NovelToon NovelToon

Hanya Anak Angkat

1. Kecelakaan

Sebuah kecelakaan mobil terjadi di salah satu jalan yang tidak terlalu ramai. Di dalam sana terdapat sepasang kekasih paruh baya yang sudah tak sadarkan diri dengan darah yang bercucuran di wajah dan tubuh mereka. Mereka adalah Surti, seorang pembantu rumah tangga dan suaminya Anton, seorang supir di tempat yang sama di sebuah perumahan elit yang ada di kota itu.

Surti dan Anton hari itu meminjam mobil majikannya untuk mengantar anaknya yang sedang sakit ke puskesmas. Di tengah perjalanan pulang, Surti dan Anton beradu pendapat mengenai pendidikan anaknya. Surti yang menginginkan Rico kecil untuk mulai sekolah di taman kanak-kanak karena dia tak memiliki waktu yang banyak untuk mengajari anaknya itu belajar, sementara Anton menginginkan Rico kecil untuk segera memasuki sekolah dasar di tahun depan karena kendala ekonomi yang tidak memungkinkan.

"Uang bisa dicari, Pak. Lagi pula mengeluarkan uang untuk pendidikan anak kita nggak akan membuat kita miskin."

"Taman kanak-kanak itu kebanyakan bermain saja dari pada belajarnya, Bu. Kalau mau main, di rumah pak Irfan juga bisa. Halaman di sana sangat luas untuk Rico bermain."

Begitu salah satu kalimat yang Surti dan Anton debatkan ketika mereka berada di dalam mobil dalam perjalanan pulang.

Perbedaan pendapat tersebut itulah yang membuat kedua orang itu bertengkar dan tak fokus pada jalanan malam di sekitar mereka. Dan yang terjadi saat itu, sebuah truk yang tak memiliki lampu di bagian depan yang melaju kencang membuat Anton terkejut dan tak sengaja memutar kemudinya sehingga membuat mobil yang dia bawa menabrak truk tersebut pada body bagian belakang.

Surti berteriak kencang, namun teriakan itu tak berlangsung lama karena mereka sudah lebih dulu terpental dan tak sadarkan diri. Rico kecil yang tidur di kursi penumpang menangis kencang saat kecelakaan itu berlangsung. Bagaikan mukjizat dari Tuhan, Rico kecil yang ikut dalam kejadian mengerikan itu rupanya tak terluka sama sekali.

Beberapa kendaraan yang melewati jalanan dan melihat mobil yang dibawa Anton terpental seketika berhenti dan perlahan mendekat. Suara teriakan Rico kecil membuat mereka heboh dan bergegas menyelamatkan pria kecil itu.

"Astaga, ada anak kecil."

"Anaknya selamat. Nggak ada luka sama sekali, masyaaAllah."

"Kasihan sekali anak kecil itu."

"Apa orang tuanya selamat?"

"Ayo cepat panggil ambulan. Darahnya semakin banyak keluar."

"Iya, panggil ambulan."

Begitu heboh lokasi kecelakaan tersebut dan semakin ramai yang menghentikan kendaraannya karena penasaran dengan apa yang telah terjadi.

Ambulan telah dihubungi dan tak sampai setengah jam akhirnya suara sirine dari mobil gawat darurat itu terdengar di telinga orang-orang yang ada di sana. Sepasang kekasih paruh baya yang membawa mobil pribadi mengikuti ambulan dari belakang dengan membawa Rico kecil bersamanya. Sementara mobil milik majikan Anton beserta isinya telah diamankan oleh polisi karena memang setelah menghubungi ambulan tadi, ada seorang wanita paruh baya yang menelepon suaminya yang merupakan polisi setempat.

Rico kecil terus menangis sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Membuat sepasang paruh baya yang membawanya kewalahan. Mereka terus menenangkan Rico kecil dengan sabar sampai ambulan yang ada di depan mereka berhenti di sebuah rumah sakit terdekat. Sepasang paruh baya itu berlari mengikuti brankar yang membawa kedua orang tua Rico, sambil mereka menggendong anak kecil itu yang masih menangis.

*

Di tempat lain, seorang wanita paruh baya yang bernama Santi tampak heran saat melihat mobil polisi yang memasuki area rumahnya. Santi yang saat itu sedang berada di balkon kamarnya lantas beranjak dari duduknya dan menghampiri sang suami yang ada di dalam kamar untuk memberitahu apa yang baru saja dia lihat.

"Pa, ada polisi diluar. Apa Papa memanggil mereka ke sini?" tanya Santi kepada sang suami yang bernama Irfan.

"Polisi? Nggak kok, ngapain Papa manggil mereka ke sini."

