With You
San Francisco's, USA.
Seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun berlari dengan penuh semangat dan keceriaan yang terpancar dari wajahnya yang imut,tampan, manis dan selalu ceria ke arah seorang pria usia tiga puluh lima tahun yang menyambut anak itu dengan kedua tangannya dan tersenyum penuh kasih sayang terhadap anak itu.
"Sebastian,anak Papa yang manis,kau memang seorang juara kesayangan Papa.. " kata pria itu dengan senyuman tampan kepada anak kecil yang melompat ke arahnya sampai ia mengajak anak itu berguling-guling di lapangan sepak bola.
"Hehehe, Papa semua hasil pertandingan ku hari ini adalah hasil bimbingan darimu untuk aku." Kata Sebastian nama anak laki-laki itu dengan suaranya yang ceria.
Pria itu membelai lembut puncak rambut tebal dari kepala anak kecil yang sangat manis di depannya namun ia tiba-tiba mendengar suara hpnya berdering dari saku celana panjangnya, ia pun merogoh dan mengeluarkan hpnya lalu menjawab panggilan telepon genggam yang terdengar sangat jauh dari tempatnya saat ini.
"📱Ya,halo disini Edison Putra Wijaya kamu siapakah?"tanya Edison Putra Wijaya nama pria muda ini dengan nada ramah.
"📱 Aku Rissa dari Indonesia ingin mengabari soal Ibu Martha yang jatuh sakit dan sekarang sedang di rawat inap di rumah sakit." Jawab wanita muda dengan suaranya yang lembut di telinga Edison Putra Wijaya
"📱Eh, baiklah Aku akan segera kembali ke Indonesia."Kata Edison Putra Wijaya yang segera menonaktifkan hpnya begitu saja.
Edison Putra Wijaya memanggil anaknya yang segera di ajaknya pulang ke rumahnya di salah satu kota kecil di San Francisco's, USA.Dimana ia tinggal bersama dengan seorang wanita muda cantik asal Perancis berdarah Indonesia yang bernama Cindy Watson selama kurang lebih dua belas tahun dan mengadopsi seorang anak laki-laki yang berasal dari anak sahabat dekat Cindy Watson sejak anak kecil itu bayi merah.
"Tian,cepat kau bantu Papa berkemas jika kamu ingin ikut Papa pulang ke Indonesia untuk melihat Oma mu di sana." Kata Edison Putra Wijaya dengan nada lembut kepada Sebastian Watson.
"Iya,Papa.Tian segera bersiap- siap kok.."kata anaknya yang telah keluar dari kamar dengan menyeret koper yang belum ditutup dengan rapi.
Edison Putra Wijaya pun segera membantu anak kecil yang lincah itu merapikan barang mereka di koper tanpa menghiraukan Cindy Watson yang sejak awal mereka pulang dari klub sepak bola anaknya hanya memerhatikan mereka saja.
" Ed,apa kamu tak memedulikan karir mu di sini dengan kamu pulang ke Indonesia dalam waktu yang tidak tepat untuk berlibur?"tanya Cindy Watson berdiri di depan sofa kepada Edison Putra Wijaya.
"Cindy, Aku pulang ke Indonesia bukan untuk aku bisa liburan melainkan Aku harus mengunjungi ibu ku yang sudah lama sekali tidak Aku temui." jawab Edison Putra Wijaya dengan nada lelah.
"Oh, Aku semakin heran denganmu, Ed.Kamu itu sudah dua belas tahun tidak mengunjungi Ibumu tiba-tiba kamu memaksa kami untuk ikut kamu pulang ke Indonesia."kata Cindy Watson dengan sikap arogan kepada Edison.
"Sudahlah, kalau kamu tak mau ikut pulang ke Indonesia denganku, ya sudah kamu tak perlu ikut. "kata Edison Putra Wijaya nada tegas sekali kepada Cindy Watson sambil melihat ke arah Sebastian Watson.
"Papa,Aku mau ikut pulang ke Indonesia untuk Aku bisa jumpa dengan Oma-ku." kata anak kecil itu dengan sikapnya yang menggemaskan sekali bagi Edison Putra Wijaya.
"Iya,ya,Papa juga tak pernah bisa jauh darimu.." kata Edison Putra Wijaya yang memeluk anak itu dengan kasih sayang sambil menatap kepada Cindy Watson yang cemberut.
"Baiklah,Aku juga akan ikut kalian berdua untuk pulang ke Indonesia ya anggaplah Aku akan liburan selama beberapa hari di negara beriklim tropis." kata Cindy Watson yang menghela napas panjang lalu pergi ke kamarnya untuk merapikan barang pribadinya ke dalam koper pribadinya.
