Pura-Pura Pingsan

Pagi ini benar-benar sangat menyenangkan bagi Vita, apa lagi melihat ekspresi ustadz Dafi kemarin, puas rasanya membalas apa yang sudah guru baru itu lakukan padanya.

"Vit, Vita.."

Mendengar suara seseorang memanggilnya, Vita segera menyalami tangan sang Ibu. "Bu, Vita berangkat dulu."

Ibu Rahma mengangguk,"Hati-hati!"

Benar saja, Lala sudah berada di depan rumah Vita lengkap dengan motor kesayangannya.

Beginilah setiap hari, Vita dan Lala berangkat ke sekolah sama-sama. Mereka selalu mempunyai jadwal bergantian untuk saling mengantar jemput.

Kali ini Vita yang menyetir setelah eyel-eyelan dengan Lala. Jalanan begitu ramai, kendaraan berlalu lalang, Vita mengendari sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Itulah sebabnya Lala selalu menolak saat Vita ingin menyetir, namun sikap Vita yang keras kepala membuat Lala tak bisa berbuat banyak selain pasrah.

Tiba-tiba saja motor yang dikendarainya mendadak oleng, ban depannya menyerempet trotoar.

Bruk..

Bukan main malunya terjatuh di tempat umum. Beberapa orang membantu Vita dan Lala, beruntung mereka tidak kenapa-napa.

"Gara-gara lo sih, Vit. Gue juga bilang apa, jangan ngebut! Pagi gini jalan masih rame," gerutu Lala membersihkan roknya yang sedikit kotor.

"Ya kan gue gak tau kalo ban-nya bocor," jawab Vita membela diri.

Gara-gara insiden tadi, motor Lala harus di masukan ke bengkel. Dan gara-gara itu juga mereka harus terlambat sampai di sekolah. Pelajaran telah di mulai sekitar setengah jam yang lalu, Lala berniat untuk kembali pulang karena ia takut terkena takziran. Tetapi tidak dengan Vita, ia memberanikan diri untuk tetap masuk kelas apapun yang akan terjadi nanti.

Pintu kelas pun terbuka setelah Vita mengetuknya, ia menunduk dengan wajah memelas berharap gurunya kali ini mau mengerti dan tidak memberinya takziran.

"Assalamualaikum, maaf Bu saya terlambat. Tadi ban motornya bocor dan kami sempet kecel..."

Lala menyikut lengan Vita, sontak saja Vita mengangkat wajah dan menatapnya. Melihat Lala memonyong-monyongkan bibirnya ke arah depan membuat Vita mengalihkan pandangannya.

"U-Ustadz.."

Vita gelagapan, gawat!! Mampuslah gue, ustadz Dafi pasti berkesempatan banget buat ngasih takziran mengingat bagaimana dia di permalukam di kantin kemaren. Ditambah lagi sekarang terlambat masuk. Aaa tidak..

"Kenapa anty gelagapan begitu? Di sini tidak ada jin," ucap ustadz Dafi keheranan.

"Vita, ustadz! Lagian ngapain ustadz Dafi di sini? Kan sekarang gak ada mapel bahasa arab."

Ustadz Dafi tersenyum. Senyumnya itu masyaAllah, membuat Vita mengamati wajahnya tanpa berkedip. Ia tersadar setelah sebuah penggaris menghampiri dahinya.

"Lihat apa?" Tanya ustadz Dafi.

Vita menggeleng, raut wajahnya menjadi pias setelah guru baru itu memintanya menemui guru BK.

"Yah, Ustadz, masa kami ditakzir lagi," protes Lala.

Bukannya menjawab, Ustadz Dafi malah menutup pintu dan memberikan isyarat dengan tangannya supaya kami segera pergi.

"Guru baru aja belagu," Vita menggerutu kesal.

"Hust, kalo kedengeran kita bisa kena masalah lagi, Vit."

"Emang benerkan dia itu belagu, sok kegantengan."

"Heleh, gitu-gitu juga lo suka kan?"

"Iya sih," Vita tersenyum menunjukan deretan giginya.

Dengkulku mendadak lemas setelah ruangan guru BK di depan mata. Vita dan Lala saling dorong untuk mengetuk pintu.

"Lo aja, Vit!" Ucap Lala cengengesan.

Vita menghela nafasnya dengan kasar, entah apa yang akan mereka terima nantinya.

"Permisi Bu.." ucap Vita setelah mengetuk pintu.

"Masuk!"

"Tau kenapa kalian saya panggil?" Ucap Bu Yasmin dengan tatapan yang sudah tak bersahabat.

Dengan kompak Vita dan Lala menggeleng, kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bu Yasmin yang menyeramkan saat mengintrogasi.

"Kemarin ada yang melapor katanya kamu buat ulah di kantin. Mempermalukan ustadz Dafi di hadapan semua siswi yang ada di kantin, kenapa?"

Seperkian detik kemudian, Vita mengangkat wajahnya bersiap melakukan pembelaan. Tetapi Lala malah menarik bajunya memohon supaya Vita tak berbicara apapun. Raut penuh kekhawatiran terlihat jelas di wajah Lala, ia menggunakan isyarat matanya kepada Vita untuk tetap diam.

"Kenapa, Vita?"

"Hah, apa Bu?"

