5

Di satu ruangan kerja, terlihat Aldi tengah serius melihat kertas-kertas yang harus ia beri tanda tangan.

Kerut di keningnya silih berganti menghiasi wajah yang terlihat kejam itu. Nafasnya pun sesekali berhembus berat ketika membaca tiap-tiap lembar kertas itu.

Ada banyak masalah di daerah ini, walau terlihat jika daerah ini begitu produktif dan masyarakat Makmur. Namun tidak ada yang tau jika di sudut desa terdapat banyak masalah kemiskinan yang kian tak bisa di tangani.

Sawah yang tak bisa di bajak karena petani protes dengan irigasi yang salah konstruksi sampai dengan pupuk yang kian di selewengkan oleh mafia pupuk.

Urat saraf Aldi seolah di paksa untuk berpikir mencari solusi terbaik untuk kelangsungan hidup rakyat yang ia pimpin.

Ia meletakkan pena emasnya itu untuk sejenak menarik nafas lelah.

Sudah hampir 1 tahun lamanya ia menjalani peran ganda. Aldi yang seorang wakil Bupati harus mengemban tugas Bupati yang kini sering sakit-sakitan. Sehingga begitu banyak tugas negara yang terbengkalai sejak sang Bupati sakit.

Menjadi Wakil Bupati memang keinginan Aldi yang sudah lama berkecimpung di dunia politik. Ia ingin berkarir di bawah dulu. Karena bagi Aldi pengalaman ini tak akan terulang lagi. Dan hal ini ia jadikan pengalaman untuk pencapaian karirnya dimasa yang akan datang.

Sekilas Aldi melihat kesekeliling ruangan dengan kini terpanjang beberapa penghargaan yang baru-baru saja ia peroleh dengan jerih payah para PNS yang ia pimpin.

1 tahun sudah, dan perjalanan jabatan ini akan terus berat seiring masa jabatan yang tersisa 4 tahun lagi.

Aldi berharap semoga sang Bupati segera pulih dari sakitnya itu. Karena ia sangat berharap bisa mengerjakan tugas negara ini bersama seniornya itu.

Aldi menghela nafas pelan. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan seharusnya ia makan siang. Walau perutnya terasa agak lapar, namun Aldi menahannya ketika melihat tumpukan berkas di atas mejannya masih belum berkurang.

Hingga tak lama terdengar suara ketukan pintu. Lamunan Aldi pun buyar.

Tok...

Tok..

"Masuk" perintah Aldi dengan meriah segelas air putih yang tersaji di samping meja kerjanya.

Cekrekk..

Tanpa di sangka seorang pria paruh baya masuk dengan wajah hangat.

"Selamat siang pak wakil" ujarnya berseloroh.

Wajah Aldi seketika berubah tak senang. Tamu yang sangat ingin ia hindari masuk kedalam ruang kantornya.

"Saya dengar pak Bupati sedang tidak sehat, maka dari itu saya harus bertemu dengan wakilnya, Aldi"

Aldi pun meletakkan kembali pena emasnya di atas kertas penting itu.

Dengan rasa berat Aldi bangun dari kursi kerjanya, agar terlihat wajah menyambut tamu yang tak di undang ini.

Lalu dengan senyum terpaksa ia sedikit menawarkan sang tamu untuk duduk di sofa nyaman ruangan itu.

Dan pria paruh baya itu duduk dengan rasa yang sangat menikmati ya.

"Saya baru tau jika ruang kerja wakil Bupati begitu bagus dan senyaman ini..." ucap sang tamu dengan melihat kesekeliling ruangan Aldi.

"Tapi, saya yakin jika ruangan kerja pak Bupati jauh lebih nyaman dan empuk" tuturnya dengan nada bicara propaganda.

Aldi tersenyum sinis, maksud terselubung ternyata sudah terlihat jelas.

"Ada apa anda datang kemari?"

Pria paruh baya itu terlihat senang dengan pertanyaan Aldi.

"Kamu cukup tau maksud ke datang saya, jadi.. saya hanya datang sebagai permulaan, 3 minggu dari sekarang para anggota dewan akan mengadakan rapat sehingga posisi itu segera kosong" ujar sang pria paruh baya itu dengan tenang.

