3

Terlihat kini wajah kesal Lisa karena koper make upnya yang sangat ia rawat harus tergores gara-gara keteledoran Sari.

"Maaf yaa Lis" ujar Sari kembali dengan sesekali melihat jalan raya yang sedikit macet.

"I-ya" jawab Lisa yang masih telihat tak benar-benar ikhlas.

Sari tertawa kecil.

"Ya udah, tar gue balenin lo beli face palette deh" sogok Sari pada Lisa.

"Hah?, serius?" 

"Heem" sahut Sari bergumam.

"Tapi, jangan face deh, gue face masih ada tapi eyes palette dong" ujar Lisa yang seketika bersemangat.

"Hah?, eyes palette?" Sari sedikit kaget dengan permintaan Lisa.

"Yang Nars ya?"

"Ooh, tidaaaak.. itu mahal Lis!!" 

"Ogah gue enggak mau, kalau mau LTpro aja" tawar Sari panik mengingat harga make up mereka Nars itu sangatlah mahal.

"Ikh, ogah deh kalau LTpro" 

"Udah terima aja, lagian gue liat eyes palette li udah banyak yang habis warna brow dan goldnya"

Lisa sejenak berpikir.

"Hmmm, ya udah deh.. boleh juga tapi gue mau yang liquit" pinta Lisa masih dengan ingin ya.

"Oke"

"Sekarang!!" ujar Lisa bersemangat.

"Eh, enggak.. tunggu dulu!!"

"Loh?, jadi kapan?"

"Tunggu gajian pas make up anak-anak wisuda aja yaa" tutur Sari dengan wajah cengegesan.

"Iiikkkh" seru Lisa dengan wajah kecewa.

Sari berhasil tertawa lepas. Ya, setidaknya sang teman tak lagi kesal karena koper make upnya tergores.

Mobil Brio itu pun berjalan santai menyusuri  jalan kota.

"Sar, anak perempuan tadi siapa?"tanya Lisa yang seketika mengingat wajah anak perempuan yang berdiri saat itu didekat Sari.

"Entah, gue juga enggak tau"

"Kok dia di dekat lo terus?"

"Ooh, mungkin dia takut sama lo tadi, kan lo tadi ngomongnya marah-marah gitu" 

"Ah, perasaan gue enggak marah-marah amat tadi" sela Lisa ingkar.

Sari hanya tersenyum simpul, tapi sekilas ia sempat mengingat wajah anak perempuan tadi yang bernama Sifa.

"Mungkin emaknya ikut class make up kita tadi kali yaa, makanya dia ada sana" 

"Bisa jadi" sahut Sari enteng dengan fokus menyetir mobil mungkin itu.

***

Di lain sisi, seorang petugas terlihat gusar mencari kesana kemari sosok yang membuatnya bisa kehilangan pekerjaan.

"Duuh, kemana sih si Sifa?"

Tak.. tak..

Terdengar langkah kaki kecil menghampiri petugas itu dari belakang.

"Om Budi?" seru Sifa yang ternyata muncul di belakangnya.

"MasyaAllah Sifa, akhirnya kamu ketemu, papa kamu cari tuh, udah mau pulang"

"Iya" ujar Sifa yang tak banyak berontak.

Lalu petugas itu membawa Sifa untuk kembali kedalam kantor Bupati itu.

Namun, ada yang berbeda dari Sifa. Ia kembali dengan senyum yang jarang ia perlihatkan.

***

Setiba di ruangan Lux itu, terlihat Sifa berlari kecil mendekat pada satu kursi besar yang tengah di duduki oleh seorang pria.

"Papa?" sapa Sifa dengan riang.

Pria itu seketika meletakkan penanya dengan wajah gusar ia menyambut Sifa.

"Sifa?, kamu kemana aja dari tadi?" 

"Ah, maaf pah" sahut Sifa yang jarang-jarang memperlihatkan ekspresi menyesalnya.

"Hah??, kenapa?, kamu buat masalah apa lagi??"

Sifa hanya tersenyum simpul pada sang Ayahanda yang terlihat heran dan penuh tanda tanya.

Lalu ketika ia mengusap tubuh kecil anaknya, seketika pria itu terkaget.

"Loh, ini kenapa??"

"Hmm, tadi Sifa jatuh pah"

"Dimana?? Kapan??"

"Tadi di bawah, enggak sengaja tadi lari dan..."

"Dan apa??, kamu ngerusakin barang orang lagi??"tebak sang Papa yang sudah sering menemukan masalah sang anak.

Sifa tersenyum, namun kali ini ia dengan yakin menjawab jujur.

"Iya" sahutnya pelan.

"Ya Tuhan !!" jawab sang Papa menghela nafas pelan.

"Apa?, apa lagi  yang kamu rusakkan nak??"

Namun kali ini sang anak hanya tersenyum manis dengan bermanja sembari memeluk sang Papa.