Irfan beranjak dari duduknya untuk melihat keadaan di halaman rumahnya dari balkon kamar. Begitu nelihat sebuah mobil polisi yang baru saja berhenti di halaman rumahnya, Irfan segera mengajak istrinya untuk turun dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.

Saat hendak menuruni anak tangga, salah satu asisten rumah tangganya sudah berlarian menaiki anak tangga untuk memberitahunya akan kehadiran polisi itu. Irfan mengangkat tangannya, memberi kode jika dia sudah mengetahui informasi itu dan memintanya untuk pergi. Asisten rumah tangganya mengangguk dan kembali turun untuk kembali ke dapur.

Beli pintu berbunyi saat Irfan dan Santi sudah berada di anak tangga paling bawah. Mereka berjalan menuju pintu dan membukanya dengan rasa penasaran yang tak tertahan.

"Permisi, dengan Bapak Irfan Renaldi?" tanya polisi itu setelah pintu terbuka.

"Ya, benar. Ini ada apa ya, Pak?" tanya Irfan.

"Boleh kita bicara di dalam?"

Tanpa pikir panjang, Irfan mengiyakan dan melangkaj lebih dulu masuk ke dalam rumahnya.

"Silahkan," ucap Irfan meminta polisi itu untuk duduk di sofa hadapannya.

Setelah mereka semua mendudukkan tubuhnya di sofa dengan saling berhadapan, salah satu dari tiga polisi di saja mengeluarkan beberapa barang-barang yang sudah terbungkus plastik klip.

Irfan dan Santi sangat heran melihat baran-barang itu diletakkan di atas meja. Mereka masih belum bisa menebak apa maksud dari kedatangan polisi itu dengan barang-barang yang terbungkus plastik itu.

"Maaf sebelumnya. Bapak-bapak sekalian ini ada keperluan apa ya datang ke rumah kita? Dan ini," Irfan menunjuk barang-barang yang ada di atas meja, "semua ini barang-barang siapa?"

"Pa, Mama seperti mengenal kunci mobil itu."

Santi berbicara lebih dulu sebelum polisi di sana menjawab pertanyaan Irfan. Dan saat mendengar ucapan istrinya, Irfan pun mengernyitkan keningnya dengan heran.

Kemudian saat Santi mengambil satu buah plastik berisi kunci mobil, saat itu juga mereka membelalakkan matanya. Mereka saling pandang dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan menakutkan di pikiran masing-masing.

"Ini kunci mobil suami saya yang dipakai supir dan juga pembantu kita, Pak," seru Santi dengan bibir bergetar.

Firasatnya sebagai seorang wanita tertuju pada sesuatu yang sangat buruk, sahingga membuat matanya tak bisa berhenti berkaca-kaca. Dan ketika salah satu polisi itu mengatakan jika mobil yang dimaksud mengalami kecelakaan, saat itu juga satu butir air jatuh ke wajah wanita paruh baya itu.

Santi menoleh ke arah suaminya dengan perlahan, mereka saling pandang sejenak sampai pada saat polisi itu mengatakan jika Surti dan Anton tidak selamat, Santi pun langsung jatuh pingsan dalam pelukan suaminya. Irfan yang tak kalah terkejut dari istrinya, apalagi melihat istrinya yang pingsan, membuatnya tak bisa melakukan apapun selain diam sembari memeluk tubuh ramping istrinya itu.

Surti dan Anton dikabarkan sudah kehilangan nyawanya ketika dokter baru saja hendak melakukan penanganan pada korban. Karena memang kondisi mereka yang cukup parah dan kehilangan banyak darah, tak ada yang bisa menyalahkan siapapun atas berita duka ini.

Beberapa saat membiarkan mereka dengan rasa keterkejutannya, polisi segera menyadarkan Irfan dan membantunya untuk membawa Santi berbaring di atas sofa.

2. Kedekatan Majikan dan Pembantu

"Pak, apa Bapak tidak salah? Tidak mungkin pegawai kami meninggal, Pak?" ucap Irfan yang masih tak percaya dengan perkataan polisi itu beberapa saat lalu.

"Maaf Pak Irfan, tapi begitulah kebenarannya. Sekarang kedua korban dan anaknya ada di rumah sakit."

"Rico? Rico ... apa anak kecil yang bersama mereka selamat, Pak?" tanya Irfan dengan sangat ingin tahu. Raut wajah penuh ketakutan terlihat jelas di wajah pria tersebut.

"Anak korban selamat, Pak."

Ada sedikit kelegaan ketika mengetahui jika Rico selamat. Meski sangat di sayangkan jika kedua orang tua pria kecil itu tak bisa diselamatkan dari kecelakaan yang terjadi.

