Nabia Sky

Nabia Sky

Nabsa 1

Tap tap tap.

Suara langkah kaki setengah berlari langsung terdengar di area parkir yang sudah mulai sepi tersebut. Hujan gerimis juga membuat suasana di lokasi parkir yang terletak di sebelah kiri gedung tampak semakin sepi dari pengunjung.

Seorang perempuan tampak tergesa-gesa hingga setengah berlari menuju lobi utama gedung tersebut. Napasnya juga sudah mulai tersengal-sengal akibat cepatnya dia berjalan.

Huh huh huh.

Napas memburu langsung terdengar begitu perempuan tersebut menghentikan langkah kakinya setelah tiba di pintu masuk lobi. Sambil mengatur napas dan penampilannya, perempuan tersebut bergegas melangkahkan kaki menuju resepsionis. Tak lupa sebuah senyum terulas dari bibirnya.

"Selamat malam, Mbak Bia. Tumben terlambat," sapa seorang resepsionis dengan name tag Andara. Kebetulan, Andara cukup mengenal Bia karena sudah sering sekali perusahaan Bia mengadakan acara di tempat tersebut.

"Tadi masih ada urusan sebentar, Mbak. Jadi diberesin dulu sebelum kesini," jawab perempuan tersebut berkilah.

Sang resepsionis hanya bisa mengulas senyuman manis sambil menyodorkan buku tamu untuk ditandatangani oleh Bia. Ya, perempuan yang baru saja datang tersebut adalah Nabia Ayyara Putri. Seorang gadis berusia dua puluh lima tahun yang bekerja sebagai salah satu staff pemasaran di sebuah perusahaan properti, D'Vins Property, atau lebih sering disebut DVP.

Malam ini, dia mendapatkan tugas untuk menggantikan Bu Sonia, atasannya sebagai manager pemasaran, untuk menghadiri sebuah acara perkenalan produk dari salah satu perusahaan rekan bisnis DVP. 

Nabia yang awalnya sedang santai-santai rebahan menikmati weekend nya, tiba-tiba mendapat telepon dari Bu Sonia untuk menghadiri acara tersebut. Mau tidak mau, Nabia langsung bergegas bersiap-siap dan berangkat menuju tempat acara. Meskipun terlambat, Bu Sonia tetap meminta Bia untuk hadir.

Dan, disinilah akhirnya Bia berada. Setelah mengisi daftar hadir, Bia langsung berjalan memasuki tempat acara dengan diantar oleh seorang petugas resepsionis. Dia hanya bisa menghela napas berat saat mulai memasuki tempat acara.

Bia masih mengikuti petugas yang mengantarkannya menuju meja yang sudah disiapkan untuk Bu Sonia. Meskipun bukan pejabat penting di sana, namun Bia mewakili atasannya tersebut. Alhasil, dia juga harus menempati kursi yang disiapkan untuk Bu Sonia.

Sebenarnya, Bia tidak terlalu terlambat datang malam itu. Acara masih sampai pada tahap sambutan belum mulai ke acara inti. 

Setelah mendapatkan tempat duduk, Bia menyapa beberapa orang yang berada satu meja dengannya saat itu. Ada sepasang suami istri paruh baya, seorang bapak-bapak dengan perut buncit, seorang perempuan muda berhijab dan suaminya, serta yang terakhir adalah Bia.

Setelah beramah tamah, Bia yang saat itu duduk di antara perempuan paruh baya dan bapak-bapak dengan perut buncit, mulai merasa tidak nyaman. Bagaimana tidak, saat ini bapak-bapak dengan perut buncit yang duduk di samping kanannya, terlihat mulai bertingkah. Tangan kirinya sudah mulai beraksi.

Bia yang mulai menyadari ada yang tidak beres, langsung menggeser tempat duduknya hingga mepet ke arah perempuan di sebelah kirinya. Saking cepatnya Bia menggeser kursi, hingga dia tidak sengaja menyenggol lengan si ibu-ibu paruh baya tersebut. Alhasil, tangan si ibu menyenggol piring dan gelas yang masih berisi air minum.

Praanggg.

Suara piring dan gelas yang tersenggol langsung jatuh hingga membuatnya pecah. Jangan lupakan baju Bia dan si ibu langsung basah dan kotor karena terkena noda makanan yang tumpah.

"Astaga!" Bia langsung memekik kaget. Dia langsung panik saat mendapati baju si ibu di sampingnya juga basah dan penuh dengan kotoran karena terkena tumpahan makanan.

