Kamar Pengantin Damian dan Reema
Reema mengganti lingerienya menjadi piyama biasa dan membersihkan wajahnya dari sisa-sisa air matanya. Gadis itu duduk di depan meja riasnya dan menatap wajahnya yang tampak menyedihkan.
Seharusnya aku bahagia karena bisa mendapatkan Damian Blair tapi ... Reema mengusap matanya. aku tidak akan menangis lagi! Bagaimana pun aku yang memilih jalan ini, dan aku juga yang harus menanggung konsekuensinya.
Suara pintu kamar mandi terbuka dan tampak Damian keluar dengan piyama lengkap. Jantung Reema berdetak kencang melihat pria yang sangat dia cintai tapi tampak tidak tergapai. Reema memperhatikan bagaimana Damian mengambil bantal dan selimut lalu berjalan menuju sofa.
"Dam, biar aku yang tidur di sofa..." ucap Reema.
"Ini kamarmu bukan? Itu tempat tidur mu kan? Kamu pakai saja."
"Dam... tidak apa-apa. Kamu akan..."
"Reema, aku capek! Jangan membuat aku marah. Dengar, jangan mengira aneh-aneh soal tempat tidur mu! Kamu itu perempuan, tidak patut tidur di sofa! Paham!" Damian lalu merebahkan di sofa empuk milik Reema lalu membalikkan tubuhnya memunggungi istrinya yang hanya bisa mengelus dadanya.
Ya Allah Damian...
Reema pun perlahan naik ke tempat tidur nya dan menatap punggung lebar itu. Begitu dekat tapi tetap tidak tergapai ... Meskipun sudah bertekad untuk tidak menangis lagi, tapi tetap saja dua bulir air matanya jatuh saat Reema menatap suaminya.
Apakah benar kamu akan menceraikan aku setelah tiga bulan? Tega kamu Damian... Reema mengusap matanya. Apakah aku salah jika aku ingin bersama mu?
Reema pun perlahan memejamkan matanya dan tak lama gadis itu terlelap.
***
Reema terbangun tepat adzan subuh berkumandang dan melihat Damian sudah bersiap untuk melaksanakan ibadah subuh. Buru-buru gadis itu bangun dan hendak sholat berjamaah.
"Kamu mau ngapain?" tanya Damian dingin.
"Ibadah subuh" jawab Reema polos.
Damian sebenarnya tidak mau menjadi imam Reema tapi dirinya sudah resmi menjadi suaminya jadi hanya mengangguk. "Cepat! Kalau tidak, aku tinggal!"
Reema tersenyum lalu segera berwudhu dan mulai menyiapkan semua nya lalu berdiri di belakang Damian.
Usai sholat, Reema mendengar bagaimana pria itu melakukan dzikir seperti kebiasaannya dan gadis itu menunggu sampai Damian selesai.
Damian yang tidak tahu Reema masih di belakangnya, terkejut melihat gadis itu masih duduk dengan mengenakan mukena. "Kenapa Reema?"
"Tidak apa-apa..." senyum Reema.
"Segera kamu siap-siap. Kita terbang ke Dubai siang ini!" Damian pun berdiri sambil melipat sajadahnya membuat Reema melongo.
"Siang ini Dam?"
"Ya. Apa kamu mau tinggal disini? Silahkan!" Damian lalu menuju kopernya dan mulai membereskan baju kotornya.
Sabar Reema. Sabar.
***
Apartemen Damian di Burj Khalifa
Reema melihat bagaimana maskulinnya apartemen milik Damian. Benar-benar khas pria lajang yang dikenal dingin dan kaku.
Apartemen Damian
"Selama kamu tinggal disini, jangan pernah memindahkan barang apapun! Ingat itu Reema!" ucap Damian. "Kamarmu di sebelah sana. Semua perlengkapan kamu ada disana."
"Apakah aku boleh memasak, Dam?" tanya Reema.
"Terserah kamu tapi jangan membuat berantakan! Aku paling tidak suka rumahku berantakan!" Damian lalu masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya.
Reema melihat pintunya menggunakan password dan sidik jari membuat gadis itu sedih karena sudah pasti Damian tidak akan memberikan password nya.
***
Reema mulai menata kamar tidurnya yang cukup luas dan menjadi lebih hidup setelah sebelumnya tampak suram karena jarang digunakan. Gadis itu mengganti seprai, selimut, sarung bantal dan semuanya sesuai dengan apa yang ada di lemari.
Besok aku akan berbelanja di mall bawah Warna-warna Damian terlalu suram.
Reema pun keluar dan mencari tempat cuci baju dan menemukan di ruangan khusus. Gadis itu bersyukur mesin cuci yang dimiliki Damian sama dengan miliknya di New York dan Bahrain. Seprai, sarung bantal dan selimut nya pun segera dicuci oleh Reema.