Sekilas tentang Irfan familly...

Irfan Renaldi, salah satu pengusaha sukses yang terkenal di negaranya. Kebaikan yang tak diragukan lagi yang terdapat pada diri pria itu, membuatnya banyak dikagumi para rekan kerjanya.

Sejak dibangku kuliah, Irfan sudah banyak berhasil membuat perusahaan milik ayahnya menjalin kerjasama dengan perusahaan besar lainnya. Dan setelah lulus kuliah, ayahnya tanpa ragu sedikitpun memberikan perusahaan tersebut untuk dipegang kendali oleh Irfan sepenuhnya.

Sejak saat itu pula Rens Group sepenuhnya menjadi milik Irfan. Bahkan hingga saat ini perusahaan tersebut semakin maju di tangan Irfan. Begitu bangga sang ayah memercayakan hasil kerja kerasnya kepada putra tunggalnya itu.

Kehadiran seorang istri yang cantik nan lembut yang sudah menemaninya sejak di bangku kuliah juga tak luput dari kesuksesan Irfan. Sosok wanita yang menjadi idaman semua pria itu membuat Irfan merasa jika hidupnya sangat sempurna.

Namun bukan hidup namanya jika hanya kebahagiaan tanpa sebuah cobaan dari Sang Khaliq yang mereka dapat.

Pernikahan Santi dan Irfan diuji dengan keterlambatannya Santi mengandung. Satu tahun menunggu akhirnya hari bahagia itu tiba, namun sayangnya ternyata kandungan Santi harus bertahan hanya sampai dua bulan dan dia harus merelakan calon anaknya. Tak sampai di situ, Santi juga harus berbesar hati untuk melakukan pengangkatan rahim yang membuatnya tak bisa mengandung kembali.

Sejak saat itu Santi lebih sering menutup diri di dalam kamar sehingga membuat orang-orang di sekitarnya menjadi khawatir, termasuk Irfan sendiri. Kehilangan calon anak dan divonis untuk tidak bisa memiliki keturunan saja sudah membuatnya sangat bersedih, ditambah dengan keadaan istrinya yang seperti itu. Sungguh cobaan yang sangat berat bagi pasangan harmonis tersebut.

Dengan keadaan istrinya itu, Irfan selalu berada di sisinya dengan kesabaran yang ekstra. Dia bahkan rela meninggalkan pekerjaannya hanya untuk menemai sang istri yang masih berduka dalam jangka waktu yang cukup lama. Untungnya saat itu sang ayah dengan senang hati mau mengambil alih perusahaan untuk sementara waktu hingga keadaan sudah normal kembali. Meski waktu yang ditunggu sangatlah panjang.

Hari berlalu begitu cepat, keadaan Santi mulai membaik dengan hadirnya Rico kecil di rumah mereka. Saat itu Surti dan Anton baru saja direkrut menjadi sopir dan juga asisten rumah tangga mereka. Saat Surti meminta izin untuk mebawa serta anak lelaki mereka yang baru berumur satu tahun untuk tinggal di sana, Irfan langsung mengiyakannya karena dia tidak keberatan akan hal itu.

Tak disangka jika kehadiran Rico kecil yang tampan dan lucu bisa membuat istrinya tersenyum kembali seiring berjalannya waktu. Hanya butuh waktu dua minggu untuk membuat Santi kembali tersenyum dan mulai mengikhlaskan calon anaknya setelah bermain bersama Rico.

Tiga tahun berlalu, Santi mulai menganggap Rico sebagai anaknya sendiri. Meski tanpa status yang jelas, tapi perlakuan Santi dan Irfan kepada Rico kecil sudah seperti perlakuan orang tua kepada anaknya.

Surti dan Anton tidak mempermasalahkan semua itu, justru mereka sangat senang karena kedekatan majikan dan juga anaknya itu membuat semua aktifitasnya manjadi lebih mudah. Apalagi Santi dan Irfan tak pernah membedakan derajat mereka semua yang bekerja dengannya.

Meski sangat senang dengan kebaikan majikannya, namun Surti dan Anton juga sering tak enak hati karena Santi sering sekali memanjakan putranya. Ingin menolak pun mereka tidak bisa. Dengan keadaan majikannya yang sangat menginginkan seorang anak, Surti maupun Anton berusaha untuk mengerti keadaan yang ada. Selagi Rico masih mengenali mereka sebagai orang tua kandungnya, Surti maupun Anton berusaha untuk tidak mempermasalahkannya. Yang terpenting, Santi melakukannya dengan ikhlas dan atas kemauannya sendiri.

