu.

Naya langsung menurut tanpa banyak tanya. Tetapi Fifi dibuat was-was, takut-takut ada orang yang akan datang melamar Naya. Diam-diam Fifi nguping pembicaraan mereka, dengan pura-pura masuk ke kamarnya yang jaraknya berdekatan dengan ruang tamu.

"Waktu bapak pulang kerja tadi, pak lek Sholeh manggil bapak," kata Abdul memulai pembicaraannya.

Naya tetap diam mendengarkan. Ia sudah bisa menebak, pasti ini soal perjodohan. Karena pak lek Sholeh sudah dikenal sebagai juru comblang di kampung Naya tinggal.

"Dia bilang ada orang yang ingin datang melamar kamu," lanjut Abdul.

"Trus bapak bilang apa?" Naya penasaran akan jawaban bapaknya kepada pak lek Sholeh.

Jujur, Naya sedikit takut. Takut Abdul kembali mengulangi hal yang sama saat dulu Naya akan dijodohkan dengan ayahnya Lala. Saat itu Abdul main setuju saja, tanpa meminta pendapat Naya dulu. Iming-iming mantan suami Naya yang mengatakan akan melanjutkan sekolah Naya hingga ke bangku kuliah, membuat Abdul langsung setuju dengan lamarannya. Abdul merasa tidak akan mampu menyekolahkan anaknya sampai kuliah. Jadi wajar saja jika Abdul begitu senang mendengar janji itu. Yang nyatanya janji itu hanya isapan jempol belaka. Karena Naya tidak benar-benar di kuliahkan saat menikah. Jangankan kuliah, ngasi duit belanja saja agak perhitungan. Apalagi harus mengeluarkan biaya kuliah Naya.

"Bapak ngomong ke pak lek Sholeh kalau bapak harus ngomong dulu ke kamu," sambung Abdul.

Naya menghela nafas lega mendengarnya.

Abdul sedikit merasa trauma dengan perjodohan yang dulu. Ia berjanji tidak akan main jodoh-jodohkan lagi kepada anak-anaknya. Kalau memang menurut Abdul pilihannya itu baik, Abdul pasti akan menanyakannya terlebih dahulu kepada anak-anaknya.

"Pak lek Sholeh bilang orang yang akan melamar kamu itu tahun ini mau nyalon kades. Dia duda, sudah punya anak satu kayak kamu. Anaknya usianya sudah sepuluh tahun. Katanya dia duda karena cerai, istrinya selalu cek-cok, beda pendapat terus. Begitu kata pak lek Sholeh," jelas Abdul.

Naya melongo mendengarnya. Duda?

"Menurut kamu bagaimana, Nay? Kalau kamu mau, bapak mau ngomong sama pak lek Sholeh. Kata pak lek Sholeh orang itu harus segera punya istri sebelum pilkades digelar." Abdul bertanya lagi.

Naya bergeming saja. Jujur, dalam hati Naya menolak tawaran itu. Ia bukan wanita gila harta dan jabatan. Apalagi saat mendengar pernyataan butuh segera menikah karena akan nyalon kades, apa iya itu bukan sekedar topeng untuk masyarakatnya? Bisa-bisa Naya hanya akan bernasib sebagai istri diatas kertas saja.

Sedangkan Fifi yang sedari tadi menguping pembicaraan mereka, mulai gencar berchatting dengan Wahyu. Apa yang didengarnya itu Fifi langsung menceritakannya kepada Wahyu.

"Kalau tidak mau bilang langsung saja, Nay. Kita nggak pa-pa kalau kamu masih belum siap nikah lagi," kata Rahma ikut nimbrung.

Perlahan dengan pasti, akhirnya Naya menganggukkan kepalanya.

"Maaf, Pak, Buk, aku tidak bisa. Aku masih belum siap lahir batin untuk menikah lagi," kata Naya dengan mantap.

*

Terpopuler

Comments

Marchel

Marchel

jangan mau sama calon Pak kades, belum tentu ia benar-benar jadi pak kades, Lebih baik yang sudah pasti saja Foto kopiannya Afgan yang sudah jelas di depan mata 🤭

2023-06-19

2

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Daripada jd bu kades lebih baik jd istri Afgan kw....othor visual nya mana aku pusing ora ngerti ora ono .......ka Rose minta ayam goreng......tuh kan ini buktinya aku pusing......

