Hanya Anak Angkat
Sebuah kecelakaan mobil terjadi di salah satu jalan yang tidak terlalu ramai. Di dalam sana terdapat sepasang kekasih paruh baya yang sudah tak sadarkan diri dengan darah yang bercucuran di wajah dan tubuh mereka. Mereka adalah Surti, seorang pembantu rumah tangga dan suaminya Anton, seorang supir di tempat yang sama di sebuah perumahan elit yang ada di kota itu.
Surti dan Anton hari itu meminjam mobil majikannya untuk mengantar anaknya yang sedang sakit ke puskesmas. Di tengah perjalanan pulang, Surti dan Anton beradu pendapat mengenai pendidikan anaknya. Surti yang menginginkan Rico kecil untuk mulai sekolah di taman kanak-kanak karena dia tak memiliki waktu yang banyak untuk mengajari anaknya itu belajar, sementara Anton menginginkan Rico kecil untuk segera memasuki sekolah dasar di tahun depan karena kendala ekonomi yang tidak memungkinkan.
"Uang bisa dicari, Pak. Lagi pula mengeluarkan uang untuk pendidikan anak kita nggak akan membuat kita miskin."
"Taman kanak-kanak itu kebanyakan bermain saja dari pada belajarnya, Bu. Kalau mau main, di rumah pak Irfan juga bisa. Halaman di sana sangat luas untuk Rico bermain."
Begitu salah satu kalimat yang Surti dan Anton debatkan ketika mereka berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang.
Perbedaan pendapat tersebut itulah yang membuat kedua orang itu bertengkar dan tak fokus pada jalanan malam di sekitar mereka. Dan yang terjadi saat itu, sebuah truk yang tak memiliki lampu di bagian depan yang melaju kencang membuat Anton terkejut dan tak sengaja memutar kemudinya sehingga membuat mobil yang dia bawa menabrak truk tersebut pada body bagian belakang.
Surti berteriak kencang, namun teriakan itu tak berlangsung lama karena mereka sudah lebih dulu terpental dan tak sadarkan diri. Rico kecil yang tidur di kursi penumpang menangis kencang saat kecelakaan itu berlangsung. Bagaikan mukjizat dari Tuhan, Rico kecil yang ikut dalam kejadian mengerikan itu rupanya tak terluka sama sekali.
Beberapa kendaraan yang melewati jalanan dan melihat mobil yang dibawa Anton terpental seketika berhenti dan perlahan mendekat. Suara teriakan Rico kecil membuat mereka heboh dan bergegas menyelamatkan pria kecil itu.
"Astaga, ada anak kecil."
"Anaknya selamat. Nggak ada luka sama sekali, masyaaAllah."
"Kasihan sekali anak kecil itu."
"Apa orang tuanya selamat?"
"Ayo cepat panggil ambulan. Darahnya semakin banyak keluar."
"Iya, panggil ambulan."
Begitu heboh lokasi kecelakaan tersebut dan semakin ramai yang menghentikan kendaraannya karena penasaran dengan apa yang telah terjadi.
Ambulan telah dihubungi dan tak sampai setengah jam akhirnya suara sirine dari mobil gawat darurat itu terdengar di telinga orang-orang yang ada di sana. Sepasang kekasih paruh baya yang membawa mobil pribadi mengikuti ambulan dari belakang dengan membawa Rico kecil bersamanya. Sementara mobil milik majikan Anton beserta isinya telah diamankan oleh polisi karena memang setelah menghubungi ambulan tadi, ada seorang wanita paruh baya yang menelepon suaminya yang merupakan polisi setempat.
Rico kecil terus menangis sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Membuat sepasang paruh baya yang membawanya kewalahan. Mereka terus menenangkan Rico kecil dengan sabar sampai ambulan yang ada di depan mereka berhenti di sebuah rumah sakit terdekat. Sepasang paruh baya itu berlari mengikuti brankar yang membawa kedua orang tua Rico, sambil mereka menggendong anak kecil itu yang masih menangis.
*
Di tempat lain, seorang wanita paruh baya yang bernama Santi tampak heran saat melihat mobil polisi yang memasuki area rumahnya. Santi yang saat itu sedang berada di balkon kamarnya lantas beranjak dari duduknya dan menghampiri sang suami yang ada di dalam kamar untuk memberitahu apa yang baru saja dia lihat.