Kedekatan Santi bersama Rico, membuat wanita tersebut tak pernah bisa jauh dari pria kecil yang tampan itu. Ketika mendengar berita mengejutkan dari polisi yang mengatakan jika kedua pegawai mereka yang adalah Surti dan Anton tidak selamat dari sebuah kecelakaan, tak heran jika Santi jatuh pingsan dengan seketika. Dia mengira jika Rico yang juga berada di dalam mobil bersama kedua orang tuanya itu juga tidak selamat.

Hatinya hancur membayangkan harus kehilangan sosok seorang anak untuk kedua kalinya. Meski Rico bukanlah darah dagingnya dan hanya anak dari seorang pembantu di rumahnya, tapi Santi sangat menyayangi pria kecil itu.

Ketampanan dan otak yang pintar yang dimiliki Rico kecil, sempat membuat Santi berpikir jika dia harus menjadikan pria itu ahli waris keluarganya kelak. Dia sangat ingin sekali meng-sahkan Rico sebagai anaknya suatu saat nanti. Namun belum sempat mengutarakan keinginannya itu kepada Surti dan Anton, ternyata Tuhan lebih dulu memanggil mereka dengan caranya.

*

Satu jam Santi pingsan, akhirnya wanita paruh baya itu membuka matanya. Dia melihat sekeliling dan terdapat suaminya berada di samping kanannya. Terduduk di lantai sembari mengenggam tangannya dengan wajah tertunduk.

Ingatannya akan perkataan polisi sebelum dia pingsan kembali berputar di kepala Santi. Mengingat itu, air mata yang tadinya tak terlihat kini kembali muncul membasahi sebagian wajahnya. Suara rintih yang amat kecil dari wanita itu ternyata dapat terdengar jelas di telinga Irfan.

Sekatika Irfan mengangkat wajah. Melihat istrinya yang telah sadar dan menitihkan air mata, Irfan dengan segera mengusap air mata itu dan mencium punggung tangannya.

"Sayang, are u okay?" tanya Irfan dengan suara lembutnya.

"Pa, Surti dan Anton...?"

Irfan menganggukkan kepalanya pelan.

"Ini sudah menjadi takdir Tuhan. Kita harus mengikhlaskan mereka," ucap Irfan.

Meski yang ditakutkan adalah kepergian Rico, namun kedekatan mereka dengan para pegawainya yang lain juga membuat Santi maupun Irfan sangat merasa kehilangan Surti dan Anton.

"Rico, Pa? Apa dia–"

"Rico baik-baik saja, Sayang. Dia selamat," ucap Ifran sebelum Santi meneruskan ucapannya.

Mendengar itu, air mata haru Santi pun mengalir dari pelupuk matanya. Santi hendak bangkit dari posisi rebahannya dan dibantu oleh sang suami.

"Ayo kita ke rumah sakit, Pa. Kasihan Rico. Kita juga harus segera mengurus pemakanan Surti dan Anton untuk besok pagi," ucap Santi dengan tak sabar.

Irfan mengiyakan ucapan istrinya, namun sebelum itu dia meminta Santi untuk mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu. Istrinya itu baru saja bangun dari pingsannya, dia takut jika langsung pergi akan membuat Santi pusing.

3. Putus

Dua puluh tahun kemudian…

Sebuah pertengkaran antar sepasang kekasih terjadi di sebuah restoran yang ada di kota itu. Seorang wanita bernama Angel tampak marah kepada pacarnya setelah mengetahui sebuah kenyataan yang di mana ternyata sang pacar bukanlah anak kandung dari orang tuanya saat ini. Dia juga sangat terkejut setelah mengetahui langsung dari sang pacar jika pria itu dulunya adalah anak dari sepasang pembantu sebelum diangkat menjadi anak oleh keluarga Renaldi 20 tahun lalu. Ya, pria itu adalah Rico Renaldi.

Semenjak disahkan menjadi anak dari pengusaha Irfan Renaldi. Rico langsung diberi kepercayaan untuk menyandang nama belakang dari pria sukses tersebut. Tak lain karena Irfan dan Santi ingin Rico sepenuhnya menjadi anak dan pewaris mereka kelak. Mereka tak ragu dengan keputusannya karena mereka yakin jika Rico adalah anak yang baik dan tidak akan mengecewakan mereka.

Irfan dan Santi selama ini sengaja menutupi status Rico yang bukanlah anak kandung mereka dari publik karena tak ingin orang-orang menghina anaknya itu. Meski sebagian orang mengetahui rahasia itu karena memang kehadiran Rico yang tiba-tiba, namun Irfan bisa menutup mulut semua orang yang mengetahui itu. Tak sulit untuk Irfan melakukannya di saat dia memiliki segalanya. Apalagi kebaikannya yang sudah dikenal banyak orang, membuat mereka semua dengan mudah menutup mulut.

