TEMAN TAPI MENIKAH

TEMAN TAPI MENIKAH

TTM 1

🌹 Rissa 🌹

Apa masalahnya kalau di umur yang ke 27 tahun belum juga menikah?

Beginilah hidup. Tuhan yang menentukan, kita yang menjalani, tapi orang lain yang berkomentar. Tidak masalah kalau hidup mereka sudah lebih baik dari kita. Pastikan sudah bersih dari dosa, pastikan setiap apa yang dilakukan sudah benar. Silahkan berkomentar tentang hidup orang lain.

Tak jarang orang yang selalu melontarkan pertanyaan 'kapan kamu menikah?'. Atau 'umur kamu berapa? Kok belum menikah juga?'. Ada lagi yang sangat jleb dihati, 'kamu enggak laku, ya? Makanya nggak nikah-nikah'.

Sadis, kan?

Ada juga yang sudah menikah, lalu memamerkan kemesraan didepan kita. Kita hanya melihat dibilang iri. 'Makanya nikah, biar bisa mesra-mesraan seperti ini.'

Hoek!!

Aku tidak iri. Aku hanya menyayangkan sikap mereka yang suka bermesraan di tempat umum. Oke lah itu pasangan mereka sendiri. Tapi setidaknya tahu tempat.

Bisa jadi yang melihat suaminya atau istrinya baru saja meninggal. Bisa jadi ada yang baru bercerai. Tak ada yang tahu. Tugas kita hanya menjaga perasaan orang lain dengan cara menjaga sikap kita didepan umum.

Bersyukur kalau yang melihat hatinya baik. Dia bisa mendoakan kebaikan untuk kita. Kalau yang melihat hatinya kurang baik? Bukan tidak mungkin kalau dia juga mendoakan yang tidak baik untuk kita.

Maka dari itu, apa yang kita lakukan, pasti akan kembali pada diri kita sendiri. Jadi lakukan yang baik, maka diri kita juga akan mendapatkan yang baik pula.

Sudah! Aku mau muntah dulu karena aku mendadak mulas mendengar ucapanku sendiri yang sok dewasa ini.

Boleh, kok. Kalian boleh bilang aku sedang curhat. Iya, curhat.

Sampai usia 27 tahun aku belum juga menikah. Jangankan untuk menikah, pacar saja aku tidak punya. Kalah ya sama anak SD yang gayanya sudah ayah-bunda? Aku sebenarnya geli sendiri kalau baca status anak-anak bau kencur itu yang sudah di screenshoot oleh akun Mak lambe-lambe lalu diviralkan di FB atau Ig.

Jangan-jangan mereka dibesarkan dengan cara di karbit. Do you know karbit? Karbit is obat untuk membuat buah matang lebih cepat.

Bahasa mudahnya, "dewasa sebelum waktunya".

Ahh, uwiis Rissa, uwiss.. (sudah Rissa, sudah)

Cerewet banget kamu!

Dari sekian banyaknya orang yang berkomentar tentang aku yang tak kunjung menikah, salah satunya adalah Bunda Ratu.

Yaps! Bunda Ratu! Mama alias nyonya Rahardi atau Ibu Kurnia.

Ratuku satu itu begitu sensitif melihat anak gadisnya ini belum juga menikah.

"Kamu itu sudah 27 tahun. Nunggu apa lagi? Nunggu Mama mati apa bagaimana?"

Astaghfirullah.. Aku langsung mengelus dadaku yang tidak rata saat mendengar ucapan Mama.

"Jangan sepeti itu bicaranya, Bunda Ratu."

"Makanya kamu itu cepetan nikah. Itu tetangga kompleks sebelah, anak gadisnya masih umur 20 tahun sudah dinikahkan. Si Melati anaknya Bu RT bulan depan juga mau menikah, padahal umurnya baru 22 tahun. Sedangkan kamu, sudah 27 tahun belum juga ada tanda-tanda mau menikah."

Oke, kamu diam saja Rissa! Jangan berbicara! Kamu diam disalahkan, kamu buka suara tambah salah!

Sudah. Lebih baik diam dan nikmati sarapan sehat ala wong Londo pagi ini. Roti tawar selai kacang, nanas, atau coklat, silahkan pilih sendiri!

