Dua puluh tahun kemudian…
Sebuah pertengkaran antar sepasang kekasih terjadi di sebuah restoran yang ada di kota itu. Seorang wanita bernama Angel tampak marah kepada pacarnya setelah mengetahui sebuah kenyataan yang di mana ternyata sang pacar bukanlah anak kandung dari orang tuanya saat ini. Dia juga sangat terkejut setelah mengetahui langsung dari sang pacar jika pria itu dulunya adalah anak dari sepasang pembantu sebelum diangkat menjadi anak oleh keluarga Renaldi 20 tahun lalu. Ya, pria itu adalah Rico Renaldi.
Semenjak disahkan menjadi anak dari pengusaha Irfan Renaldi. Rico langsung diberi kepercayaan untuk menyandang nama belakang dari pria sukses tersebut. Tak lain karena Irfan dan Santi ingin Rico sepenuhnya menjadi anak dan pewaris mereka kelak. Mereka tak ragu dengan keputusannya karena mereka yakin jika Rico adalah anak yang baik dan tidak akan mengecewakan mereka.
Irfan dan Santi selama ini sengaja menutupi status Rico yang bukanlah anak kandung mereka dari publik karena tak ingin orang-orang menghina anaknya itu. Meski sebagian orang mengetahui rahasia itu karena memang kehadiran Rico yang tiba-tiba, namun Irfan bisa menutup mulut semua orang yang mengetahui itu. Tak sulit untuk Irfan melakukannya di saat dia memiliki segalanya. Apalagi kebaikannya yang sudah dikenal banyak orang, membuat mereka semua dengan mudah menutup mulut.
Saat usia Rico jalan 18 tahun, Irfan memutuskan untuk memberitahu Rico akan kenyataan pahit tersebut. Awalnya Santi tak mengizinkan suaminya untuk memberitahu Rico akan hal itu karena dia takut jika Rico bersedih, kecewa, bahkan marah pada mereka dan berujung pergi meninggalkannya. Namun karena Irfan yang terus meyakinkannya, akhirnya Santi menuruti perkataan suaminya itu.
Saat Irfan mulai menceritakan kejadian silam tersebut, Santi sangat cemas karena melihat ekspresi wajah Rico yang berubah menjadi datar. Tanpa bersuara, Rico pergi meninggalkan Santi dan Irfan menuju kamarnya.
"Pa, bagaimana ini? Rico pasti kecewa. Mama 'kan sudah bilang untuk nggak memberitahunya sekarang."
Wanita itu diliputi rasa cemas akan reaksi Rico. Sampai pada malam hari tiba-tiba Rico menghampiri mereka di kamarnya dengan sendiri. Tanpa diduga, ternyata Rico dengan lapang hati menerima kenyataan yang ada.
Sebenarnya dia juga sudah punya firasat akan hal ini sejak beberapa tahun lalu saat tak sengaja mendengar perkataan dari rekan kerja ayahnya di ruang kerjanya. Di tambah tak ada foto dirinya sewaktu bayi bersama mereka, menambah kecurigaan Rico. Namun karena kasih sayang dan perhatian yang diberikan Santi dan Irfan sangatlah besar, Rico akhirnya mencoba untuk menyingkirkan kecurigaan itu.
Dan saat apa yang dia curigakan beberapa tahun lalu terungkap hari ini, Rico sangatlah kaget. Dia merenungi kenyataan yang ada di dalam kamarnya untuk waktu yang singkat sampai akal dan pikirannya dengan sendiri mengatakan jika semua ini adalah takdir dari Yang Maha Kuasa.
Tak ada yang berubah dari sikap Rico kepada Santi maupun Irfan. Dia justru sangat bersyukur telah diberikan dunia yang baru oleh orang tua angkatnya itu. Namun setelah mengetahui semua ini, Rico menjadi lebih tahu diri untuk menghamburkan harta yang bukan miliknya itu. Dia juga harus siap jika suatu saat nanti akan dibuang oleh keluarga kaya itu. Setidaknya ilmu dan pengalaman yang dia dapatkan selama menjadi anak pengusaha sukses itu dapat menjadi bekal untuknya bertahan hidup kelak.
