Doa Sang Mantan
Di satu ruangan. Terlihat seorang wanita dengan wajah kaget tengah membaca sepucuk surat undangan berwarna silver.
"Bayu Atmadja dan Liana Putri" wanita itu membaca dengan sorot mata tak percaya.
Jemarinya bergetar sehingga menjatuhkan surat undangan itu. Bola matanya terlihat tak percaya pada nama yang tertera disana.
Flash Back On
4 Bulan yang lalu, di satu cafe dengan pemandangan yang bagus.
Terlihat Sari dan seorang pria tengah terlibat pembahasan yang begitu rumit.
"Kenapa mas?, kenapa mas mau putusin pertungangan ini?, ada apa?" tanya Sari dengan wajah syok dan penuh rasa gundah.
Pria yang berada di hadapannya terlihat dingin, tak ada lagi tatapan hangat dan cinta dari pria itu yang bernama, Bayu.
"Enggak ada" sahut ya tenang.
"Enggak ada??, lalu kenapa mas minta kita putus?" tanya Sari dengan nada kecewa.
"Mas.. Mas cuma jenuh"
"Apa?, jenuh?" Sari tertohok mendengar ucapan mas Bayu, pria yang sudah 3 tahun bersamanya.
Wajah Sari tak bisa percaya dengan ucapan pria ini yang seolah membuang semua rasa cintanya yang sudah 3 tahun di bina karena rasa jenuh.
"Mas?, kamu... kamu bercanda kan?, jenuh?, apa... apa alasan itu enggak terlalu di buat-buat?" tutur Sari dengan wajah serius menatap mas Bayu.
Namun, pria itu tetap dengan tatapan dinginnya.
"Jangan memaksa, kamu tau jika mas terus memaksa dalam hubungan yang jenuh ini, maka enggak akan ada baiknya juga untuk kita jika menikah"
"Iya, tapi... tapi kamu kan yang beberapa bulan yang lalu maksa untuk bertunangan??, mas.. kamu malah yang ngomong langsung sama ibu aku untuk meminta aku menikah sama kamu!!" tutur Sari dengan wajah sangat-sangat kecewa.
"Iya, mas tau.. saat itu memang mas tulus"
"Terus??"
Wajah mas Bayu terlihat tak bergeming dengan ucapan Sari.
"Ya, sekarang setelah mas pikir-pikir lagi... mas berat untuk menikah dengan kamu, mas enggak sanggup jika nanti kita berumah tangga, tapi kita enggak bahagia karena ibu mas masih belum benar-benar setuju dengan kamu"
JLEB...
Sari sungguh kecewa mendengar ucapan mas Bayu. Bagaimana pria beberapa bulan yang lalu begitu serius hingga memohon dan berlutut dihadapan ibunda Sari. Meminta Sari agar bisa menjadi istrinya.
Namun kini, kemana semua rasa tulus dan memohon itu.
"Jadi, mas minta maaf.. cincin pertunangan enggak usah kamu kembalikan, karena kesalahan ini seluruhnya salah mas" ucap mas Bayu yang tak merasa iba pada wajah wanita yang kini mulai menjatuhkan butiran air matanya.
"Tolong sampaikan permintaan maaf mas pada ibu kamu"
Butiran air mata Sari benar-benar tak bisa di bendung, luluh lantak sudah hatinya.
"Dan mas berharap, kita bisa berpisah dengan baik-baik" tuturnya lagi dengan yakin.
Sari benar-benar tak bisa berbicara, tubuhnya, hatinya terguncang hebat. Ia tak peduli pada sekitar cafe yang pengunjungnya berbisik-bisik menatap dirinya dengan sinis.
"Kalau begitu mas pergi, jaga kesehatan dan terima kasih banyak untuk hari-hari yang pernah kita lalui bersama" ucap mas Bayu dengan perlahan bangun lalu berjalan meninggalkan Sari.
Flash Back Off
Kini, Sari termenung di meja kerjanya terlihat bertumpuk peralatan make up yang sedang ia benahi atasnya.
Tak lama seorang wanita datang mendekat.
"Sar, ini jadwal make up bulan depan" ujar wanita muda itu yang terlihat santai mendekat pada Sari.
Sari terkaget.
"Ah, iya Lisa" sahut Sari dengan menoleh pada sang teman.
Lisa terlihat kaget melihat wajah sahabatnya ini.
"Lo kenapa?" tanya Lisa pada Sari.
Sari reflek memegang asal salah satu alat make upnya.
"Ah, enggak kenapa-kenapa kok, Lisa.. lo tadi ngomong apa?"