Padahal aku tidak bisa kalau tidak makan nasi untuk sarapan. Tapi Bunda Ratu sedang merajuk, jadilah aku, Papa dan juga adikku si Nurina makan dengan roti oles selai.

Mohon bersabar, ini ujian! Semoga lulus.

***

Aku adalah seorang dokter muda, dokter spesialis kandungan, yang bekerja disalah satu rumah sakit di kota Karanganyar Tentram. Semoga nasib rakyatnya sama kayak slogan kabupeten nya. Tentram.

"Pagi dokter. Hari ini ada empat jadwal operasi caesar. Ini data-data pasien untuk dipelajari," Nita, perawat manis itu menyerahkan beberapa map berisi data pasien kepadaku. Nita ini baru 23 tahun loh, tapi sudah menikah sebulan yang lalu.

'Eh, eh.. Kamu kalah lagi, Ris? Kasian banget kamu.' Mungkin seperti itu komentar orang-orang yang kurang kerjaan di luaran sana.

"Bu dokter suntuk banget kayaknya?" Celetuk Gendis, teman seperjuangan sejak masa SMA. Bahkan kami bekerja di rumah sakit yang sama. Tapi, dia juga sudah menikah dengan salah satu dokter dirumah sakit yang sama setahun yang lalu. Huh hah!

"Biasa, Bunda Ratu sedang merajuk," jawabku lesu.

"Soal menikah?" Gendis sedikit menahan tawanya. "Aku kan sudah bilang. Sekali-kali itu lihat laki-laki yang mencoba mendekati kamu. Jangan terlalu pilih-pilih, nanti jadinya malah nggak sesuai pilihan."

Soal laki-laki yang mendekati aku, jangan tanya berapa sudah orang. Dari rumah sakit ini saja sudah tak terhitung ada berapa yang sudah terang-terangan menyatakan perasaannya kepadaku. Dari mulai perawat, dokter, bahkan staf rumah sakit.

"Aku ke ruang operasi dulu," aku mencoba menghindar dari pembicaraan ini.

"Selalu, deh, cari-cari alasan buat menghindar," keluh Gendis. Ini anak tidak tahu waktu apa bagaimana, sih?

"Nyonya Danu, ini sudah waktunya untuk bekerja. Saya masih butuh pekerjaan ini, dan sebaiknya anda juga kembali bekerja."

Gendis tertawa, lalu pergi meninggalkan ruangan ku. Aku pun sudah bersiap-siap untuk menuju ruang operasi.

***

Saat aku berjalan menuju ruang operasi, mataku tak sengaja melihat seseorang yang sedang duduk dengan gelisah di ruang tunggu depan ruangan operasi. Aku begitu mengenalinya. Di samping kanannya, orangtuanya sedang duduk. Bedanya wajahnya terlihat lebih tenang.

"Om, Tante," dengan senyum yang semanis mungkin aku menghampiri mereka, lalu menyalami keduanya. Tak lupa ku sapa juga laki-laki seumuranku yang sudah hampir lima tahun terakhir ini tak ku temui karena dia memang kuliah dan bekerja di Semarang.

"Raka? Apa kabar kamu?" Matanya tak berkedip melihat aku.

"Eh? Nak Rissa," Om Dwi dan Tante Widi balik menyapaku. Justru si Raka masih diam saja menatapku. Matanya tak berkedip. "Mau operasi?" Lanjut bertanya.

"Iya, Om. Ini Om, Tante dan Raka lagi nunggu siapa?" Tanyaku penasaran. Kamu kepo, deh, Ris.

"Nunggu calon istrinya Raka, kemarin perjalanan kesini dia kecelakaan. Tangannya patah dan harus di operasi. Dia berasal dari Semarang, orangtuanya berada di Kalimantan dan belum datang. Jadi kami yang menunggu dia," penjelasan Om Dwi membuatku terkejut. Calon istri Raka? Ada ya cewek yang mau sama cowok kaku kayak kenebo kering itu. Mana orangnya tak mau kalah kalau berdebat.

"Wah, Raka selamat, ya?"

