🧒 Raka 🧒
Raka sama sekali tak menyesali keputusannya untuk menjadi pacar bohongan Rissa. Meskipun ia tahu akan ada kebohongan-kebohongan yang terus berlanjut.
Rasanya pun Raka juga harus segera jujur kepada orangtuanya tentang hubungannya dengan Windy yang sudah berakhir. Raka tak ingin mendengar rengekan ibunya yang meminta dipertemukan dengan Windy.
"Apa nggak sebaiknya kita ke Semarang buat jenguk Windy, Le?" Usul Widi.
Raka melihat ibunya sekilas. Lalu kembali melihat TV yang Raka tak berminat sama sekali dengan tayangan didalamnya.
"Enggak perlu, Bu!"
Jawaban Raka membuat Widi menatap Raka tajam. "Dia itu calon istri kamu, Le."
Raka mengembuskan napas pelan. Sepertinya Raka memang harus segera mengatakan yang sebenarnya.
"Ibu mending jangan berharap Raka menikah dalam waktu dekat, ya?" Ucap Raka dengan hati-hati. Benar saja, meskipun sudah berhati-hati dalam mengatakannya, nyatanya tetap membuat Widi merasa kecewa.
"Apa maksud kamu, Ka?" Kini giliran Dwi yang bertanya.
"Begini, Pak, Bu. Raka dan Windy sudah memutuskan untuk menjalani hidup kami masing-masing," Widi menatap Raka dengan tatapan tak mengerti. "Kami sudah putus."
"Apaa!!?" Teriak Widi terkejut. Dwi mengelus punggung istrinya untuk melegakan rasa terkejutnya.
"Kenapa bisa begitu, Le?" Tanya Dwi dengan suara yang lebih tenang. Selanjutnya, Raka menceritakan apa yang sudah terjadi diantara dirinya dan Windy.
Widi yang mendengarnya sontak membelalakkan matanya, sedangkan Dwi terlihat lebih santai menanggapinya.
"Ya ampun, Raka! Untung belum jadi menikah. Kamu kok cari pacar kayak gitu banget. Kurang pinter kamu!" Hardik Widi pada Raka. Raka hanya meringis mendengarnya.
Lain Widi, lain Dwi. Dwi justru terkekeh geli mendengar cerita Raka.
"Bapakmu malah tertawa kayak gini kenapa, to?" Tanya Widi yang merasa heran melihat suaminya yang tertawa. Padahal tak ada yang lucu bagi Widi dan Raka.
"Bapak sebenarnya sudah merasa tidak srek sama pilihan Raka ini. Tidak tahu kenapa, ya? Ternyata ini penyebabnya," jawab Dwi tenang.
"Tapi ibu sudah pengen Raka menikah, Pak. Pengen cepet-cepet punya cucu," ucap Widi setelah terdiam cukup lama.
"Santai saja lah, Bu. Lagian Raka kan juga masih muda," ucap Dwi.
"Bener itu, Bu," timpal Raka yang sependapat dengan bapaknya.
Widi melengos tak suka mendengar jawaban kompromi ayah dan anak ini.
"Pokoknya ibu nggak mau tahu. Raka harus segera menikah!" Putus Widi yang langsung beranjak pergi meninggalkan Dwi dan Raka yang menatapnya tak percaya.
***
Raka merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Kedua tangannya ia jadikan sebagai bantal.
Kliing...
Hp Raka berbunyi nyaring. Diikuti dengan beberapa notifikasi.
Raka meraih ponselnya yang berada di atas meja. Matanya terbelalak saat membaca barisan pesan dari Rissa.
Rissa : Nama Carissa Amalina, tanggal lahir 10 Januari 1991, pekerjaan dokter di RS Medika.
Rissa : Jadian dua bulan yang lalu di alun-alun kidul. Makanan kesukaan bakso pedas.
Rissa : Itu beberapa hal yang biasa ditanyakan orangtua. Kamu hafalin yang bener biar besok nggak ada yang salah.
Raka membuang napasnya kasar. Sudah ditolong, tapi tak ada lembut-lembutnya.
Raka berpikir mungkin sikap Rissa yang seperti itu penyebabnya adalah insiden kemarin.
***
Kamis sore pukul 16.00, Raka sudah berada didepan rumah sakit tempat Rissa bekerja. Sebenarnya rumah mereka tidak terlalu jauh. Tapi Rissa meminta Raka untuk menjemputnya demi totalitas akting mereka didepan orangtua Rissa.
Raka menunggu Rissa dengan bersandar pada mobilnya. Tak lama kemudian, Rissa datang. Penampilan Rissa yang masih terlihat begitu menawan membuat Raka terdiam sesaat. Rissa begitu cantik dengan rok hitam selutut dengan blouse batik.
"Sudah lama?" Suara Rissa kali ini terdengar lebih lembut.
"Belum, kok," jawab Raka, lalu mempersilahkan Rissa untuk masuk ke dalam mobil.
Sepanjang perjalanan mereka saling diam. Mereka terlalu sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Diam-diam Raka merasa khawatir. Takut kalau nanti orangtua Rissa akan menyuruhnya mereka untuk segera menikah.
Bukannya Raka tidak siap. Raka akan selalu siap kapanpun Allah menakdirkannya untuk menikah. Tapi dengan Rissa? Raka tak pernah membayangkannya.
"Kamu nggak lupa sama yang aku WA semalam, kan?" Tanya Rissa memecah keheningan.