Lisa melihat dengan wajah heran.
"Apa?, perasaan gue belum ngomong apa-apa selain jadwal make up bulan depan"
"Oh, oh gitu..." sahut Sari ragu-ragu.
"Tapi, yang make up bulan depan banyak anak-anak wisuda dan pensi"
"Oh syukurlah, enggak masalah.. yang penting kita masih punya pelanggan tiap hari" tutur Sari dengan kembali fokus pada kuas-kuas make up yang ia pisahkan mana yang bersih mana yang kotor.
Namun tanpa sengaja, kedua mata Lisa sekilas melihat sesuatu jatuh di antara kaki Sari. Lalu ia pun turun untuk mengambil surat undangan itu.
Wajah Sari terkaget ketika melihat tangan Lisa memegang surat undangan itu. Dan sama seperti dirinya, Lisa pun terlihat kaget ketika membaca surat undangan itu.
"I-ni..ini bener mas Bayu yang ada di undangan ini?" tanya Lisa pada Sari.
Sari tak biasa lagi mengelak, ia pun mengangguk pelan, membenarkan pertanyaan Lisa.
"Serius?"
"Iya" sahut Sari pelan.
"Ya Tuhan" ucap Lisa ikut prihatin melihat Sari yang terluka. Ia pun spontan memeluk tubuh Sari dengan kuat.
"Yang sabar ya Sar, mungkin mas Bayu bukan jodoh terbaik untuk kamu" ucap Lisa dengan nada sedih.
"Jodoh baik itu yang gimana?? Mas Bayu itu udah baik banget menurut aku.., tapi.. tapi karena orang tuanya akhirnya dia menikah dengan orang lain" tutur Sari yang mengeluarkan segala unek-uneknya.
Lisa hanya bisa pengusap punggung Sari agar kuat. Ia tau, Sari bukan lah wanita yang mudah jatuh cinta. Dan mas Bayu adalah pria yang membuat Sari jatuh cinta. Pasti ini jadi pukulan terbesar untuk Sari.
"Pasti.. pasti ada jodoh yang baik untuk kamu, aku yakin" seru Lisa memberi semangat pada Sari.
Sari hanya bisa menangis pilu. Jatuh cinta benar-benar membuatnya trauma, mungkin ia tak akan pernah bisa membuka hati untuk pria lain.
Lisa mererai pelukannya dan menatap Sari.
"Terkadang Tuhan sengaja membuat kamu patahi agar kamu tau, jika itu bukan jodoh kamu" ujar Lisa memberi kata-kata semangat.
"Gak akan ada cinta yang mulus, semua butuh perjuangan dan masalah yang berliku.. Dan lo harus bersyukur, ini adalah hal baik yang Tuhan kasih buat lo.. coba lo bayangin andai lo jadi nikah sama mas Bayu, apa lo sanggup menghadapi mertua yang enggak suka sama lo??" tanya Lisa memberi pandangan jauh.
Sari berpikir dalam tangisnya.
"Gak akan indah jika pernikahan tanpa restu, malah derai air mata yang bakal lo terima disepanjang perjalanan rumah tangga lo" timpal Lisa.
"Jadi lo harus kuat dan bersyukur walau itu perih nan sakit" sambung Lisa dengan menyeka air mata Sari.
Sari pun ikut menyeka air matanya.
"Kok lo jadi bijak sih??" rutu Sari dengan mencoba tak menangis lagi.
"Gue udah lewati hal itu semua, gue tau perih ya sakitnya yang lo rasain sekarang.. tapi karena gue percaya kalau Tuhan gak akan pernah menguji umatnya dengan masalah yang tak ia sanggup.. Jika lo berhasil Tuhan pasti balas dengan segala kebaikan yang terkadang lo gak sadari"
Sari tersenyum kecil mendengar ceramah sang sahabat.
"Tua banget sih ceramah lo" celetuk Sari.
Lisa tertawa kecil.
"Soal cinta gue lebih senior dari lo" jawab sang sahabat dengan ikut tertawa dan merasa lega jika sang teman sudah tak menangis lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Bila D
ketemu lagi dengan novelmu thor, aku nunggu jamu mbak Sinta, ternyata ketemu dgn mb Sari😀😀😀
2022-02-12
0
rinny
salam kak riya'... AQ sudah baca 5 karya mu semu ceritanya bagus. AQ mau lanjut baca karyamu yg ini kak semoga ceritanya juga bagus
2022-01-24
0
Gusti Yenti
kisah cinta yg terhalang restu orangtua.....seperti yg pernah ku alami.
2022-01-04
0