"Astagfirullah, berarti dari tadi kamu gak dengerin saya ngomong? Wajar saja kamu disebut murid paling dablek sendiri. Beh-beh.." Bu Yasmin merasa frustasi menghadapi Vita yang selalu tersandung masalah di sekolah. Berulang kali diberi hukuman, namun semua itu tidak membuatnya jera.

'Gue denger kali Bu, tapi liat muka sahabat gue, gue jadi gak tegaa. Dan soal gue bikin ustadz Dafi malu ya karna itu balasan dia yang udah buat gue malu duluan di depan temen sekelas. Bukan Vita kalo gak bisa bales dendam' gumamnya dalam hati.

Berakhirlah sudah keduanya berada di tengah lapangan, berjemur diri dan memberi hormat kepada sang merah putih yang berkibar di ketinggian lima meter.

"Vit, masih idup gak lo?"

"Lo kira gue mati, sialan amat lu jadi temen. Kalo lo tadi gak ngalangin gue buat ngomong sama Bu Yasmin, mungkin kita gak kena hukum kayak gini," gerutu Vita membuat Lala terkekeh.

"Maaf. Gue cuma gak mau masalah bertambah. Vit, ustadz Dafi noh."

"Mana?" Reflek Vita celingukan mencari keberadaan sosok guru yang sudah membuatnya terkena takzir.

"Ahay nyariinkan haha. Eh, Vit lo beneran suka sama ustadz Dafi?"

Vita terdiam, bagaimana bisa pertemuan baru dua kali disebut suka. Apa itu tidak aneh? Lagi pula Vita merasa tak yakin dengan perasaannya. Terlebih lagi ustadz Dafi...

"Dih bengong, jawab kek," Lala menyikut lengan Vita membuat tubuhnya sedikit oleng.

"Usia terus status, apa itu mungkin?"

Melihat sahabatnya termenung bukannya menghibur, Lala malah tertawa terpingkal-pingkal.

"Kayaknya lo bukan Vita temen gue deh. Soalnya Vita sahabat gue itu gak gampang nyerah gitu aja, apa lagi lo belum nyoba, masa iya mundur sebelum maju. Gak asik ah."

Vita mencerna kata-kata Lala dalam diam, benar apa katanya, kenapa aku harus mundur padahal melangkah aja belom. Mulai sekarang dan seterusnya, ustadz Dafi harus jadi milikku seorang, hanya aku!

Ke duanya mendadak diam setelah mendengar suara deheman seseorang dari arah belakang. Bathin Lala sudah tidak enak, berbeda dengan Vita yang biasa saja bahkan terlihat cuek. Ia masih kesal dengan guru yang baru mengabdi di sekolahnya dalam itungan hari itu. Takziran yang diterimanya adalah gara-gara dia dan Ustadz Dafi harus membayarnya untuk semua yang terjadi padanya. Pikir Vita.

"Hukuman belum selesai, suruh siapa kalian mengobrol?"

Dalam hitungan detik berikutnya, tubuh Vita tiba-tiba ambruk. Beruntung dengan sigap Lala menangkapnya.

"Vita, lo jangan becanda deh, bangun!" Lala berusaha membangunkan Vita dengan menepuk-nepuk pipinya.

"Dia kenapa?"

"Aduh ustadz jangan banyak tanya deh, mending gendong Vita bawa ke UKS!" Pinta Lala pada guru pengisi mapel bahasa arab itu.

"Saya?"

"Ustadz nyuruh saya yang gendong? Mana kuat. Ayo ustadz buruan, Vita pingsan pasti gara-gara belom makan deh. Buruan ustadz gendong Vita!" Lala terus mengoceh meminta ustadz Dafi menggendong Vita dan membawanya ke ruangan UKS. Tentu saja di jam pelajaran seperti ini tidak ada orang di luar kelas selain mereka berdua yang tengah dihukum.

Ustadz Dafi menggendong Vita ala bridal Style menuju ruangan UKS. Vita yang pura-pura pingsan tersenyum puas dalam hati, rencananya berhasil. Ingin rasanya setiap menit kayak gini, dalam pelukan ustadz Dafi. Jika saja ini bukanlah kepura-puraan, sudah pasti aku mengalungkan tanganku di lehernya.

Ustadz Dafi membaringkan Vita di atas brangkar UKS, terdengar samar ia berbicara dengan dokter yang bertugas di sana. Seperkian menit kemudian terdengar suara Lala yang datang menghampirinya. Bahkan sahabatnya tak tau bahwa ia hanya berpura-pura demi bisa berada dalam dekapan ustadz kesayangan. Ya meskipun cuma gendong doang sih, tapi hati ini mak nyussssssss dak dik duk serr.

Lala dengan setiap duduk di dekat Vita, setelah mendengar Ustadz Dafi keluar dari ruangan, Vita membuka matanya.

"Vit, lo udah sadar? Syukurlah!"

"Pegel gue nungguin ustadz Dafi gak keluar-keluar."

"Tunggu-tunggu-tunggu, jadi lo cuma pura-pura?"

Vita mengangguk meringis menunjukan deretan giginya.

"Nyesel gue nolongin lo, kenapa gak sekalian gue suruh ustadz Dafi ceburin lo di kolam ikan belakang sekolah," gerutu Lala kesal, Vita terkekeh lalu meminta maaf dan menceritakan maksud tujuannya.

❣️TBC❣️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!