Raka melirik Rissa sekilas. Lalu kembali melihat ke depan. "Enggak lupa. Kamu tenang saja!" Jawab Raka tenang. "Kita nanti harus bagaimana?" Tanya Raka kemudian.
"Maksud kamu apa?" Tanya Rissa tak mengerti.
"Ya didepan orangtua kamu harus gimana? Gandengan tangan? Atau cium pipi dulu gitu sebelum pulang," Raka mencoba menggoda Rissa. Membuat Rissa mendelik ke arahnya.
"Jangan cari-cari kesempatan!"
Raka terkekeh geli mendengarnya.
***
Sesampainya dirumah, kedua orangtua Rissa sudah duduk didepan rumah ditemani dua gelas kopi hitam dan juga gethuk Frozen yang sudah digoreng.
Raka begitu gugup. Apalagi dirinya dan juga Rissa akan melakukan sebuah kebohongan.
Raka tersenyum canggung sambil menyalami tangan kedua orangtua Rissa. Kemudian di susul Rissa ikut menyalami.
"Assalamualaikum, Pak, Bu," ucap Raka.
"Waalaikumsalam," jawab Rahardi dan Kurnia bersamaan.
Raka menggaruk tengkuknya salah tingkah saat Rahardi dan Kurnia menatapnya lekat-lekat.
"Kayak pernah lihat, ya, Pa?" Kurnia berkata kepada Rahardi.
"Iya, Ma. Tapi siapa, ya?" Jawab Rahardi yang merasa satu pemikiran dengan istrinya.
"Dia Raka, Pa, Ma. Anaknya Om Dwi dan Tante Widi," ucap Rissa yang mengerti akan kebingungan kedua orangtuanya.
Rahardi dan Kurnia membelalakkan matanya tak percaya. Kemudian Rahardi menepuk-nepuk bahu Raka.
"Kamu anaknya Mas Dwi? Ya ampun, saya pangling sama kamu," Rahardi tertawa pelan.
"Kalian pacaran?" Giliran Kurnia yang bertanya.
"Sudah, kita masuk dulu. Kita bisa ngobrol di dalam biar lebih enak," usul Rahardi.
Semua menyetujui ucapan Rahardi. Raka dipersilahkan untuk duduk diatas sofa berwarna biru navy yang berada diruang tamu rumah Rissa yang bernuansa silver muda. Sedangkan Kurnia sudah menggandeng Rissa untuk pergi ke dapur.
"Sudah lama saya nggak lihat kamu, Kamu. Katanya kamu di Semarang, ya? Kapan pulang?" Tanya Rahardi.
Sebelum menjawab, Raka mengulas senyum ramah kepada Rahardi. "Iya, Pak. Saya baru pulang sekitar dua Minggu yang lalu. Alhamdulillah, saya di pindahkan ke kantor yang berada di Karanganyar."
"Alhamdulillah, jadi dekat dengan orangtua, ya?"
"Iya, Pak. Alhamdulillah."
Beberapa saat kemudian, Rissa keluar dengan membawa nampan berisi air minum dan beberapa toples cemilan.
"Minum, Ka!" Rissa mempersilahkan. Raka mengangguk tersenyum dan mengiyakan ucapan Rissa.
"Jadi kapan kalian mulai pacaran?" Tanya Kurnia yang kini sudah duduk di samping Rahardi.
"Dua bulan yang lalu."
"Tiga bulan yang lalu."
Jawab Raka dan Rissa bersamaan, tetapi dengan jawaban yang berbeda. Rissa menginjak kaki Raka pelan tapi sanggup membuat Raka mengaduh.
Rahardi dan Kurnia yang melihat ada keanehan diantara Raka dan Rissa pun memicingkan mata menatap Raka dan Rissa curiga.
"Jadi?" Rahardi meminta penjelasan.
"Nembaknya tiga bulan yang lalu, Ma, Pa. Jadiannya baru dua bulan yang lalu," Rissa mencoba menjelaskan agar orangtuanya tak lagi curiga.
"Oh, begitu.." Kurnia bernapas lega. Kecurigaannya tak terbukti sama sekali.
"Orangtua kamu sudah tahu tentang hubungan kalian, Ka?"
Raka menelan ludahnya kasar. Untuk pertanyaan ini tidak ada didalam lembar jawaban yang telah Rissa siapkan semalam.
"Ehm, sudah, Bu," dengan gugup Raka menjawabnya.
"Lalu mereka setuju?" Tanya Kurnia tanpa basa-basi.
"Maksud Bu Kurnia apa, ya?" Tanya Raka yang merasa tak mengerti dengan ucapan Kurnia.
"Ya Mas Dwi sama mbak Widi setuju, kan, kalau kalian pacaran? Jadi kapan kalian mau menikah?" Rahardi memperjelas ucapan Kurnia.
Baik Raka maupun Rissa begitu terkejut dengan pertanyaan Rahardi. Ini semua diluar perkiraan Raka maupun Rissa. Tak menyangka kalau secepat ini kedua orangtua Rissa menanyakan kapan mereka akan menikah.
"Ma, Pa.. Kami kan baru pacaran dua bulan. Kami belum memikirkan hal itu," Rissa mencoba menjelaskan, tapi justru dihadiahi tatapan tak suka dari Kurnia. Seketika Rissa menunduk.
"Kapan pun saya siap Pak, Bu."
🥀🥀🥀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
luluk
sokooor....makanya jangan bohong sama orang tua🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2020-12-30
3
Mira oktafia
up Thor di tunggu ,,,yang banyak geh
2020-06-23
1