TTM 5

Rissa menyeret Raka keluar dengan menggandeng tangan Raka. Sesampainya didekat mobil Raka, Rissa menghempaskan tangan Raka dengan keras.

"Kamu ngapain, sih, bilang siap aja pas papaku tanya kapan kita nikah? Perjanjiannya, kan, cuma pura-pura pacaran, nggak sampai nikah!"

Raka menggelengkan kepalanya pelan. Entah apa yang ada didalam pikiran Rissa.

"Terus sampai kapan kita akan berpura-pura? Kalau kita berpura-pura putus, kamu bakalan tetap dijodohkan, kan? Terus kamu mau beralasan apa lagi kalau kamu mau menolak perjodohan itu?"

Apa yang diucapkan Raka memang benar. Rissa mengakuinya. Tapi menikah? Dengan Raka? Rissa sama sekali tak pernah membayangkannya.

"Ya udah, aku pulang dulu. Tadi mama sama papa kamu bilang juga kan biar aku cepet ngajak orangtuaku kesini," Raka menggoda Rissa yang masih saja mengerucutkan bibirnya. "Selamat sore menjelang malam, calon istri."

Rissa semakin kesal dibuatnya. Rissa mengepalkan tangannya untuk menonjok Raka tetapi Raka lebih sigap dengan berlari dan memasuki mobilnya.

"Iihhh, Raka!!!" Teriak Rissa saat mobil Raka mulai melaju.

***

"Begitu, dong, kenalin pacarnya. Begitu kan mama nggak usah capek-capek marah-marah setiap hari," celetuk Kurnia yang masih duduk di sofa ruang tamu saat Rissa kembali masuk ke dalam rumah.

"Enggak ada yang nyuruh mama marah-marah, lho," jawab Rissa santai tanpa merasa bersalah.

"Kamu bilang apa tadi?" Seru Kurnia yang tak suka mendengar ucapan Rissa. Rissa menggeleng kuat, tak ingin berucap lagi. Takut Kurnia akan semakin marah.

"Kamu belum tau rasanya punya anak gadis sampai seusia kamu belum menikah. Suatu saat kamu pasti juga akan merasakan hal yang sama dengan apa yang papa dan mama rasakan sekarang, Sa," ucap Rahardi yang bisa lebih tenang daripada istrinya.

Rissa mengangguk lemah seolah merasa bersalah. Ia berharap anaknya nanti tidak akan seperti dirinya yang belum juga menikah sampai umur 27 tahun. Sungguh, dibilang perawan tua, tak laku, atau apalah itu sangat menyakitkan walaupun sebenarnya Rissa tak ingin mempedulikannya.

***

Sepulang bekerja, Rissa menunggu Gendis di coffee shop yang dekat dengan rumah sakit. Gendis walaupun sudah menikah tetapi suaminya tak pernah melarang Gendis untuk menikmati waktu luangnya bersama temannya. Tapi walaupun begitu, Gendis hanya akan mengiyakan ajakan Rissa kalau suaminya sedang bertugas saja. Selain itu, Gendis lebih memilih menghabiskan waktu dengan Danu, suaminya.

Rissa berharap kelak kalau sudah menikah dengan Raka, Raka tak akan pernah mengekangnya seperti Danu yang selalu memberi kebebasan untuk Gendis.

'Kenapa malah jadi mikir mau nikah sama Raka, sih?' Rissa menepuk dahinya keras.

"Sorry lama. Habis dari ruangan Mas Danu dulu tadi," ucap Gendis saat baru saja mendudukkan dirinya diatas kursi. Wajahnya terlihat begitu sumringah.

Rissa memicingkan mata melihat Gendis. "Tahu, sih, yang habis kasih jatah dulu ke suami," sindir Rissa. Gendis mengulum senyum penuh arti.

"Jadi gimana?" Tanya Gendis untuk mengalihkan pembicaraan.

"Mama sama papa minta Raka datang membawa orangtuanya datang ke rumah."

"Whattt!!??" Gendis memekik kencang. Rissa buru-buru membungkam mulut gendis dengan tangannya. Semua orang yang berada di dalam coffee shop memandang mereka. "Sorry," ucap Gendis saat Rissa sudah melepaskan bungkamannya.

"Terus gimana?" Tanya Gendis dengan suara yang lebih pelan.

Rissa tak langsung menjawab. Lebih memilih diam untuk beberapa saat sambil meminum jus alpukatnya. "Ya mau gimana lagi? Mama sama papa udah terlanjur seneng, aku sampai nggak tega mau jujur. Padahal aku nggak pernah bayangin sama sekali kalau harus menikah dengan Raka," jawab Rissa sendu.

"Ya.. Terima ajalah, Sa. Mungkin emang Raka itu jodoh kamu."

"Tapi aku sama sekali nggak cinta sama Raka, Dis. Aku cuma menganggapnya teman dan sahabat, nggak lebih. Apalagi kita memang nggak pernah akur. Kerjaannya berdebat terus kalau ketemu. Aku nggak bisa bayangin gimana rumah tangga aku nanti."