Jika kehidupan pribadi Rico bisa dibilang sangat beruntung, maka tidak dengan percintaannya. Pria tampan itu ternyata tidak seberuntung itu dalam masalah percintaan karena statusnya yang sebagai anak angkat.
Setiap menjalin hubungan, Rico akan selalu jujur dengan semua pacarnya akan statusnya karena dia tak mau ada kebohongan dalam hubungan yang dijalaninya. Dan dari kejujurannya itu juga dia harus menerima semua keputusan dari semua pacarnya. Yang di mana keputusan itu selalu berakhir dengan Rico yang ditinggalkan dengan alasan, dia hanyalah anak angkat.
Tak diragukan karena semua mantan pacar Rico adalah anak seorang pengusaha. Di mana mereka menginginkan seorang suami yang berasal dari keluarga berada, bukan seorang anak angkat yang dulunya adalah anak seorang pembantu.
Sejak saat itu Rico tak mau lagi menjalin hubungan dengan wanita kaya. Dia mulai mencari wanita sederhana dengan niat agar wanita tersebut dapat menerima kekurangannya. Namun sayang, baru dua bulan menjalin hubungan bersama wanita yang dia pilih yang tak lain adalah Angel, ternyata wanita itu juga melakukan hal yang sama dengan mantan pacarnya terdahulu.
"Aku mau putus," ucap sang pacar dengan keputusannya.
"Kenapa, Ngel? Apa kamu juga nggak bisa nerima bahwa aku ini hanyalah anak angkat?" tanya Rico dengan pertanyaan yang sama dengan pacarnya sebelumnya.
"Kamu masih nanya? Ric, impian semua wanita adalah menikah dengan pria kaya. Kamu hanyalah anak angkat, bagaimana jika kita menikah nanti? Kamu akan diusir oleh orang tua angkat kamu itu dan kita...? Aku nggak mau hidup susah lagi, Ric. Cukup orang tuaku saja yang susah, ya kali suamiku juga orang susah," ucap Angel dengan perkataan yang sangat menyakitkan.
Untuk Rico yang telah terbiasa mendengar semua kalimat pedas itu, membuatnya tak terkejut lagi, meski rasa kecewa masih mengisi ruang hatinya.
"Tapi aku punya pengalaman, Ngel. Aku bisa bekerja dengan posisi yang bagus dengan pengalamanku selama ini."
Rico masih berusaha membujuk Angel karena menurut prinsipnya, dia harus berusaha mempertahankan sesuatu lebih dulu sebelum benar-benar memutuskan untuk melepaskannya. Dan jika sudah dilepas, maka tak ada lagi celah untuknya hanya sekedar menatap.
"Semua orang punya pengalaman, Ric. Tapi nggak semua orang punya keberuntungan. Gimana kalau keberuntungan tidak berpihak padamu? Nggak ... aku nggak mau ambil resiko. Pokoknya kita putus."
Angel bangkit dari duduknya dan berlalu begitu saja dengan membawa sling bag miliknya.
Rico yang melihat itu hanya diam saja. Dia tak lagi menghentikan wanita itu atau menahannya. Sudah cukup baginya dan dia tidak mau mengemis cinta yang jauh dari kata tulus dari seorang wanita yang memang tak pantas untuk diperjuangkan.
Rico menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi setelah kepergian Angel. Sebenarnya bukan hanya kegagalan yang membuatnya kesal, namun alasan yang membuatnya kecewa. Apa semua wanita selalu memandang seorang pria dari harta semata?
Rico sempat berpikir untuk mencari pekerjaan dan melepas jabatan yang telah dipercayakan Irfan padanya. Dia ingin sukses dengan kerja kerasnya tanpa bantuan siapapun, agar jika suatu saat Irfan dan Santi mengusirnya, setidaknya dia sudah memiliki harta sendiri yang bisa dia perjuangkan. Dan mungkin dengan begitu dia bisa menemukan wanita yang akan menerimanya.