Saat usia Rico jalan 18 tahun, Irfan memutuskan untuk memberitahu Rico akan kenyataan pahit tersebut. Awalnya Santi tak mengizinkan suaminya untuk memberitahu Rico akan hal itu karena dia takut jika Rico bersedih, kecewa, bahkan marah pada mereka dan berujung pergi meninggalkannya. Namun karena Irfan yang terus meyakinkannya, akhirnya Santi menuruti perkataan suaminya itu.

Saat Irfan mulai menceritakan kejadian silam tersebut, Santi sangat cemas karena melihat ekspresi wajah Rico yang berubah menjadi datar. Tanpa bersuara, Rico pergi meninggalkan Santi dan Irfan menuju kamarnya.

"Pa, bagaimana ini? Rico pasti kecewa. Mama 'kan sudah bilang untuk nggak memberitahunya sekarang."

Wanita itu diliputi rasa cemas akan reaksi Rico. Sampai pada malam hari tiba-tiba Rico menghampiri mereka di kamarnya dengan sendiri. Tanpa diduga, ternyata Rico dengan lapang hati menerima kenyataan yang ada. 

Sebenarnya dia juga sudah punya firasat akan hal ini sejak beberapa tahun lalu saat tak sengaja mendengar perkataan dari rekan kerja ayahnya di ruang kerjanya. Di tambah tak ada foto dirinya sewaktu bayi bersama mereka, menambah kecurigaan Rico. Namun karena kasih sayang dan perhatian yang diberikan Santi dan Irfan sangatlah besar, Rico akhirnya mencoba untuk menyingkirkan kecurigaan itu.

Dan saat apa yang dia curigakan beberapa tahun lalu terungkap hari ini, Rico sangatlah kaget. Dia merenungi kenyataan yang ada di dalam kamarnya untuk waktu yang singkat sampai akal dan pikirannya dengan sendiri mengatakan jika semua ini adalah takdir dari Yang Maha Kuasa.

Tak ada yang berubah dari sikap Rico kepada Santi maupun Irfan. Dia justru sangat bersyukur telah diberikan dunia yang baru oleh orang tua angkatnya itu. Namun setelah mengetahui semua ini, Rico menjadi lebih tahu diri untuk menghamburkan harta yang bukan miliknya itu. Dia juga harus siap jika suatu saat nanti akan dibuang oleh keluarga kaya itu. Setidaknya ilmu dan pengalaman yang dia dapatkan selama menjadi anak pengusaha sukses itu dapat menjadi bekal untuknya bertahan hidup kelak.

Jika kehidupan pribadi Rico bisa dibilang sangat beruntung, maka tidak dengan percintaannya. Pria tampan itu ternyata tidak seberuntung itu dalam masalah percintaan karena statusnya yang sebagai anak angkat.

Setiap menjalin hubungan, Rico akan selalu jujur dengan semua pacarnya akan statusnya karena dia tak mau ada kebohongan dalam hubungan yang dijalaninya. Dan dari kejujurannya itu juga dia harus menerima semua keputusan dari semua pacarnya. Yang di mana keputusan itu selalu berakhir dengan Rico yang ditinggalkan dengan alasan, dia hanyalah anak angkat.

Tak diragukan karena semua mantan pacar Rico adalah anak seorang pengusaha. Di mana mereka menginginkan seorang suami yang berasal dari keluarga berada, bukan seorang anak angkat yang dulunya adalah anak seorang pembantu.

Sejak saat itu Rico tak mau lagi menjalin hubungan dengan wanita kaya. Dia mulai mencari wanita sederhana dengan niat agar wanita tersebut dapat menerima kekurangannya. Namun sayang, baru dua bulan menjalin hubungan bersama wanita yang dia pilih yang tak lain adalah Angel, ternyata wanita itu juga melakukan hal yang sama dengan mantan pacarnya terdahulu.

"Aku mau putus," ucap sang pacar dengan keputusannya.

"Kenapa, Ngel? Apa kamu juga nggak bisa nerima bahwa aku ini hanyalah anak angkat?" tanya Rico dengan pertanyaan yang sama dengan pacarnya sebelumnya.

"Kamu masih nanya? Ric, impian semua wanita adalah menikah dengan pria kaya. Kamu hanyalah anak angkat, bagaimana jika kita menikah nanti? Kamu akan diusir oleh orang tua angkat kamu itu dan kita...? Aku nggak mau hidup susah lagi, Ric. Cukup orang tuaku saja yang susah, ya kali suamiku juga orang susah," ucap Angel dengan perkataan yang sangat menyakitkan.