Gendis menghela napas pelan. Ia menatap sahabat jones-nya itu dalam-dalam. "Cinta akan datang karena terbiasa, Sa. Itupun kalau kamu mau berniat menerima Raka. Soal bagaimana rumah tangga yang akan kalian jalani nanti, itu tergantung bagaimana kamu menyikapinya. Kalau kamu melakukan semua untuk ibadah? Allah akan memberikan kebahagiaan untuk rumah tangga kalian. Tapi kalau kamu terpaksa, jangan harap akan mendapat kebahagiaan, Sa," tutur Gendis panjang.

Rissa termenung mendengar penuturan sahabatnya itu.

Apakah memang Raka yang ditakdirkan untuk menjadi imamnya?

***

Rissa memandang bingung dua mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Satu mobil dapat ia kenali siapa pemiliknya, yaitu Raka. Satu mobil lagi tak Rissa ketahui siapa pemiliknya. Rumah Rissa juga terdengar begitu ramai tak seperti biasanya.

"Ada apa, sih, didalam?" Gumam Rissa sambil melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum..." Ucap Rissa tertahan karena melihat orang-orang yang memenuhi ruang tamu rumahnya.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

Ada Raka dan kedua orangtuanya Raka. Pak RT setempat, dan juga empat orang yang Rissa tak mengenalnya sama sekali. Sekilas memang Rissa seperti pernah melihat salah satu dari mereka, tapi Rissa tak mengingatnya.

"Rissa duduk dulu, sini!" Kurnia menuntun tangan Rissa untuk duduk diantara dirinya dan Rahardi. Rissa masih dengan wajah bingungnya menurut saja dengan Kurnia.

"Ini ada apa, sih, Ma?" Bisik Rissa ditelinga Kurnia.

"Kamu diam aja dulu. Tugas kamu cuma jawab iya," jawab Kurnia tak kalah lirihnya.

"Berhubung Nak Rissa sudah berada ditengah-tengah kita, saya selaku perwakilan dari keluarga Pak Dwi akan menyampaikan maksud kedatangan kami kemari," ucap salah seorang dari mereka.

"Begini Pak Rahardi, ibu Kurnia.. Kami datang kemari dengan maksud untuk melamar putri Bapak yang bernama Rissa untuk Raka, putra dari Pak Dwi."

Rissa membulatkan matanya mendengarnya. Ini diluar rencana yang telah ia buat dengan Raka. Mereka hanya berjanji untuk berpura-pura pacaran, bukan sampai sejauh ini.

"Kalau kami terserah dengan Rissa saja, Pak. Bagaimanapun, mereka yang akan menjalaninya," ucap Rahardi dengan bijak. Padahal Rissa yakin, kalau seandainya Rissa menjawab tidak, pasti orangtuanya akan menelannya hidup-hidup.

"Bagaiman Rissa?" Tanya Kurnia sambil mencubit kecil pinggang Rissa. Sungguh, Kurnia sudah mirip seperti seorang ibu tiri yang melarangnya membocorkan segala perlakuan buruknya terhadap sang ayah.

"Emm.. Rissa.. Rissa.." ucapan Rissa terputus-putus membuat orang-orang menunggunya dengan penasaran. Tatapannya mengarah pada Raka yang memandangnya dengan pandangan yang begitu lembut. Tak pernah sebelumnya Raka menatapnya sedemikian rupa. Dengan mengucap bismillah dalam hati, Rissa menjawab. "Rissa terima."

"Alhamdulillah.." ucap semua orang secara serempak.

"Jadi, kapan pernikahannya akan dilaksanakan, Di?" Tanya Dwi kepada Rahardi. Salah satu hal yang membuat Dwi dan Rahardi begitu akrab. Selain rumah mereka yang tidak terlalu jauh, dulu Dwi adalah kakak kelas dari Rahardi semasa SMA.

"Bagaimana kalau sebulan dari sekarang?"

"Apaa!!??" Pekikan Rissa membuat semua mata melihat ke arahnya. Rissa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Malu.

"Nak Rissa keberatan?" Tanya Widi memastikan.

"Em.. Tidak kok, Tan. Rissa ngikut aja keputusannya gimana," jawab Rissa pelan. Matanya melirik Raka yang terus memandangnya. Namun Rissa justru membalasnya dengan tatapan tajam penuh dengan amarah.

***

"Kamu ngapain, sih, bawa Om Dwi sama Tante Widi kesini? Dan mereka itu siapa? Mana nggak kasih aku kabar dulu lagi," Rissa mencerca Raka dengan berbagai pertanyaan. Sedangkan Raka hanya tersenyum santai menanggapi Rissa.

Saat kedua orangtua Rissa mempersilahkan para tamunya untuk menikmati makan malam, Rissa menyeret Raka keluar rumah.

"Orangtuaku setuju, orangtuamu sudah memberiku lampu hijau dan menyuruhku untuk membawa kedua orangtuaku kesini."

"Tapi..."

"Sudahlah, Sa. Kita jalani ini semua sama-sama."

Rissa termenung sejenak setelah Raka meninggalkannya untuk masuk kedalam rumah.

Awas kamu, Raka!

Terpopuler

Comments

Effi Hartati

Effi Hartati

ini adalah definisi sat set sat set yg gue suka 😭😭

2023-01-12

0

Chitrana

Chitrana

seru ceritanya 👍👍

2021-02-27

0

diyah meidiyawati

diyah meidiyawati

love dan vote untuk kalian , semoga dilancarkan pernikahannya❤❤

2021-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!