Namun setelah beberapa saat berpikir, sepertinya Rico tidak bisa melakukan semua itu. Alasan pertama, dia tidak mau mengecewakan Irfan maupun Santi yang telah berbaik hati kepadanya, yang telah memberikan kesempatan yang indah untuknya seperti sekarang dengan melepas jabatan yang sudah dipercayakan kepadanya.
Alasan kedua, dia takut Irfan dan terkhusus Santi akan bersedih dengan keputusannya. Rico tahu betul betapa sayangnya ibu angkatnya itu padanya dan dia tidak akan tega jika sampai membuat wanita itu bersedih meski sedikitpun.
Dan alasan ketiga, dia ingin seorang wanita yang tulus. Yang mau menerima semua kekurangannya, termasuk statusnya sebagai anak angkat. Juga yang mau menemaninya berjuang jika suatu saat nanti dirinya harus keluar dari keluarga Renaldi.
Meskipun ada ketidakyakinan di dalam hati akan bertemu wanita seperti itu, tapi Rico harus percaya jika di antara milyaran manusia di dunia ini, Tuhan pasti akan memberikan setidaknya satu wanita tulus yang akan menemani langkahnya menuju kesuksesan. Dengan ilmu dan pengalaman yang cukup luas yang telah dia dapatkan, Rico yakin, tak sulit untuknya mencari pekerjaan suatu saat nanti.
Rico bangkit dari duduknya. Dia pergi dari restoran itu menuju rumah teman baiknya yaitu, Andi. Andi adalah teman baiknya sejak dibangku SMA. Pria itu berasal dari keluarga berada, namun tak sebanding jika disandingkan dengan keluarga Renaldi. Sudah lama Andi mengetahui jika Rico hanyalah anak angkat dari keluarga Renaldi dan dia tidak mempermasalahkan itu. Karena baginya, yang namanya pertemanan tidak bisa dibayar dengan uang.
Setiba di rumah Andi, Rico langsung masuk ke dalam kamar pria itu setelah dipersilahkan masuk oleh asisten rumah tangga yang bekerja di sana. Di dalam kamar, Andi terlihat sedang tertidur di atas sofa yang letaknya di bawah kaca jendela. Cahaya bulan yang menyinari membuat suasana nampak indah dan membuat siapa saja yang melihatnya dari arah pandang yang sama ingin segera merebahkan tubuhnya dan terlelap.
Rico menaikkan salah satu sudut bibirnya melihat Andi yang tertidur dengan air liur yang membasahi ujung bibirnya. Dia meraih tisu yang berserakan di atas lantai dan membuangnya tepat ke dalam mulut Andi yang setengah terbuka.
Eemmmm...
Andi terbangun ketika merasakan sesuatu yang hendak masuk ke dalam mulutnya. Dia membuka matanya dan membuang tisu itu ke sembarang arah. Saat menyadari kehadiran Rico di kamarnya, Andi seketika mengumpat tak jelas.
"Ah ela, Co. Ganggu banget sih," ucap Andi setelah membersihkan wajahnya menggukan baju yang telah dibukanya.
"Tumben sudah tidur jam segini. Mau ke mana nanti malam?" tanya Rico.
Dia sudah hafal dengan kebiasaan temannya itu, jika Andi tidur di bawah jam sebelas malam, itu artinya pria itu sedang mempersiapkan dirinya untuk begadang. Entah ke mana pria itu pergi, yang pasti tak jauh dari clubing atau area skate.
"Nggak ke mana-mana. Ngantuk saja, hari ini capek banget soalnya baru pulang pergi luar kota, habis ngurus tander baru."
"Tumben banget. Biasanya kalau ada kerjaan di luar, suka sampai 2 hari di sana," ucap Rico.
"Besok pacarku ulang tahun. Bakal ngamuk kalau aku nggak nemenin dia," seru Andi
Rico tertawa kecil mendengar itu. "Dasar bucin."
"Biarin. Dari pada kamu diputusin terus, mending aku bucin," seru Andi meledek.
Mengingat temannya yang sering diputusin, Andi jadi penasaran dengan hubungan pria itu bersama kekasihnya. Sebelumnya Rico sempat bilang padanya bahwa dia akan memberitahu pacarnya mengenai statusnya yang sebagai anak angkat. Dia jadi penasaran apakah pria itu telah mengatakannya dan menerima jawabannya?
