Bab 3.

Sesudah makan siang dalam suasana yang luar biasa sunyi dan sepi.Sebastian kembali ke lantai dua dan berpapasan dengan Cindy yang terlihat gelisah dan bosan.

"Mama, kenapa?" tanya Sebastian sopan.

"Aku ingin makan siang." jawab Cindy ketus.

"Ya, turun saja ke lantai bawah dan pergi ke arah timur dan disana ada ruang makan yang telah menyiapkan makan siang yang lezat."kata anak itu.

"Kau tak perlu mengajariku, anak kecil.Dan,satu lagi Aku tak pernah terbiasa untuk makan seperti makanan yang tak ada manfaatnya bagiku." kata Cindy galak kepada Sebastian lalu kembali ke kamarnya.

Sebastian menghela napas panjang di Koridor di dekat tangga.Ia sempat menoleh ke belakang di saat ekor matanya melihat sekelebatan tubuh mungil yang berbelok ke arah kiri koridor, namun ia melihat jelas siapa yang baru saja datang ke lantai dua.

Pintu kamar warna pink yang ada gantungan di atas tiang pintunya terbuka untuk Marsha yang baru saja pulang dari sekolahnya dan masuk ke dalam kamar itu.Gadis kecil manis ini menutup pintu kamarnya dan menguncinya rapat lalu ia pergi ke kamar mandi untuk ganti pakaian.

"Tugas sekolah ku hari ini semakin banyak dan semakin sulit untuk Aku pahami." kata Marsha di depan meja belajar untuk menghadapi buku- buku sekolahnya.

Di kamar lain, Sebastian membuka laptopnya di tempat tidur lalu mengerjakan tugas sekolahnya secara online sambil chatingan dengan salah seorang teman sekolahnya yang di luar negeri.

"Romi,Aku ingin tanya kepadamu soal kertas ulangan kimia kita apakah sudah dibagikan oleh Pak Guru Philip?" tulis Sebastian.

"Tian,sekarang jam berapa di Indonesia? Aku mengantuk nih." tulis Romi.

"Jam setengah dua siang, kenapa?"

"Astaga di USA jam dini hari waktu untuk tidur. "

"Oh, maaf, Aku lupa."

"Ya, tak apa, Ohya kertas ulangan kimia sudah dibagikan kok dan nilaimu keren banget,Tian.Kau dapat nilai sepuluh."

"Wow.Cepat kau kirimkan ke HP ku supaya Aku bisa menunjukkannya kepada Papaku usai ia pulang dari rumah sakit."

"Oke."

Sebastian pun tertawa senang melihat layar HP yang menunjukkan nilai ulangannya yang telah di kirim oleh temannya kepadanya.

"Terimakasih Romi."

"Sama-sama Tian."

Menjelang jam makan malam. Sebastian turun ke lantai bawah untuk pergi ke ruang makan, dan lagi-lagi ia tak jumpa dengan Marsha gadis kecil yang dikatakan oleh Papahnya adalah saudari misan angkatnya.

"Emm, dimana Marsha? Kenapa dia tak makan malam di ruang makan? Ahh, Aku bosan kalau Aku harus makan malam bersama O'om jutek itu yang wajahnya seakan-akan ingin menghabisiku setiap saat." batin Sebastian.

Anak itu pun berbalik arah menuju ke pintu untuk keluar dari ruangan dalam rumah itu.Anak itu pun memilih untuk bermain dengan hamster nya di halaman rumah itu sampai Edison Papanya mendatanginya di sana.

"Tian,kenapa kamu main sendirian di halaman? Dimana Mamamu? Apakah kamu sudah makan malam? " tanya Edison mengangkat anak itu dari rumput ke gendongannya.

"Karena Aku ingin makan malam bersama Papa. Hmm, kalau Mama ada di kamarnya." jawab anak itu yang menyandarkan kepalanya di bahu Edison.

"Ouh,baiklah.Ayo kita berdua makan malam di ruang makan bersama-sama." kata Edison yang selalu memahami hati anaknya itu.

"Papa, bagaimana keadaan Oma di rumah sakit dan sampai kapan kita berada di Indonesia? " tanya Sebastian sambil makan malam bersama Papanya yang sangat telaten dalam menyuapi makannya.

