The Emir and The Ordinary Girl
Istana Bahrain, usai acara ijab qobul...
Damian berjalan menuju kamarnya yang bisa dibilang kamar pengantin tapi dirinya merasa masuk ke dalam area guillotine. Yah, pagi tadi Damian Al Azzam Blair resmi menikahi princess Reema Al Salman, putri Emir Al Salman of Bahrain, penguasa negara Bahrain. Kalau kalian merasa menikahi princess itu enak, kalian salah!!
Kalau kalian menikah karena saling mencintai, setidaknya akan berbeda tapi ini dengan cara pemaksaan, pengancaman untuk tidak ada kerjasama di berbagai bidang yang berpengaruh dengan kelangsungan bisnis Al Azzam Blair meskipun tidak terlalu signifikan tapi sang ayah Direndra, tidak mau kerjasama yang sudah terjalin sekian puluh tahun harus putus gara-gara Damian menolak menikah dengan putri Emir Al Salman.
Brengseeekkk Reema! Membuat Daddy tidak bisa menolak!! Dan Damian sendiri tidak mau menjadi macam hewan qurban yang tinggal menunggu di sembelih jadi dia menggunakan haknya untuk membuat surat perjanjian pra nikah sebelum acara ijab qobul.
***
Flashback Sebelum Ijab Qobul
Reema terkejut melihat Damian dan Nelson Blair berada dalam satu ruangan. Gadis itu merasakan sesuatu yang tidak nyaman akan terjadi karena menilik wajah dingin Damian yang terpampang disana. Mata Damian tampak benci padanya membuat Reema sedikit gentar tapi tetap dia berusaha untuk bersikap anggun.
Tanpa berbicara sepatah kata pun, Damian meletakkan sebuah dokumen diatas meja tepat di hadapan Reema.
"Apa ini Dam?" tanya Reema bingung.
"Baca saja sendiri!" jawab Damian dingin.
Reema mengambil dokumen itu dan membacanya. "Apa ini maksudnya Dam?"
"Poin yang mana?"
"Bahwa kamu akan menceraikan aku dalam waktu tiga bulan? Apa kamu tidak bisa memiliki perasaan sedikit pun padaku?" Reema menatap Damian dengan mata terluka.
"Apa kamu bisa mencintai pria yang memaksa kamu menikah, Reema?" balas Damian dingin. "Padahal kamu tidak mencintainya?"
"Tapi Dam, cinta itu kan bisa muncul dengan seiringnya waktu..."
"Kamu terlalu menghayal Reema! Dengar, sejak dulu aku tidak pernah tertarik padamu meskipun kamu sahabat Raine! Dan sekarang aku semakin membenci mu karena kamu menggunakan kekuasaan ayahmu untuk menekan Daddy ku! Terus kamu berharap aku akan jatuh cinta padamu? Ngimpi!" sarkasme Damian.
"Dam, aku melakukan ini karena aku tidak ingin kehilangan kamu..."
"Dan kamu sudah kehilangan aku sejak aku tahu kamu memaksakan kehendakmu! Dengar Reema, kita tidak akan tidur satu kamar! Semua ada di surat perjanjian pra nikah itu. Dan kita tidak akan tinggal di Bahrain tapi di penthouse aku di Burj Khalifa!"
"Tapi kita suami istri Dam..."
"Di atas kertas! Apa kamu bisa tidur bersama dengan seorang pria yang memaksa kamu menikah? Kalau kamu bisa, berarti memang murahan!" ketus Damian membuat Reema tersentak dan Nelson terkejut.
"Dam!" tegur Nelson. Pengacara itu tahu sepupu kandungnya keras kepala seperti batu karang dan kalau sudah kesal, ucapannya sering tidak terkontrol.
"Pokoknya kamu tanda tangan sekarang atau aku bilang dengan ayahmu, kita batalkan saja pernikahan ini!"
"Ja...jangan. Kasihan ayah..." Reema mengambil pulpen yang sudah disiapkan dan mulai menandatangani dengan tangan gemetar.
Damian pun menandatangani surat perjanjian pra nikah itu. Nelson sebagai pengacara pun memeriksa semuanya dan mengangguk.
"Aku tetap memberikan nafkah lahir tapi tidak batin. Dan kamu nanti tetap tidak tersentuh olehku!" Nada dingin Damian membuat tengkuk Reema merinding.
"Dam, dosa kamu nanti jika tidak..."
"Aku tidak perduli, Reema! Kamu yang memulainya dan kamu yang mendapatkan! Ini kan yang kamu mau? Memiliki suami aku? Ya sudah, terima saja suami idaman kamu, yang kamu paksa untuk menikahi mu!" bentak Damian.
"Dam, sudah!" lerai Nelson. "Jaga ucapan kamu!"
"Aku marah sekali Son!"
