Sekolah Dasar, Wijaya.
Marsha memandang takut kepada pria yang di kenalnya sebagai Papanya sendiri yang berdiri di atas podium lapangan sekolahnya dengan sinar mata mencorong tajam kepada dirinya.
"Eh, lihat sibodoh Marsha seragamnya terlihat berantakan." kata seorang teman yang selalu sinis dan mengganggunya kepada teman lain di belakangnya.
"Iya, dia sunguh memalukan." kata teman lainnya yang menengok ke arah gurunya yang tidak lama kemudian melihat ke seragamnya dan berjalan ke arah anak itu.
"Marsha,usai upacara di lapangan ini kau harus ikut Aku menghadap kepada Bapak Konselor di ruangannya karena seragammu ini..!" bentak gurunya.
Marsha menundukkan wajahnya semakin dalam lalu sesuai dengan peraturan dari sekolahnya, ia mengikuti gurunya yang bernama Ibu guru Olla ke ruangan kerja Papanya.
"Maaf, Pak Konselor saya membawa putri Anda Marsha ke ruangan Anda untuk dimintai cara untuk menanganinya karena dia memakai baju seragam yang kurang rapi dan lengkap untuk hari senin." kata Ibu guru Olla dengan sikapnya yang tegas kepada Baskoro Armando Papa dari Marsha Fernanda Armando.
Baskoro Armando memandang kearah anaknya di depan meja kerjanya lalu ia memukul meja kerjanya dengan geram dan tatapannya sangat menakutkan Marsha.
"Marsha,kau ini bisakah untuk tidak satu hari saja tak membuat masalah yang memalukan Papamu?"tanya Baskoro Armando yang berdiri di depan meja kerjanya kepada Marsha.
" Maaf, Pa."jawab Marsha ketakutan.
"Maaf saja tidak cukup untuk mengubah perilaku mu karena itulah Papa akan memberikan kamu hukuman yaitu membersihkan sepatu semua teman-teman sekelasmu."kata Baskoro dengan tegas kepada Marsha.
" I.. Iya.. Pa.. "jawab Marsha ketakutan.
Marsha pun menjalani hukumannya sesuai yang diperintahkan oleh Papanya pada pagi hari senin itu dengan diawasi oleh Ibu guru Olla menjadi wali kelasnya.
"Baik,setelah ini kamu boleh duduk di bangkumu dan mengikuti pelajaran berikutnya." kata Ibu guru Olla usai Marsha menjalani hukuman yang diperintahkan oleh Baskoro Armando.
Marsha segera duduk di bangku sekolah dengan patuh lalu mengikuti pelajaran jam kedua yaitu mata pelajaran matematika yang di tulis di papan tulis oleh Ibu guru Olla.
Sementara itu di depan pintu gerbang utama dari Kediaman Wijaya berhenti sebuah mobil taksi online dan keluarlah Edison Putra Wijaya, Cindy Watson dan Sebastian Watson dari mobil taksi online itu.
"Sayang, kau jangan nakal ya selama Papa pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Oma-mu dan tolong jaga Mamamu." kata Edison dengan sikap lembut kepada Sebastian sambil menaruh tiga koper di depan anaknya dan kekasihnya.
"Siap, Papa." jawab Sebastian ceria.
"Ed,berapa lama kamu akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Mamamu?" tanya Cindy yang menghela napas dalam-dalam untuk kekasihnya yang akan memanggil sejumlah staff kediaman Wijaya untuk membantu mereka membawakan koper-koper mereka dari depan pintu gerbang ke dalam rumah.
"Entahlah, mungkin sampai Aku mengetahui apa penyakit Mamaku." jawab Edison yang mengajak Sebastian untuk masuk ke dalam rumah dan ia juga menunjukkan kamar untuk anaknya yang berada di lantai atas di sisi kanan koridor lantai kedua dari Kediaman Wijaya.
Cindy mengikuti mereka dengan langkah anggun dan tak bicara apapun namun wajahnya tampak bosan dengan sikap kekasihnya yang selalu saja mengutamakan Sebastian daripada dirinya.
"Tian,disini kamarmu yang merupakan kamarnya Papamu."kata Edison menatap hangat anak kecil di depannya.
"Wahh,kamarnya Papa keren banget sampai Aku dapat membayangkan hari-hari Papa dahulu di kamar ini." kata Sebastian tertawa senang.