"Wah,dia kalah juga denganmu Pa." kata anak di pelukan Edison Putra Wijaya.
"Ah diam kau, bocah nakal." kata Edison Putra Wijaya mengacak-acak rambut anak kecil yang super cute namun bawelnya minta ampun tetapi ia sangat menyayangi anak kecil itu.
*****
Jakarta, Indonesia.
Cahaya matahari pagi telah menyorot langsung ke wajah mungil seorang anak perempuan yang usianya sebaya dengan usia Sebastian Watson. Anak perempuan itu menyingkap selimutnya ke tepi ranjang lalu turun untuk pergi ke arah kamar mandi.
Sekitar sepuluh menit kemudian, anak manis ini sudah duduk rapi di kursi di ruang makan untuk menghadapi sarapannya namun sorotan kedua matanya begitu sedih, sepi dan hampa.Gadis kecil ini bernama Marsha Fernanda Armando.Ia selalu dilayani oleh para pelayan dalam segala keperluannya.
"Seragam sekolahmu tolong kamu rapikan, Nona Marsha." kata salah seorang dari pelayan pribadi gadis kecil itu.
"Iya, Sonya.Ohya, apa kamu sudah mendapatkan kabar dari rumah sakit mengenai keadaan Oma- ku? "tanya Marsha nada sopan kepada Sonya nama salah seorang dari pelayan pribadinya.
" Belum, Nona Marsha."jawab Sonya begitu halus dan sopan kepada Marsha.
Marsha menutup mulutnya dengan cepat ketika ia melihat kedatangan seorang pria usia empat puluh tahun ke ruang makan.Anak itu begitu takut sekali di lihat dari wajahnya sampai ia tak berani untuk meneruskan sarapannya lalu kabur dari ruang makan untuk segera pergi ke sekolah.
"Nona Marsha tunggu sebentar tas sekolahmu tertinggal di kursi sebelah." kata Sonya mengejar anak itu ke pintu gerbang rumah Wijaya.
"Eh, ya Sonya terimakasih."kata Marsha dengan cepat mengambil tas sekolah lalu berlari ke luar rumah Wijaya untuk pergi ke sekolah Wijaya yang berada di seberang rumahnya.
Marsha segera berbaris di barisan murid- murid perempuan di sekolah Wijaya dengan wajahnya yang murung selalu namun pada saat ia melihat langit biru di atas kepalanya tiba-tiba ia dapat merasakan sesuatu yang tak dapat dilukiskan olehnya.
" Pesawat terbang itu sungguh menggetarkan rasa di hatiku."kata Marsha di dalam hatinya.
Di dalam pesawat terbang terdapat Sebastian Watson, Edison Putra Wijaya dan Cindy Watson yang duduk berdampingan dan menanti pesawat terbang yang mereka tumpangi itu turun ke arah bandara internasional.
"Papa,ada yang ingin bicara denganmu." kata Sebastian Watson mendekati Papanya yang dari perjalanan mereka selalu muram.
"Ya, siapa? " tanya Edison tertawa ringan kepada Sebastian Watson.
"Galaksi, Pa."jawab Sebastian memperlihatkan seekor hamster mungil kepada Edison.
" Ehh,Ya Galaksi dia mau mengatakan bahwa Papa tak perlu khawatir karena Oma pasti akan baik-baik saja."kata Sebastian nada menghibur Papanya.
Edison tertawa melihat anaknya yang tampan ini dapat memberikan hiburan untuknya namun tidak bagi Cindy yang melotot kepada Sebastian yang meringkuk di dekat Edison.
"Cindy tolong jangan kamu memarahinya." kata Edison Putra Wijaya yang cepat membantu anak kecil itu menyimpan hamster kesayangan anak nya di saku pakaiannya.
"Baiklah, kita akan segera turun dari pesawat ini dan jumpa dengan Oma-ku dan seorang sepupu yang mungkin terkesan dengan kehadiranku di Jakarta." kata Sebastian yang berdiri di depan kursi penumpang pesawat terbang dengan raut wajahnya yang selalu riang.
"Duduk di kursi mu sampai pesawat terbang ini berhenti nak." kata Edison memeluk anaknya dan mendudukkan anaknya di pangkuannya agar ia bisa menjaga anaknya yang selalu ingin tahu.
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Imamah Nur
Waduh, ngajak guling-guling🤭
2023-07-26
0
Nengmela 😘
cemungut nami
2023-07-25
0
Ir Syanda
Wah lama sekali lah 12 tahun ... berangkat masih muda, pas balik udah jadi bapak2 😂
2023-07-25
1