"Aku tahu tapi kumohon, bersabarlah... Jaga sikap kamu. Oke?" Nelson menatap tajam ke Damian.
Damian hanya mendengus kesal dan Reema pun menunduk dengan air mata bercucuran.
"Nanti copyannya akan aku email ke alamat email kalian masing-masing" ucap Nelson.
"Sudah semua kan? Aku keluar dulu! Gerah!" Damian pun membuka pintu untuk keluar dari ruang itu dan membanting pintu itu hingga tertutup rapat.
Nelson mengelus dadanya akibat terkejut, begitu juga Reema yang terlonjak. Gadis itu pun menangis melihat bagaimana suramnya kehidupan rumah tangganya nanti bersama Damian karena pria itu terang-terangan mengatakan membencinya.
"Reema, apa kamu yakin masih mau bersama dengan Damian? Tidak apa-apa kalau kamu mundur untuk membatalkan pernikahan sebelum kamu menjadi lebih sakit dengan perlakuan sepupuku itu." Nelson menatap prihatin ke gadis cantik itu.
Kamu sudah salah langkah, Reema. Damian semakin dipaksa semakin brutal berontaknya. - batin Nelson.
"Akan aku coba membuat Damian jatuh cinta padaku" ucap Reema yakin.
"Kamu tidak belajar dari pengalaman Reem. Sepupuku juga sama dengan Damian, nikah paksa dengan kondisi dulu dia difitnah agar bisa menjadi miliknya seorang. Familiar? Akhirnya apa? Akhirnya berpisah. Jadi sebelum kalian ijab, ada baiknya..."
"No Nelson! Aku akan tetap menjadi Nyonya Damian Blair!" eyel Reema.
"Jangan bilang aku belum memberitahukan mu sebelumnya, Reema. Aku sangat tahu bagaimana karakter Damian. Semakin kamu paksa, semakin brutal dia menolaknya!" Nelson pun berjalan menuju pintu dan sebelum membukanya. "Ingat, Damian bukan pria yang gampang dirayu."
Reema menatap Nelson datar.
Flashback End
***
Dan kini Damian berada di kamar pengantin yang seharusnya merupakan malam yang ditunggu para pengantin baru tapi Damian tidak antusias sedikit pun. Rasanya dirinya ingin segera terbang ke Dubai, di negaranya, di sanctuary nya dimana tempat yang paling membuat nya tenang.
Pria itu pun melepaskan baju pengantin nya meninggalkan kemeja dan celana formal putih. Tadi para sepupunya memilih untuk tidak mengadakan acara penggagalan unboxing karena tahu Damian tampak tidak nyaman.
Luke dan Dante hanya menepuk bahu Damian saat mereka memilih berada di sebuah coffee lounge di hotel tempat mereka menginap. Radhi, Gasendra dan Ken tampak khawatir jika Damian bisa berbuat kasar dengan Reema, begitu pula dengan sepupu pria lainnya.
"Tenang, aku tidak akan main tangan dengan Reema karena pantang bagiku untuk memukul wanita" ucap Damian tadi untuk menenangkan para sepupunya.
"Apa benar kalian ada perjanjian pra nikah?" tanya Samuel.
Damian mengangguk dan semua orang bisa memaklumi kenapa Emir Al Azzam Blair itu melakukannya.
Kini Damian melepaskan semua aksesoris yang dipakainya termasuk jam tangan Hublot nya, cincin kawin dan cincin Emir nya. Pria itu membuka koper Paravel Aviatornya untuk mengambil baju tidurnya. Suara pintu kamar mandi pun terbuka dan tampak Reema mengenakan lingerie dan parfumnya tercium di dalam kamar tidur itu.
"Mas Dam..." ucap Reema dengan nada sedikit serak.
Damian hanya menatap dingin ke arah Reema. "Kamu itu putri Emir atau Pela*cur?"
Reema melongo. "Tapi mas..."
"Siapa yang mengijinkan kamu memanggil aku 'mas'? Hanya Keluarga aku yang boleh! Kamu tidak! Dan... pakai bajumu yang benar! Menjijikan!" Damian pun melewati Reema langsung menuju kamar mandi dan membanting pintunya.
Reema hanya mengelus dada dan air matanya pun meleleh. Astaghfirullah...
***
Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift cards
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Novie Achadini
org arab kok manggil duaminya mas?
2023-11-12
1
Masumi Hayami
Hihihihi Maaf Reema, saya tidak tersentuh dengan kesedihan kamu.. walau saya wanita, sy benci dgn org yg mengagungkan kekuasaan orang tua dan memaksakan kehendak demi kepuasan pribadi.
jadi mamam ja tuh perlakuannya Damian ke kamu.. Nelson Rhaine udah kasih nasihat. tapi kamu nya kekeuh.
2023-04-30
1
diyah
entah bagaimana rumah tangga mereka, kalo sudah diawalin yg buruk...
2023-04-28
1