"Rusak enggak, tapi... tapi Sifa suka tante itu?"

"Hah? Tante" sahut Aldi heran.

"Iya, tante baik yang bantuin Sifa dan bela Sifa" sahut Sifa tersenyum cerah.

Aldi hanya bisa tertawa lucu melihat kepolosan sang putri.

"Apa Sifa ada ucapkan terimakasih??"

Sifa kaget dan reflek menggelengkan kepala.

"Enggak pah" jawab Sifa polos.

Aldi menghela nafas pelan seraya merapikan rambut panjang sang putri.

"Lain kali ucapkan terimakasih dan tanyakan namanya" jelas Aldi dengan lembut.

Sifa terlihat berpikir.

"Itu namanya sopan santun, ucapkan terima kasih jika ada orang yang sudah menolong dan membantu kita" tutur sang Papa menjelaskan lebih jelas.

Sifa mengangguk paham.

"Oooh.. memang harus ya pah??"

Aldi sedikit kaget dengan ucapan sang anak.

"Ya.. itu sifat yang dimiliki oleh anak yang baik dan santun"

Sifa terlihat kembali berpikir.

Aldi menatap wajah sang putri dengan lekat. Ia tau jika sang putri benar-benar buta akan sopan santun yang seharusnya sudah ia miliki sedari kecil. Namun sayangnya sosok yang seharusnya dapat mendidik putrinya ini justru pergi meninggalkan semua tanggung jawabnya begitu saja.

"Kamu udah makan??"

"Belum" sahut Sifa cepat.

"Gimana kalau kita makan siang sama-sama?"

Sifa terlihat kaget.

"Memangnya Papa gak sibuk??" tanya Sifa polos.

Aldi terteguh mendengar pertanyaan sang putri.

"Kok kamu tanyanya gitu??"

Sorot mata Sifa sendu.

"Hmm, karena.. karena Papa pasti sibuk dengan kerjaan kantor" jawab Sifa apa adanya.

Hati Aldi terusik, ia mungkin sudah memberi kesan buruk pada sang putri selama ini. Jam kerja yang 24 jam mungkin sudah membuat Aldi lupa akan waktu bersama Sifa.

Aldi seketika memeluk tubuh sang putri.

"Maafin Papa ya, yang setiap harinya sibuk"

Sifa ikut memeluk sang Papa dengan sayang.

"Gak papa.." balas Sifa berbisik.

Aldi kian merasa bersalah ketika mendengar jawaban sang putri tercinta.

"Papa sayang kamu"

"Sifa juga sayang Papa.. selamanya" jawab Sifa.

Namun tanpa di duga terdengar suara batuk-batuk Sifa.

"Uhuk..uhuk..uhuk"

Aldi mererai pelukannya.

"Kamu batuk??"

Sifa tersenyum kecil.

"Kamu minum es lagi ya?"

Dan Sifa hanya bisa cengegesan di hadapan wajah sang Papa yang sudah siap untuk memarahinya.

"Iya pah, maaf ya.."

"Kamu yaa?? kan Papa udah bilang jangan makan es cream lagi" tutur Papa dengan nada penekanan.

Sifa pun tertunduk lesu.

"Papa bakal marahin pak Budi, udah Papa ingetin berkali-kali kalau kamu gak boleh makan es cream lagi" ujar sang Papa dengan segera meraih handphonenya.

Sifa terlihat kelabakan.

"Jangan Papa.. jangan!!" seru Sifa yang menahan tangan sang Papa

"Bukan salah pak Budi.. ini di beli sama miss karena berhasil dapat nilai bagus" jawab Sifa merasa bersalah.

"Miss kamu??"

Sifa mengangguk.

Aldi menghela nafas kesal.

"Bisa-bisanya miss kamu itu kasih kamu es cream, coba kapan sembuh ya kamu kalau begini??"

"Maaf papa" seru Sifa merasa bersalah.

"Lain kali Papa akan hukum kamu kalau kamu ketauan makan es cream lagi, ngerti"

Sifa pun tertunduk sedih, bahkan ucapan sayang sang Papa pun bisa berubah dalam hitungan detik hanya gara-gara es cream yang di hadiahi sang miss guru privat tempat ia belajar selama ini.

Terpopuler

Comments

Yesi Triyanto

Yesi Triyanto

OMG lepas bujang dptnta duda beranak gak apa2 klu duda nya kaya, setia, iman nya bgs and gantemg hajar jagn ksih kendor wkwkwk

2022-08-23

0

Maya Ratnasari

Maya Ratnasari

kalo bhs Inggris, es cream
kalo bhs indo, es krim.

pilih aja yg author suka. dari pada nanggung es crem

2021-12-05

0

Yadi

Yadi

kayaknya ada bau-bau duren beranak satu jatuh cinta pada perawan

2021-07-20

14

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!