"Eh, gimana Angel? Sudah bilang dengannya tentang siapa kamu yang sebenarnya?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Rico menghela nafasnya dengan malas.
"Sama seperti sebelumnya," jawab Rico singkat. Dan jawaban singkat tersebut ternyata sudah membuat Andi mengerti jika temannya itu lagi-lagi diputusin.
Andi bangkit dari posisi nyamannya dan menepuk punggung Rico sekilas sebelum beranjak menuju kamar mandi.
"Sabar ya, Bro. Lagian juga aku 'kan sudah bilang kalau wanita itu nggak akan bisa nerima kamu. Terlihat jelas kok dari tingkah dan caranya mengagumi statusmu sebagai anak dari keluarga Renaldi."
Lagi-lagi Rico harus menghela nafasnya mendengar itu. Firasat temannya itu terkadang memang selalu benar. Andi sering kali mengatakan padanya jika wanita yang sedang dia dekati tidak akan bisa menerimanya. Namun karena Rico yang sudah lebih dulu tertarik dan ingin mencoba, jadi perkataan Andi hanyalah angin lalu baginya.
Rico merebahkan tubuhnya di atas kasur, sepertinya dia harus melupakan yang namanya wanita. Sepertinya juga tidak ada wanita yang mau menerima dirinya apa adanya.
Saat Andi keluar dari kamar mandi, Rico tak bergerak dengan posisinya yang sudah nyaman.
"Mau aku kenalin sama cewe nggak?" ucap Andi tiba-tiba.
"Nggak," jawab Rico cepat. Tanpa berpikir pun dia akan menolak tawaran temannya itu.
Untuk kesekian kalinya Andi berusaha untuk mengenalkan Rico dengan seorang wanita yang entah siapa, namun sayang Rico selalu menolaknya. Alasannya tak lain karena Rico merasa masih bisa berusaha sendiri. Katanya, dia seperti orang yang tidak laku saja jika seorang wanita saja sampai harus dicarikan.
"Ayolah, Co, sekali ini saja. Di coba dulu, siapa tahu kamu suka," bujuk Andi.
"Kamu kira makanan, harus dicoba-coba," ucap Rico tanpa berniat merubah posisinya yang masih berbaring.
"Aiisshh." Andi melempar bantal sofa ke pada Rico. Lalu mendudukkan tubuhnya di atas sofa tempatnya tadi tidur. "Maksudnya bukan begitu, Rico."
"Yaudahlah, Ndi. Aku 'kan sudah bilang nggak usah kenal-kenalin aku sama cewe. Aku bisa cari sendiri," ucap Rico.
"Cari terus, tapi nggak pernah dapet yang bener," seru Andi. "Kali ini please, Co, percaya deh sama aku. Kita temui dia dulu. Kalau kamu nggak suka yaudah, aku nggak akan maksa kamu."
Rico akhirnya bangkit dari posisi nyamannya. Dia menatap Andi dengan berbagai pertanyaan di kepalanya. Dia jadi curiga dengan temannya itu yang begitu kekeh ingin mengenalkannya dengan wanita yang dia sendiri tidak tahu.
"Kamu kenapa mau banget aku kenalan dengan wanita ini?" tanya Rico dengan mengernyitkan keningnya.
"Karena aku rasa dia cocok sama kamu. Sederhana, cantik, idaman para pria deh. Kamu pasti akan bersyukur banget kalau bisa mendapatkan hatinya karena banyak sekali pria di luar sana yang berusaha mendekatinya tapi dianya nggak mau," seru Andi menjelaskan betapa istimewahnya wanita yang ingin dia kenalkan kepada temannya itu.
"Kenapa nggak mau? Apa dia menginginkan pria kaya juga? Kalau gitu aku mundur saja dari sekarang."
Rico bertanya dan menjawab sendiri pertanyaanya itu. Membuat Andi harus memukulnya karena kesal.
"Dia nggak seperti itu orangnya, makanya aku mau kenalin dia sama kamu, bego," ungkapnya dengan sangat kesal.