Untuk Rico yang telah terbiasa mendengar semua kalimat pedas itu, membuatnya tak terkejut lagi, meski rasa kecewa masih mengisi ruang hatinya.

"Tapi aku punya pengalaman, Ngel. Aku bisa bekerja dengan posisi yang bagus dengan pengalamanku selama ini."

Rico masih berusaha membujuk Angel karena menurut prinsipnya, dia harus berusaha mempertahankan sesuatu lebih dulu sebelum benar-benar memutuskan untuk melepaskannya. Dan jika sudah dilepas, maka tak ada lagi celah untuknya hanya sekedar menatap.

"Semua orang punya pengalaman, Ric. Tapi nggak semua orang punya keberuntungan. Gimana kalau keberuntungan tidak berpihak padamu? Nggak ... aku nggak mau ambil resiko. Pokoknya kita putus."

Angel bangkit dari duduknya dan berlalu begitu saja dengan membawa sling bag miliknya.

Rico yang melihat itu hanya diam saja. Dia tak lagi menghentikan wanita itu atau menahannya. Sudah cukup baginya dan dia tidak mau mengemis cinta yang jauh dari kata tulus dari seorang wanita yang memang tak pantas untuk diperjuangkan.

Rico menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi setelah kepergian Angel. Sebenarnya bukan hanya kegagalan yang membuatnya kesal, namun alasan yang membuatnya kecewa. Apa semua wanita selalu memandang seorang pria dari harta semata?

Rico sempat berpikir untuk mencari pekerjaan dan melepas jabatan yang telah dipercayakan Irfan padanya. Dia ingin sukses dengan kerja kerasnya tanpa bantuan siapapun, agar jika suatu saat Irfan dan Santi mengusirnya, setidaknya dia sudah memiliki harta sendiri yang bisa dia perjuangkan. Dan mungkin dengan begitu dia bisa menemukan wanita yang akan menerimanya.

Namun setelah beberapa saat berpikir, sepertinya Rico tidak bisa melakukan semua itu. Alasan pertama, dia tidak mau mengecewakan Irfan maupun Santi yang telah berbaik hati kepadanya, yang telah memberikan kesempatan yang indah untuknya seperti sekarang dengan melepas jabatan yang sudah dipercayakan kepadanya.

Alasan kedua, dia takut Irfan dan terkhusus Santi akan bersedih dengan keputusannya. Rico tahu betul betapa sayangnya ibu angkatnya itu padanya dan dia tidak akan tega jika sampai membuat wanita itu bersedih meski sedikitpun.

Dan alasan ketiga, dia ingin seorang wanita yang tulus. Yang mau menerima semua kekurangannya, termasuk statusnya sebagai anak angkat. Juga yang mau menemaninya berjuang jika suatu saat nanti dirinya harus keluar dari keluarga Renaldi.

Meskipun ada ketidakyakinan di dalam hati akan bertemu wanita seperti itu, tapi Rico harus percaya jika di antara milyaran manusia di dunia ini, Tuhan pasti akan memberikan setidaknya satu wanita tulus yang akan menemani langkahnya menuju kesuksesan. Dengan ilmu dan pengalaman yang cukup luas yang telah dia dapatkan, Rico yakin, tak sulit untuknya mencari pekerjaan suatu saat nanti.

Rico bangkit dari duduknya. Dia pergi dari restoran itu menuju rumah teman baiknya yaitu, Andi. Andi adalah teman baiknya sejak dibangku SMA. Pria itu berasal dari keluarga berada, namun tak sebanding jika disandingkan dengan keluarga Renaldi. Sudah lama Andi mengetahui jika Rico hanyalah anak angkat dari keluarga Renaldi dan dia tidak mempermasalahkan itu. Karena baginya, yang namanya pertemanan tidak bisa dibayar dengan uang.

Setiba di rumah Andi, Rico langsung masuk ke dalam kamar pria itu setelah dipersilahkan masuk oleh asisten rumah tangga yang bekerja di sana. Di dalam kamar, Andi terlihat sedang tertidur di atas sofa yang letaknya di bawah kaca jendela. Cahaya bulan yang menyinari membuat suasana nampak indah dan membuat siapa saja yang melihatnya dari arah pandang yang sama ingin segera merebahkan tubuhnya dan terlelap.

Rico menaikkan salah satu sudut bibirnya melihat Andi yang tertidur dengan air liur yang membasahi ujung bibirnya. Dia meraih tisu yang berserakan di atas lantai dan membuangnya tepat ke dalam mulut Andi yang setengah terbuka.

Eemmmm...

Andi terbangun ketika merasakan sesuatu yang hendak masuk ke dalam mulutnya. Dia membuka matanya dan membuang tisu itu ke sembarang arah. Saat menyadari kehadiran Rico di kamarnya, Andi seketika mengumpat tak jelas.