Setelahnya gadis itu berjalan menuju dapur dan membuka kulkasnya yang ternyata lengkap dengan banyak bahan makanan. Reema pun menyiapkan bahan makanan untuk membuat Risotto seafood. Sembari bersenandung, gadis itu pun mulai acara memasak nya.
***
Kamar Damian
"Jadi Reema kamu bawa ke apartemen kamu?" tanya Direndra.
"Iya Dad."
"Dam, Daddy tahu kamu sudah membuat surat perjanjian pra nikah dan akan menceraikan Reema dalam waktu tiga bulan. Dan jika tiba saatnya itu, kamu berani menghadapi ayah Reema?"
"Berani Dad. Aku sudah tahu konsekuensinya. Dad, maafkan anakmu ini yang tidak bisa memenuhi keinginan Emir Al Salman."
Direndra menatap putra tunggalnya lekat. Sebenarnya dirinya tidak tega membiarkan Damian harus menanggung semuanya tapi dirinya pun mendapatkan tekanan dari Emir Al Salman. Direndra sendiri pada saat sebelum acara ijab qobul menyempatkan diri untuk berbicara empat mata.
***
Flashback Sebelum Acara Ijab Qobul
Direndra mengatakan bahwa apa yang akan terjadi di pernikahan mereka nanti, sebagai orang tua, harus bisa menerima jika tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Awalnya Emir Al Salman tidak terima dengan pernyataan Direndra tapi putra sulung Aidan Blair itu memberikan penekanan bahwa semua karena pemaksaan dari putri Emir.
"Jarang pernikahan yang dipaksakan bisa langgeng. Perbandingannya adalah 1 : 25 jadi saya tidak bisa memaksa jika putra saya harus mencintai putri anda, tuan Emir" ucap Damian. "Reema menginginkan Damian sebagai suaminya dan sebatas itu yang didapatkan."
"Tapi Emir Blair, saya yakin Reema bisa membuat Damian berubah..."
Direndra tersenyum tipis. "Saya tahu putra saya Emir Al Salman. Damian tidak pernah tertarik dengan Reema meskipun tahu putri anda menyukai putra saya. Saya hanya meminta, kita sebagai orang tua, sudah cukup untuk ikut campur, menuruti permintaan anak-anak kita yang membuat mereka tidak nyaman karena mereka sudah dewasa."
"Tapi saya tidak terima jika Reema menjadi janda!"
"Kalau begitu, kita batalkan ijab qobul nya. Reema hanya batal menikah bukan menjadi janda."
"Sayangnya Emir Blair, itu lebih buruk lagi. Batal menikah akan membuat Reema lebih buruk lagi!"
Direndra hanya bisa menghela nafas panjang.
Flashback End
***
"Dam, Daddy harap kamu bisa sabar ya. Reema jangan kamu talak sekarang."
"No Dad, aku adalah orang yang tepat janji. Tiga bulan kemudian, aku baru menalak Reema."
***
Reema pun menyiapkan meja makan untuk makan malam mereka berdua. Cuciannya pun sudah selesai dan Reema melipat seprai, selimut dan sarung bantal itu untuk diletakkan di keranjang yang ada disana. Bagi Reema, dirinya sudah terbiasa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri karena sejak kuliah dia tinggal sendirian.
Damian keluar dari kamarnya dan melihat Reema sedang sibuk dengan meletakkan teh dan air putih di meja makan.
"Kamu ngapain?" tanya Damian melihat adanya makanan disana.
"Masak buat makan malam. Ayo makan Dam." Reema menatap Damian penuh harap agar suaminya mau mencicipi masakannya.
"Memang kamu bisa masak?"
"Bisa. Coba dulu."
Damian pun duduk di kursi dan Reema memberikan Risotto buatannya. Alasan kenapa Damian mau memakan masakan Reema adalah karena dia teringat ibunya yang selalu menekankan harus menghargai makanan yang ada diatas meja makan karena Raana dulu sempat kesulitan saat masih kecil.
"Bagaimana?" tanya Reema saat Damian menyuap Risotto nya.
"Biasa saja! Enakan buatan Raine."
Hati Reema pun mencelos.
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
The Way
seandainya berteman dulu sebelum memaksa mungkin beda kali ya...
2024-01-21
1
Masumi Hayami
Lah kamu juga tega sama Damian. pake kekuasan bokapya spy Direndra, bokapnya Damian ga bisa berkutik dgn kekuasaan keluarga kalian.
Damian lebih menderita akibat perbuatan kamu.
2023-04-30
1
ellyana imutz
nikah paksa tu g enak ...resiko ne reema menghalal kn segala cara demi dapetin damian tp sayang g isoh d gapai ati ne...ibarat pepatah jowo anak polah bopo kepradah...
2023-04-29
1