"Pa, ada polisi diluar. Apa Papa memanggil mereka ke sini?" tanya Santi kepada sang suami yang bernama Irfan.
"Polisi? Nggak kok, ngapain Papa manggil mereka ke sini."
Irfan beranjak dari duduknya untuk melihat keadaan di halaman rumahnya dari balkon kamar. Begitu nelihat sebuah mobil polisi yang baru saja berhenti di halaman rumahnya, Irfan segera mengajak istrinya untuk turun dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.
Saat hendak menuruni anak tangga, salah satu asisten rumah tangganya sudah berlarian menaiki anak tangga untuk memberitahunya akan kehadiran polisi itu. Irfan mengangkat tangannya, memberi kode jika dia sudah mengetahui informasi itu dan memintanya untuk pergi. Asisten rumah tangganya mengangguk dan kembali turun untuk kembali ke dapur.
Beli pintu berbunyi saat Irfan dan Santi sudah berada di anak tangga paling bawah. Mereka berjalan menuju pintu dan membukanya dengan rasa penasaran yang tak tertahan.
"Permisi, dengan Bapak Irfan Renaldi?" tanya polisi itu setelah pintu terbuka.
"Ya, benar. Ini ada apa ya, Pak?" tanya Irfan.
"Boleh kita bicara di dalam?"
Tanpa pikir panjang, Irfan mengiyakan dan melangkaj lebih dulu masuk ke dalam rumahnya.
"Silahkan," ucap Irfan meminta polisi itu untuk duduk di sofa hadapannya.
Setelah mereka semua mendudukkan tubuhnya di sofa dengan saling berhadapan, salah satu dari tiga polisi di saja mengeluarkan beberapa barang-barang yang sudah terbungkus plastik klip.
Irfan dan Santi sangat heran melihat baran-barang itu diletakkan di atas meja. Mereka masih belum bisa menebak apa maksud dari kedatangan polisi itu dengan barang-barang yang terbungkus plastik itu.
"Maaf sebelumnya. Bapak-bapak sekalian ini ada keperluan apa ya datang ke rumah kita? Dan ini," Irfan menunjuk barang-barang yang ada di atas meja, "semua ini barang-barang siapa?"
"Pa, Mama seperti mengenal kunci mobil itu."
Santi berbicara lebih dulu sebelum polisi di sana menjawab pertanyaan Irfan. Dan saat mendengar ucapan istrinya, Irfan pun mengernyitkan keningnya dengan heran.
Kemudian saat Santi mengambil satu buah plastik berisi kunci mobil, saat itu juga mereka membelalakkan matanya. Mereka saling pandang dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan menakutkan di pikiran masing-masing.
"Ini kunci mobil suami saya yang dipakai supir dan juga pembantu kita, Pak," seru Santi dengan bibir bergetar.
Firasatnya sebagai seorang wanita tertuju pada sesuatu yang sangat buruk, sahingga membuat matanya tak bisa berhenti berkaca-kaca. Dan ketika salah satu polisi itu mengatakan jika mobil yang dimaksud mengalami kecelakaan, saat itu juga satu butir air jatuh ke wajah wanita paruh baya itu.
Santi menoleh ke arah suaminya dengan perlahan, mereka saling pandang sejenak sampai pada saat polisi itu mengatakan jika Surti dan Anton tidak selamat, Santi pun langsung jatuh pingsan dalam pelukan suaminya. Irfan yang tak kalah terkejut dari istrinya, apalagi melihat istrinya yang pingsan, membuatnya tak bisa melakukan apapun selain diam sembari memeluk tubuh ramping istrinya itu.
Surti dan Anton dikabarkan sudah kehilangan nyawanya ketika dokter baru saja hendak melakukan penanganan pada korban. Karena memang kondisi mereka yang cukup parah dan kehilangan banyak darah, tak ada yang bisa menyalahkan siapapun atas berita duka ini.
Beberapa saat membiarkan mereka dengan rasa keterkejutannya, polisi segera menyadarkan Irfan dan membantunya untuk membawa Santi berbaring di atas sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
Kasian rico kecil hrs kehilangan kedua orgtuanya krn kecelakaan jd yatim piatu dan dirawat sm rico kecil dirawat sm majikannya.....
2024-03-27
0
Wirda Lubis
lanjut
2023-08-15
1
Puspa Herliyah
mampir nih semangat y.. bagus ceritanya
2023-05-05
1