"Ah ela, Co. Ganggu banget sih," ucap Andi setelah membersihkan wajahnya menggukan baju yang telah dibukanya.

"Tumben sudah tidur jam segini. Mau ke mana nanti malam?" tanya Rico.

Dia sudah hafal dengan kebiasaan temannya itu, jika Andi tidur di bawah jam sebelas malam, itu artinya pria itu sedang mempersiapkan dirinya untuk begadang. Entah ke mana pria itu pergi, yang pasti tak jauh dari clubing atau area skate.

"Nggak ke mana-mana. Ngantuk saja, hari ini capek banget soalnya baru pulang pergi luar kota, habis ngurus tander baru."

"Tumben banget. Biasanya kalau ada kerjaan di luar, suka sampai 2 hari di sana," ucap Rico.

"Besok pacarku ulang tahun. Bakal ngamuk kalau aku nggak nemenin dia," seru Andi

Rico tertawa kecil mendengar itu. "Dasar bucin."

"Biarin. Dari pada kamu diputusin terus, mending aku bucin," seru Andi meledek.

Mengingat temannya yang sering diputusin, Andi jadi penasaran dengan hubungan pria itu bersama kekasihnya. Sebelumnya Rico sempat bilang padanya bahwa dia akan memberitahu pacarnya mengenai statusnya yang sebagai anak angkat. Dia jadi penasaran apakah pria itu telah mengatakannya dan menerima jawabannya?

"Eh, gimana Angel? Sudah bilang dengannya tentang siapa kamu yang sebenarnya?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Rico menghela nafasnya dengan malas.

"Sama seperti sebelumnya," jawab Rico singkat. Dan jawaban singkat tersebut ternyata sudah membuat Andi mengerti jika temannya itu lagi-lagi diputusin.

Andi bangkit dari posisi nyamannya dan menepuk punggung Rico sekilas sebelum beranjak menuju kamar mandi.

"Sabar ya, Bro. Lagian juga aku 'kan sudah bilang kalau wanita itu nggak akan bisa nerima kamu. Terlihat jelas kok dari tingkah dan caranya mengagumi statusmu sebagai anak dari keluarga Renaldi."

Lagi-lagi Rico harus menghela nafasnya mendengar itu. Firasat temannya itu terkadang memang selalu benar. Andi sering kali mengatakan padanya jika wanita yang sedang dia dekati tidak akan bisa menerimanya. Namun karena Rico yang sudah lebih dulu tertarik dan ingin mencoba, jadi perkataan Andi hanyalah angin lalu baginya.

Rico merebahkan tubuhnya di atas kasur, sepertinya dia harus melupakan yang namanya wanita. Sepertinya juga tidak ada wanita yang mau menerima dirinya apa adanya.

Saat Andi keluar dari kamar mandi, Rico tak bergerak dengan posisinya yang sudah nyaman.

"Mau aku kenalin sama cewe nggak?" ucap Andi tiba-tiba.

"Nggak," jawab Rico cepat. Tanpa berpikir pun dia akan menolak tawaran temannya itu.

Untuk kesekian kalinya Andi berusaha untuk mengenalkan Rico dengan seorang wanita yang entah siapa, namun sayang Rico selalu menolaknya. Alasannya tak lain karena Rico merasa masih bisa berusaha sendiri. Katanya, dia seperti orang yang tidak laku saja jika seorang wanita saja sampai harus dicarikan.

"Ayolah, Co, sekali ini saja. Di coba dulu, siapa tahu kamu suka," bujuk Andi.

"Kamu kira makanan, harus dicoba-coba," ucap Rico tanpa berniat merubah posisinya yang masih berbaring.

"Aiisshh." Andi melempar bantal sofa ke pada Rico. Lalu mendudukkan tubuhnya di atas sofa tempatnya tadi tidur. "Maksudnya bukan begitu, Rico."

"Yaudahlah, Ndi. Aku 'kan sudah bilang nggak usah kenal-kenalin aku sama cewe. Aku bisa cari sendiri," ucap Rico.

"Cari terus, tapi nggak pernah dapet yang bener," seru Andi. "Kali ini please, Co, percaya deh sama aku. Kita temui dia dulu. Kalau kamu nggak suka yaudah, aku nggak akan maksa kamu."

Rico akhirnya bangkit dari posisi nyamannya. Dia menatap Andi dengan berbagai pertanyaan di kepalanya. Dia jadi curiga dengan temannya itu yang begitu kekeh ingin mengenalkannya dengan wanita yang dia sendiri tidak tahu.

"Kamu kenapa mau banget aku kenalan dengan wanita ini?" tanya Rico dengan mengernyitkan keningnya. 