"Iya,sayang.Nah, sekarang Papa pergi dulu ya ke rumah sakit untuk menjenguk Oma-mu." kata Edison membungkukkan badannya untuk pria ini dapat mengecup pipi anaknya.
Cindy mengikutinya keluar dari kamar anaknya ke arah timur lantai dua untuk menuju ke kamar khusus untuknya yang ternyata terpisah dari Edison.
"Tunggu,Aku tak suka untuk tidur terpisah dari kamu. " kata Cindy mengerutkan kening melihat kekasihnya berjalan ke arah kamar lain.
"Disini Indonesia bukan Amerika Serikat, maka kita harus menghormati budaya Indonesia yang melarang untuk pria dan wanita belum menikah untuk tidur satu kamar." kata Edison tegas sekali kepada Cindy.
"Heii... "
Cindy mengeram kesal namun wanita muda ini dengan terpaksa harus mematuhi peraturan dari kekasihnya yang sejak awal mereka jumpa lebih perhatian kepada Sebastian daripada dirinya.
"Sebastian kau memang seorang penghalang..." desis Cindy kepada Sebastian yang melihatnya dengan bingung.
Edison sudah meninggalkan mereka dilantai dua untuk turun ke lantai bawah menuju ke halaman depan rumah untuk menghampiri mobilnya yang selalu ada di garasi pribadi Kediaman Wijaya sejak dua belas tahun ini pria ini menetap di luar negeri dan jauh dari negaranya.
Sebastian melihat Mama angkatnya sudah jalan ke dalam kamar.Ia mengangkat bahunya lalu ia turun ke lantai bawah untuk mencari makan di ruang makan.
"Tuan muda kecil, kamu cari apa di sini? " tanya Sonya muncul dari dapur kepada Sebastian.
"Aku lapar. " jawab Sebastian memegangi perut mungilnya.
"Oh, mari duduklah di kursi dan tunggulah Aku akan siapkan makan siang untukmu di dapur." kata Sonya yang ramah kepada Sebastian.
Sebastian mengangguk patuh kepada Sonya dan ketika anak itu sedang menunggu makan siang datang dari dapur.Ia menoleh ke jendela yang memperlihatkan sebuah sekolah yang berada di seberang Kediaman Wijaya.
"Wah,ada sekolah dasar kepunyaan Oma seperti yang sudah Papa ceritakan kepadaku." kata anak kecil itu yang mengangguk-angguk dengan sikap seperti orang dewasa saja.
Tak berselang lama Baskoro Armando datang ke ruang makan untuk makan siang di Kediaman Wijaya seperti biasanya namun hari ini pria ini menemukan seorang anak laki-laki asing duduk di salah satu kursi makan di ruang makan.
"Kau siapa dan siapa yang mengizinkan kamu masuk ke dalam rumah ini?" tanya Baskoro nada angkuh dan memandang rendah Sebastian.
"Perkenalkan Saya Sebastian Watson anaknya Papa Edison Putra Wijaya."jawab Sebastian yang segera berdiri dengan sikap sopan dan tangan kanannya diulurkan untuk menyalami Baskoro.
"Ehh, sejak kapan kalian datang ke rumah ini dan dimana Papamu?"tanya Baskoro sedikit kaget karena ia tak pernah menduga bahwa adik ipar nya akan pulang ke Indonesia dengan membawa keluarga.
"Barusan dan Papa pergi ke rumah sakit katanya sih untuk menjenguk Oma-Ku,O'om apa." jawab Sebastian nada sopan.
"O'om Baskoro Armando suami dari mendiang Tante Emma." kata Baskoro memperkenalkan dirinya kepada Sebastian sambil duduk di kursi makan paling ujung dan menikmati makan siang yang sudah disiapkan oleh para staff dapur di Kediaman Wijaya untuk dirinya.
"Berarti Anda adalah Papanya Marsha ya?" tanya Sebastian sambil makan siang.
"Iya,dan dilarang bicara saat sedang makan di rumah ini." jawab Baskoro nada galak kepada Sebastian.
Sebastian pun diam seketika itu juga dan anak itu memilih untuk menikmati makan siang yang berupa nasi putih dan lauk-pauk menu ayam goreng dan sup soun yang ditaruh di mangkuk di samping piring makannya.
Bersambung!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Imamah Nur
Wah kompor nih anak😕
2023-07-26
0
Nengmela 😘
mangatttt
2023-07-25
0
Ir Syanda
Wah sadis sekali lah, ada berapa sepatu tuh yang harus dibersihkan ...
2023-07-25
1