NovelToon NovelToon

The Emir and The Ordinary Girl

Damian Giandra Al Azzam Blair

Istana Bahrain, usai acara ijab qobul...

Damian berjalan menuju kamarnya yang bisa dibilang kamar pengantin tapi dirinya merasa masuk ke dalam area guillotine. Yah, pagi tadi Damian Al Azzam Blair resmi menikahi princess Reema Al Salman, putri Emir Al Salman of Bahrain, penguasa negara Bahrain. Kalau kalian merasa menikahi princess itu enak, kalian salah!!

Kalau kalian menikah karena saling mencintai, setidaknya akan berbeda tapi ini dengan cara pemaksaan, pengancaman untuk tidak ada kerjasama di berbagai bidang yang berpengaruh dengan kelangsungan bisnis Al Azzam Blair meskipun tidak terlalu signifikan tapi sang ayah Direndra, tidak mau kerjasama yang sudah terjalin sekian puluh tahun harus putus gara-gara Damian menolak menikah dengan putri Emir Al Salman.

Brengseeekkk Reema! Membuat Daddy tidak bisa menolak!! Dan Damian sendiri tidak mau menjadi macam hewan qurban yang tinggal menunggu di sembelih jadi dia menggunakan haknya untuk membuat surat perjanjian pra nikah sebelum acara ijab qobul.

***

Flashback Sebelum Ijab Qobul

Reema terkejut melihat Damian dan Nelson Blair berada dalam satu ruangan. Gadis itu merasakan sesuatu yang tidak nyaman akan terjadi karena menilik wajah dingin Damian yang terpampang disana. Mata Damian tampak benci padanya membuat Reema sedikit gentar tapi tetap dia berusaha untuk bersikap anggun.

Tanpa berbicara sepatah kata pun, Damian meletakkan sebuah dokumen diatas meja tepat di hadapan Reema.

"Apa ini Dam?" tanya Reema bingung.

"Baca saja sendiri!" jawab Damian dingin.

Reema mengambil dokumen itu dan membacanya. "Apa ini maksudnya Dam?"

"Poin yang mana?"

"Bahwa kamu akan menceraikan aku dalam waktu tiga bulan? Apa kamu tidak bisa memiliki perasaan sedikit pun padaku?" Reema menatap Damian dengan mata terluka.

"Apa kamu bisa mencintai pria yang memaksa kamu menikah, Reema?" balas Damian dingin. "Padahal kamu tidak mencintainya?"

"Tapi Dam, cinta itu kan bisa muncul dengan seiringnya waktu..."

"Kamu terlalu menghayal Reema! Dengar, sejak dulu aku tidak pernah tertarik padamu meskipun kamu sahabat Raine! Dan sekarang aku semakin membenci mu karena kamu menggunakan kekuasaan ayahmu untuk menekan Daddy ku! Terus kamu berharap aku akan jatuh cinta padamu? Ngimpi!" sarkasme Damian.

"Dam, aku melakukan ini karena aku tidak ingin kehilangan kamu..."

"Dan kamu sudah kehilangan aku sejak aku tahu kamu memaksakan kehendakmu! Dengar Reema, kita tidak akan tidur satu kamar! Semua ada di surat perjanjian pra nikah itu. Dan kita tidak akan tinggal di Bahrain tapi di penthouse aku di Burj Khalifa!"

"Tapi kita suami istri Dam..."

"Di atas kertas! Apa kamu bisa tidur bersama dengan seorang pria yang memaksa kamu menikah? Kalau kamu bisa, berarti memang murahan!" ketus Damian membuat Reema tersentak dan Nelson terkejut.

"Dam!" tegur Nelson. Pengacara itu tahu sepupu kandungnya keras kepala seperti batu karang dan kalau sudah kesal, ucapannya sering tidak terkontrol.

"Pokoknya kamu tanda tangan sekarang atau aku bilang dengan ayahmu, kita batalkan saja pernikahan ini!"

"Ja...jangan. Kasihan ayah..." Reema mengambil pulpen yang sudah disiapkan dan mulai menandatangani dengan tangan gemetar.

Damian pun menandatangani surat perjanjian pra nikah itu. Nelson sebagai pengacara pun memeriksa semuanya dan mengangguk.

"Aku tetap memberikan nafkah lahir tapi tidak batin. Dan kamu nanti tetap tidak tersentuh olehku!" Nada dingin Damian membuat tengkuk Reema merinding.

"Dam, dosa kamu nanti jika tidak..."