"Aduh, Nyonya, maafkan saya. Saya tidak sengaja," ucap Bia heboh sambil berusaha membersihkan baju si ibu. Bia tidak sadar jika tingkahnya tersebut sudah menarik perhatian banyak orang. Bahkan, saat itu orang yang sedang memberikan sambutan pun berhenti sejenak dan menoleh ke arah Bia.

"Tidak apa-apa, Nak. Namanya tidak sengaja. Kamu juga basah begini jadinya," ucap si ibu.

"Tidak apa-apa, Bu." Bia masih tampak cemas. Apalagi, dia sudah mulai menyadari jika menjadi pusat perhatian. Tatapannya mulai memindai sekitar dan mendapati beberapa pasang mata menatap ke arahnya. Jangan lupakan tatapan si bapak berperut buncit disamping tersebut. Senyumnya tampak mengejek seolah berkata "rasain, lo".

Bia masih menatap sekitar. Dia merasa semakin tidak enak karena beberapa orang masih menatapnya. Alhasil dengan sangat terpaksa, Bia meminta ijin untuk pergi ke toilet untuk membersihkan noda di pakaiannya.

"Uughhhh, kok bisa sial begini, sih. Mana warna baju gue peach lagi. Makin kelihatan nih warna kuah makanannya," ucap Bia sambil mencoba membersihkan noda di pakaiannya pakai tisu yang sudah dibasahi air.

Belum selesai Bia dengan aktivitasnya, tiba-tiba terdengar sebuah sapaan dari samping kirinya. 

"Masih juga lo ceroboh. Dari jaman sekolah sampai sekarang sudah kerja kantoran, masih nggak ilang-ilang tuh sifat ceroboh lo," ucap sebuah suara.

Bia yang mendengar ucapan tersebut, sontak langsung menolehkan wajah dan mendengus kesal. Entah sesempit apa dunianya hingga sering sekali Bia bertemu dengan 'si kutil' biang kerok.

"Urusannya sama lo apa sih, Feb? Nggak ngerugiin lo juga kan apa yang menimpa gue? Perasaan, dari jaman sekolah lo suka banget iri sama gue, deh. Bahkan, lo selalu ambisius banget untuk dapetin apa yang gue miliki," jawab Bia sambil menatap jengah le arah Feby, teman semasa putih abu-abu Bia.

Bukannya kesal dengan ucapan Bia, Feby justru menyunggingkan senyum mengejek ke arah Bia. Jangan lupakan tatapan meremehkan yang dilayangkan Feby kepada Bia.

"Nggak salah emang lo bilang gue iri sama lo?" tanya Feby dengan tatapan menilai nan mengejek ke arah Bia. Dengan senyum meremehkan, Feby berjalan mengikis jarak mendekat ke arah Bia. 

"Apa yang bisa gue iriin dari lo, hah? Gue lebih segala-galanya dari lo, kali. Bahkan, pacar jaman SMA lo aja lebih memilih gue ketimbang lo. Dan, sekarang gue juga sudah punya segala-galanya. Jauh banget dibandingin lo yang cuma jadi karyawan. Lo ngerti dong sekarang? Masa nggak ngerti, sih?" cibir Feby.

Bukannya merasa marah dan tersinggung, Bia justru menyunggingkan senyumannya.

"Gue tau lo sekarang punya segala-galanya. Lo istri dari seorang direktur di perusahaan besar. Anseno Gunawan. Siapa sih yang nggak kenal suami lo itu? Hampir semua orang yang ada di gedung ini pasti tau siapa suami lo itu," ucap Bia sambil masih menyunggingkan senyumnya. Bia mendekat ke arah samping Feby dan langsung membisikkan sesuatu.

"Tapi, jangan lupa jika semua orang juga tau bagaimana cara lo dapetin suami potensial lo itu," bisik Bia sambil menepuk singkat bahu Febi. Dan, setelahnya Bia langsung keluar dari toilet tersebut. Dia bahkan melupakan untuk membersihkan noda di bajunya kembali.

🌹

Hai, othor balik lagi, nih. Kali ini dengan cerita baru. Ini sudah lama tersimpan di draft, jadi sambil nungguin yang lainnya up, bisa mampir disini ya. Terima kasih.

Terpopuler

Comments

faridah ida

faridah ida

mampir telat , ..🤭masih nyimak ..

2023-08-12

0

skylow

skylow

asikk ada yg baru

2023-07-04

0

Esther Lestari

Esther Lestari

mampir thor.

2023-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!