2023-05-23

2

Utiyem

Utiyem

pak kades butuh segera istri buat nyalon kades hedeeehhhhh emoh, ojo gelem nay

2023-05-11

2

lihat semua
Episodes
1 Eps 01
2 Eps 02
3 Eps 03
4 Eps 04
5 Eps 05
6 Eps 06
7 Eps 07
8 Eps 08
9 Eps 09
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Eps 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Eps 22
23 Eps 23
24 Eps 24
25 Eps 25
26 Eps 26
27 Eps 27
28 Eps 28
29 Eps 29
30 Eps 30
31 Eps 31
32 Eps 32
33 Eps 33
34 Eps 34
35 Eps 35
36 Eps 36
37 Eps 37
38 Eps 38
39 Eps 39
40 Eps 40
41 Eps 41
42 Eps 42
43 Eps 43
44 Eps 44
45 Eps 45
46 Eps 46
47 Eps 47
48 Eps 48
49 Eps 49
50 Eps 50
51 Eps 51
52 Eps 52
53 Eps 53
54 Eps 54
55 Eps 55
56 Eps 56
57 Eps 57
58 Eps 58
59 Eps 59
60 Eps 60
61 Eps 61
62 Eps 62
63 Eps 63
64 Eps 64
65 Eps 65
66 Eps 66
67 Eps 67
68 Eps 68
69 Eps 69
70 Eps 70
71 Eps 71
72 Eps 72
73 Eps 73
74 Eps 74
75 Eps 75
76 Eps 76
77 Eps 77
78 Eps 78
79 Eps 79
80 Eps 80
81 Eps 81
82 Eps 82
83 Eps 83
84 Eps 84
85 Eps 85
86 Eps 86
87 Eps 87
88 Eps 88
89 Eps 89
90 Eps 90
91 Eps 91
92 Eps 92
93 Eps 93
94 Eps 94
95 Eps 95
96 Eps 96
97 Eps 97
98 Eps 98
99 Eps 99
100 Eps 100
101 Eps 101
102 Eps 102
103 Eps 103
104 Eps 104
105 Eps 105
106 Eps 106
107 Eps 107
108 Eps 108
109 Eps 109
110 Eps 110
111 Eps 111
112 Eps 112
113 Eps 113
114 Eps 114
115 Eps 115
116 Eps 116
117 Eps 117
118 Eps 118
119 Eps 119
120 Eps 120
121 Eps 121
122 Eps 122
123 Eps 123
124 Eps 124
125 Eps 125
126 Eps 126
127 Eps 127
128 Eps 128
129 Eps 129
130 Eps 130
131 Eps 131
132 Eps 132
133 Eps 133
134 Eps 134
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Eps 01
2
Eps 02
3
Eps 03
4
Eps 04
5
Eps 05
6
Eps 06
7
Eps 07
8
Eps 08
9
Eps 09
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Eps 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Eps 22
23
Eps 23
24
Eps 24
25
Eps 25
26
Eps 26
27
Eps 27
28
Eps 28
29
Eps 29
30
Eps 30
31
Eps 31
32
Eps 32
33
Eps 33
34
Eps 34
35
Eps 35
36
Eps 36
37
Eps 37
38
Eps 38
39
Eps 39
40
Eps 40
41
Eps 41
42
Eps 42
43
Eps 43
44
Eps 44
45
Eps 45
46
Eps 46
47
Eps 47
48
Eps 48
49
Eps 49
50
Eps 50
51
Eps 51
52
Eps 52
53
Eps 53
54
Eps 54
55
Eps 55
56
Eps 56
57
Eps 57
58
Eps 58
59
Eps 59
60
Eps 60
61
Eps 61
62
Eps 62
63
Eps 63
64
Eps 64
65
Eps 65
66
Eps 66
67
Eps 67
68
Eps 68
69
Eps 69
70
Eps 70
71
Eps 71
72
Eps 72
73
Eps 73
74
Eps 74
75
Eps 75
76
Eps 76
77
Eps 77
78
Eps 78
79
Eps 79
80
Eps 80
81
Eps 81
82
Eps 82
83
Eps 83
84
Eps 84
85
Eps 85
86
Eps 86
87
Eps 87
88
Eps 88
89
Eps 89
90
Eps 90
91
Eps 91
92
Eps 92
93
Eps 93
94
Eps 94
95
Eps 95
96
Eps 96
97
Eps 97
98
Eps 98
99
Eps 99
100
Eps 100
101
Eps 101
102
Eps 102
103
Eps 103
104
Eps 104
105
Eps 105
106
Eps 106
107
Eps 107
108
Eps 108
109
Eps 109
110
Eps 110
111
Eps 111
112
Eps 112
113
Eps 113
114
Eps 114
115
Eps 115
116
Eps 116
117
Eps 117
118
Eps 118
119
Eps 119
120
Eps 120
121
Eps 121
122
Eps 122
123
Eps 123
124
Eps 124
125
Eps 125
126
Eps 126
127
Eps 127
128
Eps 128
129
Eps 129
130
Eps 130
131
Eps 131
132
Eps 132
133
Eps 133
134
Eps 134

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!