"Aku tidak perduli, Reema! Kamu yang memulainya dan kamu yang mendapatkan! Ini kan yang kamu mau? Memiliki suami aku? Ya sudah, terima saja suami idaman kamu, yang kamu paksa untuk menikahi mu!" bentak Damian.

"Dam, sudah!" lerai Nelson. "Jaga ucapan kamu!"

"Aku marah sekali Son!"

"Aku tahu tapi kumohon, bersabarlah... Jaga sikap kamu. Oke?" Nelson menatap tajam ke Damian.

Damian hanya mendengus kesal dan Reema pun menunduk dengan air mata bercucuran.

"Nanti copyannya akan aku email ke alamat email kalian masing-masing" ucap Nelson.

"Sudah semua kan? Aku keluar dulu! Gerah!" Damian pun membuka pintu untuk keluar dari ruang itu dan membanting pintu itu hingga tertutup rapat.

Nelson mengelus dadanya akibat terkejut, begitu juga Reema yang terlonjak. Gadis itu pun menangis melihat bagaimana suramnya kehidupan rumah tangganya nanti bersama Damian karena pria itu terang-terangan mengatakan membencinya.

"Reema, apa kamu yakin masih mau bersama dengan Damian? Tidak apa-apa kalau kamu mundur untuk membatalkan pernikahan sebelum kamu menjadi lebih sakit dengan perlakuan sepupuku itu." Nelson menatap prihatin ke gadis cantik itu.

Kamu sudah salah langkah, Reema. Damian semakin dipaksa semakin brutal berontaknya. - batin Nelson.

"Akan aku coba membuat Damian jatuh cinta padaku" ucap Reema yakin.

"Kamu tidak belajar dari pengalaman Reem. Sepupuku juga sama dengan Damian, nikah paksa dengan kondisi dulu dia difitnah agar bisa menjadi miliknya seorang. Familiar? Akhirnya apa? Akhirnya berpisah. Jadi sebelum kalian ijab, ada baiknya..."

"No Nelson! Aku akan tetap menjadi Nyonya Damian Blair!" eyel Reema.

"Jangan bilang aku belum memberitahukan mu sebelumnya, Reema. Aku sangat tahu bagaimana karakter Damian. Semakin kamu paksa, semakin brutal dia menolaknya!" Nelson pun berjalan menuju pintu dan sebelum membukanya. "Ingat, Damian bukan pria yang gampang dirayu."

Reema menatap Nelson datar.

Flashback End

***

Dan kini Damian berada di kamar pengantin yang seharusnya merupakan malam yang ditunggu para pengantin baru tapi Damian tidak antusias sedikit pun. Rasanya dirinya ingin segera terbang ke Dubai, di negaranya, di sanctuary nya dimana tempat yang paling membuat nya tenang.

Pria itu pun melepaskan baju pengantin nya meninggalkan kemeja dan celana formal putih. Tadi para sepupunya memilih untuk tidak mengadakan acara penggagalan unboxing karena tahu Damian tampak tidak nyaman.

Luke dan Dante hanya menepuk bahu Damian saat mereka memilih berada di sebuah coffee lounge di hotel tempat mereka menginap. Radhi, Gasendra dan Ken tampak khawatir jika Damian bisa berbuat kasar dengan Reema, begitu pula dengan sepupu pria lainnya.

"Tenang, aku tidak akan main tangan dengan Reema karena pantang bagiku untuk memukul wanita" ucap Damian tadi untuk menenangkan para sepupunya.

"Apa benar kalian ada perjanjian pra nikah?" tanya Samuel.

Damian mengangguk dan semua orang bisa memaklumi kenapa Emir Al Azzam Blair itu melakukannya.

Kini Damian melepaskan semua aksesoris yang dipakainya termasuk jam tangan Hublot nya, cincin kawin dan cincin Emir nya. Pria itu membuka koper Paravel Aviatornya untuk mengambil baju tidurnya. Suara pintu kamar mandi pun terbuka dan tampak Reema mengenakan lingerie dan parfumnya tercium di dalam kamar tidur itu.

"Mas Dam..." ucap Reema dengan nada sedikit serak.

Damian hanya menatap dingin ke arah Reema. "Kamu itu putri Emir atau Pela*cur?"

Reema melongo. "Tapi mas..."

"Siapa yang mengijinkan kamu memanggil aku 'mas'? Hanya Keluarga aku yang boleh! Kamu tidak! Dan... pakai bajumu yang benar! Menjijikan!" Damian pun melewati Reema langsung menuju kamar mandi dan membanting pintunya.