"Oma sudah lebih baik namun Ia masih harus di rawat inap sampai sehat benar, dan kita akan terus ada di Indonesia sampai Oma benar-benar sehat kembali seperti semula." jawab Edison.

"Kalau begitu gimana dengan sekolahku?" tanya Sebastian sambil minum air putih yang disuapi oleh Papanya.

"Hmm, kamu bisa meneruskan sekolahmu di sekolah kepunyaan Oma-mu bersama dengan Marsha."jawab Edison yang mengangkat wajah dan tatapan matanya terarah kepada Marsha di luar ruang makan.

"Emm.. " gumam Sebastian yang menoleh ke arah luar ruang makan.

Lagi-lagi Ia melihat Marsha berlari seakan-akan gadis kecil itu tak mau bertemu dan berkenalan dengannya. Ia melihat Papanya yang kini sedang makan malam di kursi di sebelahnya.

"Tian,Papa mau kamu memberikan kasihmu dan perhatianmu kepada Marsha sebagai seorang sahabat baik baginya? Apakah kamu mau untuk melakukannya demi Papamu? " pinta Edison.

"Mmmm,ya Pa." jawab Sebastian memeluk Papa nya dengan kasih sayang.

"Kamu memang seorang anak yang baik,Tian." kata Edison yang sudah selesai makan malam lalu menggendong Sebastian untuk diajak ke kamar anak itu.

"Papa, apa Papa mau bobo bareng Aku? " tanya Sebastian sambil menepuk-nepuk tempat tidur.

"Iya,sayang."jawab Edison lembut kepada anak itu yang dipakaikan baju tidur dan dibaringkan di tempat tidur lalu diselimuti oleh selimut tebal di tubuh mungil anak itu.

Sebastian tidur dengan cepat karena Edison ada di samping anak itu. Edison mengecup lembut pipi Sebastian sebelum ia pergi ke kamar lain di bagian lain di rumah Mamanya yaitu ke kamar Marsha.

"Marsha,apa O'om Edison boleh masuk ke dalam kamarmu?" tanya Edison sopan mengetuk pintu kamar Marsha.

"Iya." jawab Marsha membukakan pintu kamar untuk Edison yang segera mengangkat anak itu dan memberikan kecupan lembut di pipi anak itu yang membalasnya dengan tangisan yang luar biasa lembut.

"Tak perlu khawatir karena Oma akan segera sehat kembali." kata Edison nada lembut kepada Marsha yang dibaringkan di tempat tidur.

"O'om Edison.. "

"Ya, sayang? "

"Tolong jangan pernah kembali ke rumah O'om di Amerika Serikat untuk Marsha ada teman yang di rumah." jawab Marsha yang sudah mengenal Edison dari cerita Mamanya dahulu bahwa O'om nya itu sangat baik dan penyayang.

"Oh,Marsha." kata Edison membelai lembut anak itu sampai anak itu tertidur pulas dipelukannya.

Pagi harinya Edison menemui Cindy yang sudah rapi dan wangi lalu duduk di sofa dekat tempat tidur di kamar lainnya.Ia menghampiri wanita di depannya itu.

"Cin, Aku ingin menetap di Indonesia dimulai dari hari ini untuk memenuhi keinginan Mamaku dan keponakanku juga Sebastian putra kita." kata Edison tanpa basa basi kepada Cindy.

"Tak bisa.Kalau kamu ingin menetap di sini maka kamu akan kehilangan karier hebatmu di USA, juga Aku tak mau menetap di sini." kata Cindy di depannya dengan sikap tegas.

"Kalau begitu apakah kamu ingin berpisah dariku dan memulai kehidupan barumu tanpa terbebani olehku dan Sebastian?"tanya Edison menatap ke arah sepasang mata Cindy.

"Tidak, Aku tak ingin berpisah darimu juga kalau kamu ingin berpisah dariku maka kamu harus berpisah dengan Sebastian untuk selamanya." jawab Cindy yang mengejutkan Edison sekaligus membungkam pria ini.

Bersambung!

Terpopuler

Comments

Imamah Nur

Imamah Nur

Galak amat si Cindy

2023-07-26

0

Ir Syanda

Ir Syanda

Kayaknya Marsha itu gadis yang kesepian ya ...

2023-07-25

1

🥑⃟Serina

🥑⃟Serina

semangatt

2023-07-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!