"Karena aku rasa dia cocok sama kamu. Sederhana, cantik, idaman para pria deh. Kamu pasti akan bersyukur banget kalau bisa mendapatkan hatinya karena banyak sekali pria di luar sana yang berusaha mendekatinya tapi dianya nggak mau," seru Andi menjelaskan betapa istimewahnya wanita yang ingin dia kenalkan kepada temannya itu.

"Kenapa nggak mau? Apa dia menginginkan pria kaya juga? Kalau gitu aku mundur saja dari sekarang."

Rico bertanya dan menjawab sendiri pertanyaanya itu. Membuat Andi harus memukulnya karena kesal.

"Dia nggak seperti itu orangnya, makanya aku mau kenalin dia sama kamu, bego," ungkapnya dengan sangat kesal.

"Lah, terus kenapa dia nolak semua pria yang mendekatinya?" tanya Rico yang mulai penasaran.

"Nggak tahu, katanya sih belum ketemu yang pas saja. Pokoknya kamu ketemu dulu deh sama dia, ngobrol kek atau apa gitu. Setelah itu terserah kalian mau gimana. Cocok alhamdulillah, nggak cocok yaudah."

"Kamu kenal dekat dengannya?" tanya Rico lagi.

Sepertinya dia mulai tertarik untuk membahas mengenai wanita ini, tidak seperti sebelumnya yang terus-terusan menolak dan pergi jika telinganya merasa tidak nyaman membahas hal yang dirasa tidak penting.

"Dia adik tingkat sekaligus teman dekatku di Oxford dulu. Sekarang dia masih menjalani S2 di sini."

"Anak orang kaya?" tanya Rico.

"Bukan. Dia dapet beasiswa di sana, tabungan dari hasil kerja sampingannya dipakai untuk melanjutkan kuliah di sini. Orang tuanya ada di kampung, jadi dia nggak mau membebani orang tuanya lebih banyak untuk lanjut S2 di sana."

"Anaknya beneran baik banget, Co. Aku yakin kamu bakal suka deh sama dia," lanjut Andi.

"Dari tadi kamu muji dia terus. Kenapa nggak jadian sama kamu saja kalau begitu?"

Andi menghela nafasnya mendengar pertanyaan Rico.

"Apa kamu salah satu yang dia tolak juga?" tanya Rico lagi sebelum Andi menjawab pertanyaan pertamanya.

"Enak saja," ucap Andi dengan cepat. "Sesempurna apapun pria dan wanita, kalau rasa itu nggak tumbuh di hati, ya mana bisa bersatu, Co. Aku dan Alina hanya bisa menjadi sahabat saja sampai sekarang. Sama seperti aku dan kamu."

"Aku dan kamu? Geli banget ya dengarnya," ucap Rico sambil tersenyum geli.

"Ya maksudnya, bersahabat seperti kini gini loh, Co." Andi mendecak karena kesal dengan temannya yang selalu memiliki sanggahan dari perkataannya.

"Oke, kalau aku juga nggak ada rasa sama dia, gimana?"

"Yaudah, mau gimana lagi," ucap Andi dengan santainya. "Jadi gimana? Mau ya ketemu sama dia besok?"

"Besok? Buru-buru banget," ucap Rico heran.

"Besok weekend. Pagi dia kosong, soalnya malem dia ada kerja sampingan. Gimana?"

"Yaudah, kabarin aja lokasinya di mana."

Mendengar itu Andi tampak sumringah.

"Nah gitu dong. Susah banget sih bujuknya. Kalau gini 'kan enak. Semoga kalian jodoh ya. Dengan begini, Rena nggak akan cemburu lagi dengan Alina."

Rico pun yang mendengar kalimat terakhir dari Andi lantas mengernyitkan keningnya dengan heran.

"Heh, apa maksud kamu Rena nggak akan cemburu? Kamu sengaja numbalin aku ya?" tanya Rico curiga.

Andi menyengir kuda. "Kamu sudah janji mau datang loh, Co. Seorang pria itu yang dipegang adalah kata-katanya."

"Oh, jadi begitu?" Rico menahan emosi di kepalanya. Ternyata temannya itu mau mengenalkan dia dengan sahabat wanitanya karena ada sesuatu di balik itu. Dengan kekesalannya, Rico menghampiri temannya itu dan memukulinya habis-habisan. Dia benar-benar sangat kesal dan tak akan melepaskan pria itu sampai dia puas memukulinya.

***

.

Jangan lupa tinggalin LIKE, KOMEN, VOTE, dan RATE ⭐ ya teman-teman. Biar Authornya rajin up. Terima kasih sebelumnya🥰

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!