Reema hanya mengelus dada dan air matanya pun meleleh. Astaghfirullah...

***

Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift cards

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Kembali ke Dubai

Kamar Pengantin Damian dan Reema

Reema mengganti lingerienya menjadi piyama biasa dan membersihkan wajahnya dari sisa-sisa air matanya. Gadis itu duduk di depan meja riasnya dan menatap wajahnya yang tampak menyedihkan.

Seharusnya aku bahagia karena bisa mendapatkan Damian Blair tapi ... Reema mengusap matanya. aku tidak akan menangis lagi! Bagaimana pun aku yang memilih jalan ini, dan aku juga yang harus menanggung konsekuensinya.

Suara pintu kamar mandi terbuka dan tampak Damian keluar dengan piyama lengkap. Jantung Reema berdetak kencang melihat pria yang sangat dia cintai tapi tampak tidak tergapai. Reema memperhatikan bagaimana Damian mengambil bantal dan selimut lalu berjalan menuju sofa.

"Dam, biar aku yang tidur di sofa..." ucap Reema.

"Ini kamarmu bukan? Itu tempat tidur mu kan? Kamu pakai saja."

"Dam... tidak apa-apa. Kamu akan..."

"Reema, aku capek! Jangan membuat aku marah. Dengar, jangan mengira aneh-aneh soal tempat tidur mu! Kamu itu perempuan, tidak patut tidur di sofa! Paham!" Damian lalu merebahkan di sofa empuk milik Reema lalu membalikkan tubuhnya memunggungi istrinya yang hanya bisa mengelus dadanya.

Ya Allah Damian...

Reema pun perlahan naik ke tempat tidur nya dan menatap punggung lebar itu. Begitu dekat tapi tetap tidak tergapai ... Meskipun sudah bertekad untuk tidak menangis lagi, tapi tetap saja dua bulir air matanya jatuh saat Reema menatap suaminya.

Apakah benar kamu akan menceraikan aku setelah tiga bulan? Tega kamu Damian... Reema mengusap matanya. Apakah aku salah jika aku ingin bersama mu?

Reema pun perlahan memejamkan matanya dan tak lama gadis itu terlelap.

***

Reema terbangun tepat adzan subuh berkumandang dan melihat Damian sudah bersiap untuk melaksanakan ibadah subuh. Buru-buru gadis itu bangun dan hendak sholat berjamaah.

"Kamu mau ngapain?" tanya Damian dingin.

"Ibadah subuh" jawab Reema polos.

Damian sebenarnya tidak mau menjadi imam Reema tapi dirinya sudah resmi menjadi suaminya jadi hanya mengangguk. "Cepat! Kalau tidak, aku tinggal!"

Reema tersenyum lalu segera berwudhu dan mulai menyiapkan semua nya lalu berdiri di belakang Damian.

Usai sholat, Reema mendengar bagaimana pria itu melakukan dzikir seperti kebiasaannya dan gadis itu menunggu sampai Damian selesai.

Damian yang tidak tahu Reema masih di belakangnya, terkejut melihat gadis itu masih duduk dengan mengenakan mukena. "Kenapa Reema?"

"Tidak apa-apa..." senyum Reema.

"Segera kamu siap-siap. Kita terbang ke Dubai siang ini!" Damian pun berdiri sambil melipat sajadahnya membuat Reema melongo.

"Siang ini Dam?"

"Ya. Apa kamu mau tinggal disini? Silahkan!" Damian lalu menuju kopernya dan mulai membereskan baju kotornya.

Sabar Reema. Sabar.

***

Apartemen Damian di Burj Khalifa

Reema melihat bagaimana maskulinnya apartemen milik Damian. Benar-benar khas pria lajang yang dikenal dingin dan kaku.

Apartemen Damian

"Selama kamu tinggal disini, jangan pernah memindahkan barang apapun! Ingat itu Reema!" ucap Damian. "Kamarmu di sebelah sana. Semua perlengkapan kamu ada disana."

"Apakah aku boleh memasak, Dam?" tanya Reema.

"Terserah kamu tapi jangan membuat berantakan! Aku paling tidak suka rumahku berantakan!" Damian lalu masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya.

Reema melihat pintunya menggunakan password dan sidik jari membuat gadis itu sedih karena sudah pasti Damian tidak akan memberikan password nya.