Aldi mendengar dengan wajah sinis. Ia tak pernah menyangka akan menjadi alat politik para tertua partai tempat ia bernaung.

Rasanya baru kemarin ia merasa syok ketika mengetahui permainan tertua partai ketika memenangkan pemilu daerah bersama pak Bupati Isra.

Namun Aldi tidak menyangka bahwa itu taktik para tertua partai sebagai umpan balik. Rencana terselubung itu terbongkar, sehingga Aldi mengetahui jika ia sengaja di pasangkan dengan calon bupati yang sakit-sakitan. Sehingga menimbulkan kegelisahan publik ketika melihat kinerja Bupati yang sering kosong dan melimpahkannya pada sang wakil.

Isu itu pun kian di goreng oleh partai-partai pendukung yang akhirnya mengajukan surat agar Bupati mundur dan akan di gantikan oleh wakil Bupati.

"Ini kesempatan emas untuk nama baik partai, jadi bersiaplah" tutur pria paruh baya itu dengan nada penekanan.

"Sungguh licik" balas Aldi tak senang.

Pria paruh baya itu tersenyum simpul.

"Kau pasti sudah tau jika politik itu memang sangat kejam.. jadi jangan menyalahkan partai, terlebih kau juga tau tujuan kita bermain dalam partai.. bukankah kita sudah bersumpah setia pada partai"

Aldi hanya bisa tertawa bodoh.

"Tapi tujuan partai bukanlah untuk kepentingan pribadi" balas Aldi tenang.

Pria paruh baya itu kembali tersenyum simpul.

"Ada banyak calon yang bisa mengemban tugas penting ini jika kau tak mau" tutur pria paruh baya itu penuh penekanan.

Jemari Aldi terjepal kuat, ingin rasanya ia menonjok pria sepuh ini. Namun etika dan otaknya masih harus berpikir waras jika tak ingin riwayat karirnya tercoreng dan itu akan sangat merugikan dirinya di masa yang akan datang.

Pria paruh baya itu tersenyum puas, ia melihat jika Aldi masih bisa di kendalikan dengan mudah.

"Nikmati sisa waktu mu diruangan ini, sebelum kau pindah ke tempat yang lebih nyaman lagi" pesan pria paruh baya itu penuh arti.

Aldi hanya diam tanpa menjawab, rasa marahnya hanya bisa ia tahan di kepalan tangan.

"Ah, karena sudah siang, bagaimana kalau kita makan siang bersama pak Wakil?"

Aldi terlihat menahan kesalnya.

"Maaf, tapi meja kerja saya masih belum kosong dari kertas-kertas penting" tolak Aldi sengaja.

Pria paruh baya itu tersenyum licik.

"Baguslah, ini baru calon Bupati yang bisa mengemban tugas negara" tutur ya yang kembali berseloroh tajam.

"Kalau begitu saya pamit sebelum lebih lama menganggu waktu kerja pak Wakil" senyum liciknya terlihat jelas,lalu perlahan  pria paruh baya itu berjalan meninggalkan ruangan kerja wakil Bupati Aldi.

Selang beberapa saat, ketika si pria tua itu keluar. Seketika terdengar suara rutu Aldi yang kesal.

"SIALAN!!" umpat Aldi kesal dengan jemari terkepal memukul lengan kursi dengan kuat.

Brakkk..

Rasa sakit seketika menjalar di seluruh tangannya.

"Bisa-bisanya dia mengendalikan para anggota dewan!!" 

Aldi benar-benar kesal dengan ancaman dari pihak yang mencari keuntungan dari posisinya saat ini. Sungguh dunia politik itu paling kejam.

Bisa jadi saat ini semua jadi teman namun tidak menjamin jika di satu masa semua akan berbalik menjadi musuh dalam lipatan.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

itu baru level bupati ...
tambah ke atas, tambah ..... eeeehhhh .... 🙊

2023-04-20

0

yah itu lah politik..

2021-12-02

1

Anita EndLs

Anita EndLs

Sukaaa dengan cerita Kak Ria, dari pengusaha kuliner, Dokter, Pengacara, sekarang Bupati

2021-11-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!