"Kok selamat? Kamu seneng calon istriku kecelakaan?" Potongnya cepat sebelum aku menyelesaikan ucapanku. Ini, nih, kebiasaan yang ternyata belum hilang sama sekali.

"Aku belum selesai bicara, Raka. Selamat sudah mau menikah, aku ikut sedih juga dengan kecelakaan yang menimpa calon istri kamu. Semoga operasinya lancar, dan pacar kamu lekas sehat kembali," ucapku tulus. Memang tulus, kok.

Raka mengangguk malu. Haha, itu anak masih juga punya malu.

"Saya masuk dulu ya, Om, Tante. Mari Raka," aku meninggalkan mereka dan masuk ke ruang operasi.

Oke, mari kita bekerja.

***

"Tadi aku lihat Raka."

Mata Gendis berkedip-kedip dan bola matanya berputar seperti sedang mencoba mengingat sesuatu.

"Raka?" Aku mengangguk. "Raka Putra Wibawa?" Sekali lagi aku mengangguk.

"Ya ampun.. Itu anak gimana kabarnya sekarang?" Tanyanya antusias.

"Udah mau nikah. Calon istrinya kemarin kecelakaan dan tadi baru dioperasi."

Mendadak wajah Gendis menjadi lesu. Ada apa ini?

"Padahal aku berharap Raka nikahnya sama kamu, loh," celetuknya yang membuatku menatapnya tak mengerti.

"Dia udah mau nikah. Ngomongnya yang bener," aku memukul kepalanya dengan bolpoin yang aku pegang.

"Sakit, ih." Gendis mengusap-usap bekas pukulan ku. "Ya aku berdoanya dia sama kamu. Janur kuning belum melengkung, kan? Masih bisa lah ditikung lewat doa."

Jawaban Gendis membuatku melongo. Ini anak setelah menikah, somplaknya bukannya sembuh malah bertambah parah.

***

Saat aku berjalan menuju parkiran, aku melihat Raka tengah berbicara dengan seseorang. Tunggu, sepertinya mereka sedang berdebat. Terlihat dari ekspresi Raka yang menahan amarahnya kepada seseorang itu.

Aku tak ingin peduli dengan hal itu karena memang bukan urusanku. Tapi langkahku terhenti saat mendengar beberapa orang berteriak histeris.

"Ya ampun, Rakaa!"

Ternyata mereka berteriak karena melihat Raka dan seseorang tadi saling pukul. Bukannya melerai malah berteriak heboh.

"Raka! Udah, Ka. Tahan emosi kamu," aku mencoba memegang lengan Raka, namun Raka menepisnya.

"Jangan ikut campur!" Jawabnya galak sambil mencoba memukul kembali lawannya.

"Mas, sudah, Mas. Kita bisa bicarakan ini baik-baik," menasehati Raka tak berhasil, aku mencoba menasehati lawan Raka.

Sok pahlawan kamu, Ris!

"Raka! Udah, aww!!"

Nah! Rasain kamu Rissa! Sok jadi pahlawan, sih! Kena sendiri, kan?

Ya Tuhan! Ini pipi cenut-cenut begini karena terkena pukulan Raka. Ini karena aku mencoba menahan Raka, Raka justru melayangkan pukulannya ke pipiku.

"Rissa? Rissa kamu enggak apa-apa? Aku minta maaf, aku enggak sengaja," ucap Raka khawatir sambil mencoba memegang pipiku. Namun aku menepisnya. Lawan Raka pun wajahnya terlihat merasa bersalah padaku.

"Kalian tahu ini tempat umum? Kalian sudah dewasa, kalau ada masalah selesaikan baik-baik, bukan dengan cara seperti ini. Aku melerai kalian hanya karena tidak ingin ada keributan disini. Permisi!"

"Rissa!!"

Terpopuler

Comments

Raudatul zahra

Raudatul zahra

kanebo kering 😭😭🤣🤣

2023-06-14

0

KHORI PRASTYA

KHORI PRASTYA

halo salam kenal

2023-03-24

0

TongTji Tea

TongTji Tea

wait apa aku yang galfok ya thor?
usia 27 udah jadi spesialis kandungan .
wah Rissa termasuk jenius nii.

2022-09-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!