***

Reema mulai menata kamar tidurnya yang cukup luas dan menjadi lebih hidup setelah sebelumnya tampak suram karena jarang digunakan. Gadis itu mengganti seprai, selimut, sarung bantal dan semuanya sesuai dengan apa yang ada di lemari.

Besok aku akan berbelanja di mall bawah Warna-warna Damian terlalu suram.

Reema pun keluar dan mencari tempat cuci baju dan menemukan di ruangan khusus. Gadis itu bersyukur mesin cuci yang dimiliki Damian sama dengan miliknya di New York dan Bahrain. Seprai, sarung bantal dan selimut nya pun segera dicuci oleh Reema.

Setelahnya gadis itu berjalan menuju dapur dan membuka kulkasnya yang ternyata lengkap dengan banyak bahan makanan. Reema pun menyiapkan bahan makanan untuk membuat Risotto seafood. Sembari bersenandung, gadis itu pun mulai acara memasak nya.

***

Kamar Damian

"Jadi Reema kamu bawa ke apartemen kamu?" tanya Direndra.

"Iya Dad."

"Dam, Daddy tahu kamu sudah membuat surat perjanjian pra nikah dan akan menceraikan Reema dalam waktu tiga bulan. Dan jika tiba saatnya itu, kamu berani menghadapi ayah Reema?"

"Berani Dad. Aku sudah tahu konsekuensinya. Dad, maafkan anakmu ini yang tidak bisa memenuhi keinginan Emir Al Salman."

Direndra menatap putra tunggalnya lekat. Sebenarnya dirinya tidak tega membiarkan Damian harus menanggung semuanya tapi dirinya pun mendapatkan tekanan dari Emir Al Salman. Direndra sendiri pada saat sebelum acara ijab qobul menyempatkan diri untuk berbicara empat mata.

***

Flashback Sebelum Acara Ijab Qobul

Direndra mengatakan bahwa apa yang akan terjadi di pernikahan mereka nanti, sebagai orang tua, harus bisa menerima jika tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Awalnya Emir Al Salman tidak terima dengan pernyataan Direndra tapi putra sulung Aidan Blair itu memberikan penekanan bahwa semua karena pemaksaan dari putri Emir.

"Jarang pernikahan yang dipaksakan bisa langgeng. Perbandingannya adalah 1 : 25 jadi saya tidak bisa memaksa jika putra saya harus mencintai putri anda, tuan Emir" ucap Damian. "Reema menginginkan Damian sebagai suaminya dan sebatas itu yang didapatkan."

"Tapi Emir Blair, saya yakin Reema bisa membuat Damian berubah..."

Direndra tersenyum tipis. "Saya tahu putra saya Emir Al Salman. Damian tidak pernah tertarik dengan Reema meskipun tahu putri anda menyukai putra saya. Saya hanya meminta, kita sebagai orang tua, sudah cukup untuk ikut campur, menuruti permintaan anak-anak kita yang membuat mereka tidak nyaman karena mereka sudah dewasa."

"Tapi saya tidak terima jika Reema menjadi janda!"

"Kalau begitu, kita batalkan ijab qobul nya. Reema hanya batal menikah bukan menjadi janda."

"Sayangnya Emir Blair, itu lebih buruk lagi. Batal menikah akan membuat Reema lebih buruk lagi!"

Direndra hanya bisa menghela nafas panjang.

Flashback End

***

"Dam, Daddy harap kamu bisa sabar ya. Reema jangan kamu talak sekarang."

"No Dad, aku adalah orang yang tepat janji. Tiga bulan kemudian, aku baru menalak Reema."

***

Reema pun menyiapkan meja makan untuk makan malam mereka berdua. Cuciannya pun sudah selesai dan Reema melipat seprai, selimut dan sarung bantal itu untuk diletakkan di keranjang yang ada disana. Bagi Reema, dirinya sudah terbiasa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri karena sejak kuliah dia tinggal sendirian.

Damian keluar dari kamarnya dan melihat Reema sedang sibuk dengan meletakkan teh dan air putih di meja makan.

"Kamu ngapain?" tanya Damian melihat adanya makanan disana.

"Masak buat makan malam. Ayo makan Dam." Reema menatap Damian penuh harap agar suaminya mau mencicipi masakannya.

"Memang kamu bisa masak?"

"Bisa. Coba dulu."

Damian pun duduk di kursi dan Reema memberikan Risotto buatannya. Alasan kenapa Damian mau memakan masakan Reema adalah karena dia teringat ibunya yang selalu menekankan harus menghargai makanan yang ada diatas meja makan karena Raana dulu sempat kesulitan saat masih kecil.