"Lah, terus kenapa dia nolak semua pria yang mendekatinya?" tanya Rico yang mulai penasaran.
"Nggak tahu, katanya sih belum ketemu yang pas saja. Pokoknya kamu ketemu dulu deh sama dia, ngobrol kek atau apa gitu. Setelah itu terserah kalian mau gimana. Cocok alhamdulillah, nggak cocok yaudah."
"Kamu kenal dekat dengannya?" tanya Rico lagi.
Sepertinya dia mulai tertarik untuk membahas mengenai wanita ini, tidak seperti sebelumnya yang terus-terusan menolak dan pergi jika telinganya merasa tidak nyaman membahas hal yang dirasa tidak penting.
"Dia adik tingkat sekaligus teman dekatku di Oxford dulu. Sekarang dia masih menjalani S2 di sini."
"Anak orang kaya?" tanya Rico.
"Bukan. Dia dapet beasiswa di sana, tabungan dari hasil kerja sampingannya dipakai untuk melanjutkan kuliah di sini. Orang tuanya ada di kampung, jadi dia nggak mau membebani orang tuanya lebih banyak untuk lanjut S2 di sana."
"Anaknya beneran baik banget, Co. Aku yakin kamu bakal suka deh sama dia," lanjut Andi.
"Dari tadi kamu muji dia terus. Kenapa nggak jadian sama kamu saja kalau begitu?"
Andi menghela nafasnya mendengar pertanyaan Rico.
"Apa kamu salah satu yang dia tolak juga?" tanya Rico lagi sebelum Andi menjawab pertanyaan pertamanya.
"Enak saja," ucap Andi dengan cepat. "Sesempurna apapun pria dan wanita, kalau rasa itu nggak tumbuh di hati, ya mana bisa bersatu, Co. Aku dan Alina hanya bisa menjadi sahabat saja sampai sekarang. Sama seperti aku dan kamu."
"Aku dan kamu? Geli banget ya dengarnya," ucap Rico sambil tersenyum geli.
"Ya maksudnya, bersahabat seperti kini gini loh, Co." Andi mendecak karena kesal dengan temannya yang selalu memiliki sanggahan dari perkataannya.
"Oke, kalau aku juga nggak ada rasa sama dia, gimana?"
"Yaudah, mau gimana lagi," ucap Andi dengan santainya. "Jadi gimana? Mau ya ketemu sama dia besok?"
"Besok? Buru-buru banget," ucap Rico heran.
"Besok weekend. Pagi dia kosong, soalnya malem dia ada kerja sampingan. Gimana?"
"Yaudah, kabarin aja lokasinya di mana."
Mendengar itu Andi tampak sumringah.
"Nah gitu dong. Susah banget sih bujuknya. Kalau gini 'kan enak. Semoga kalian jodoh ya. Dengan begini, Rena nggak akan cemburu lagi dengan Alina."
Rico pun yang mendengar kalimat terakhir dari Andi lantas mengernyitkan keningnya dengan heran.
"Heh, apa maksud kamu Rena nggak akan cemburu? Kamu sengaja numbalin aku ya?" tanya Rico curiga.
Andi menyengir kuda. "Kamu sudah janji mau datang loh, Co. Seorang pria itu yang dipegang adalah kata-katanya."
"Oh, jadi begitu?" Rico menahan emosi di kepalanya. Ternyata temannya itu mau mengenalkan dia dengan sahabat wanitanya karena ada sesuatu di balik itu. Dengan kekesalannya, Rico menghampiri temannya itu dan memukulinya habis-habisan. Dia benar-benar sangat kesal dan tak akan melepaskan pria itu sampai dia puas memukulinya.
***
.
Jangan lupa tinggalin LIKE, KOMEN, VOTE, dan RATE ⭐ ya teman-teman. Biar Authornya rajin up. Terima kasih sebelumnya🥰
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Siti Yantok
andi ada maksud trnyta haha
2023-05-04
1
Umine LulubagirAwi
andi ada udang d blik bakwan yryta. 😂🤭. rico buat numblin biar rena ga cmbru dg alin trs tryta.
2023-05-02
1