"Bagaimana?" tanya Reema saat Damian menyuap Risotto nya.

"Biasa saja! Enakan buatan Raine."

Hati Reema pun mencelos.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Damian Malas Di Apartemen

Apartemen Damian Burj Khalifa Dubai

Reema sedang membersihkan dapur ketika melihat Damian sudah berdandan rapi seperti hendak bertamu.

"Kamu mau kemana Dam?" tanya Reema.

"Bertemu dengan Sendra dan Ken. Kenapa?" Damian menatap dingin ke arah Reema.

"Tidak apa-apa. Hati-hati" ucap Reema lembut.

"Hmmm. Kamu tidur saja!" sahut Damian cuek lalu keluar dari apartemennya meninggalkan istrinya yang hanya menatapnya sendu.

Ya Allah Dam. Kok makin dingin kamu.

***

Istana Al Jordan Dubai

Gasendra dan Ken menatap Damian dengan tatapan prihatin melihat pengantin baru malah kabur ke rumah sepupunya dan menghabiskan waktu disini.

"Bagaimana Reema?" tanya Gasendra yang sudah menikah dengan Gemma Bernardi.

"Biasa saja. Masih hidup aku tinggal tadi."

Ken mengeplak punggung sepupunya. "Ngomong sembarangan! Dasar bendungan satu ini!" hardik dokter bedah itu.

"Dam, aku tidak bisa berkomentar tentang kamu dan Reema tapi aku setuju jika kamu memenuhi janjimu menunggu untuk memberikan talak." Gasendra menatap lekat sepupunya.

"I wish saat itu aku punya keberanian tidak mau mengucapkan ijab qobul..." gumam Damian.

"Apakah kamu sudah meminta Reema untuk membatalkan?" tanya Ken yang sekarang sedang menjalin hubungan dengan seorang dokter onkologi di rumah sakit yang sama.

"Daddy sudah menghadap Emir Al Salman tapi dia juga tidak mau membatalkan karena baginya batal nikah lebih buruk dari bercerai." Damian menatap kedua sepupunya sambil merokok.

Gasendra dan Ken hanya bisa terdiam.

"Mas Sendra? Tambah nggak kopinya?"

Gasendra menoleh dan tampak Gemma yang sedang hamil muda itu menghampiri dirinya. "Tambah boleh. Bilang sama Noor kirim kopi lagi" senyum Gasendra sambil mengulurkan tangannya ke istrinya.

"Noor, tolong kopinya tambah lagi dan jangan lupa sekalian keluarkan kue spikoe yang dibawakan Tante Dhita ya?" pinta Gemma dengan nada lembut ke pelayan istana.

"Baik Nyonya" jawab Noor sambil undur diri. Gemma pun mendekati Gasendra dan duduk di atas pangkuannya. Semenjak hamil, wanita Italia itu selalu manja dengan Gasendra dan membuat suaminya senang-senang saja karena selama ini Gemma sangat independen.

"Damian? Mana Reema?" tanya Gemma.

"Di apartemen" jawab Damian pendek.

"Oh. Aku kira kamu ajak kemari" ucap Gemma lembut.

"Kita bicarakan yang lain saja ya?" pinta Damian.

"Eh apakah kalian tahu, mas Bayu nasibnya sama dengan mas Sammy waktu mbak Bee hamil Rase" kekeh Ken.

"Apa yang terjadi?" tanya Gemma.

"Well, mbak Bee kan dulu sampai menonjok mas Sammy gara-gara dia lagi ngidam pizza half and half tapi diambil mas Sammy? Nah ini kejadian deh!" Ken tertawa geli mendengar cerita dari Radeva dan Devan yang berada di New York.

"Mbak Ajeng apain mas Bayu?" tanya Gasendra yang meskipun istri Bayu itu seumuran dengan Gemma tapi karena menikah dengan kakaknya, semua adik Bayu memanggilnya dengan panggilan 'Mbak'.

"Kan mbak Ajeng itu lagi ngidam oreo rasa coklat... Dihabisin sama mas Bayu. Kalian tahu, mbak Ajeng telepon 911 dan mengajukan komplain ke polisi atas pencurian oreo dan perbuatan tidak menyenangkan ibu hamil! Oom Chris sampai tepok jidat saat anak buahnya bilang mereka datang ke apartemen mas Bayu hanya karena soal sepele begitu!"

Ketiga orang disana melongo lalu tertawa terbahak-bahak. "Astaghfirullah mbak Ajeng! Mas Bayu kena batunya punya istri absurd!" gelak Gasendra yang juga takjub bagaimana bucinnya seorang Bayu O'Grady yang dikenal judes, galak dan dingin dengan orang lain termasuk keluarganya sendiri tapi bisa bertekuk lutut dengan seorang wanita Indonesia yang memiliki pola pikir out of the box dan unpredictable macam Shinichi Park.

"Terus gimana?" tanya Damian.

Percakapan mereka terhenti ketika para pelayan membawakan kopi tambahan dan kue spikoe dari Semarang. Anandhita dan suaminya David Hakim Satrio sedang ada seminar soal kemanan di Dubai dan memilih berangkat dari Semarang karena Mariana rindu lumpia, bandeng presto dan wingko babat.

Setelah para pelayan pergi, Gemma pun memotong - motong kue spikoe itu yang kemudian diberikan kepada suami dan para iparnya. Gasendra pun menuangkan kopi ke cangkir para sepupunya sedangkan Gemma memilih teh herbal karena dia mengurangi kopi.

"Lanjut Ken" pinta Gasendra setelah semuanya selesai.

"Ya polisinya cuma terbengong-bengong dan menyuruh mbak Ajeng menyembunyikan oreonya selama hamil" kekeh Ken. "Nadya dan mas Nelson sampai tidak pada mau menjadi pengacara mereka berdua!"

"Persoalan Oreo saja sampai bawa mas Nelson dan Nadya?" pendelik Damian.

"Lho namanya bumil ngamuk?" cengir Ken.

Damian mengusap wajahnya gemas dengan dua kakaknya yang sangat Membagongkan.

"Intinya adalah jangan macam-macam sama ibu hamil deh. Karena yang namanya hormon itu, kita tidak bisa mengontrol nya" senyum Gemma sambil merangkul leher Gasendra.

"Touché!" ucap Ken.

"Kamu sendiri kapan meresmikan bersama Dokter Faheema, Ken?" tanya Damian menyinggung nama kekasih Ken Al Jordan.

"Insyaallah setelah Raine dan Radhi menikah. Kan menurut rencana akan double wedding mengingat mereka punya mertua yang sama" senyum Ken. "Tahun depan mungkin. Kalau Double R awal tahun, aku dan Faheema sepakat setelahnya. Bisa pertengahan ataupun akhir tahun. Lagipula Faheema masih sibuk dengan penelitiannya."

Damian hanya diam karena dirinya tidak bisa merasakan apa yang dirasakan seperti Gasendra dan Ken yang bersama dengan pasangan yang dicintai.

***

Apartemen Damian di Burj Khalifa menjelang tengah malam

Damian masuk ke dalam apartemennya dan melihat Reema masih berada di ruang tengah sambil menonton Netflix. Gadis itu tersenyum saat melihat Damian pulang.

"Sudah pulang Dam?" sapa Reema ramah.

"Kelihatannya?" balas Damian dingin. "Bukankah aku sudah bilang kamu tidur saja? Di kamar kamu kan juga ada Netflix?"

"Enak disini Dam..."

"Terserah kamu!" Damian pun masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya sedikit keras meskipun tidak sampai membantingnya.

Reema hanya menatap sedih ke arah kamar Damian dan berharap suaminya itu bisa berubah. Susah sekali membuat kamu menerima pernikahan ini Dam?

***

Kamar Damian

Damian membuka pakaiannya dan meninggalkan boxer saja lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya dirinya mengambil baju gamis yang biasa dipakai untuk beribadah. Damian pun melaksanakan sholat isya nya dan kemudian berdoa untuk diberikan yang terbaik.

Suara ponselnya berbunyi membuat pria itu mengambilnya dan mengerenyitkan dahinya saat membaca siapa yang menelpon.

"Ada apa bang Ale?" tanya Damian bingung.

"Dam, tolong kamu siapkan tempat buat di Istana Al Azzam lengkap dengan unta" pinta Alessandro Moretti, suami Sakura Park.

"Untuk apa?" tanya Damian bingung.

"Pemotretan koleksi terbaru Morr. Aku rasa dengan modelnya Radhi dan Charlotte, Raine dan Charles, bakalan menaikkan pamor Morr."

"Bang, kamu itu simbiosis mutualisme" gelak Damian.

"Hei, apa gunanya punya saudara beken?" kekeh mafia asal Milan itu.

***

Yuhuuuu Up Malam Yaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!