Bia mengerucutkan bibir dengan kesal. Jika dia mengingat cerita sang sahabat tentang sang suami beberapa minggu yang lalu, Bia langsung kesal sendiri.
Jihan Farhana, sahabat Bia sejak jaman putih biru hingga sekarang. Bahkan, mereka juga berada di sekolah menengah atas dan kampus yang sama saat menempuh pendidikan.
Berbeda dengan Bia yang berasal dari keluarga sederhana, Jihan sedikit lebih beruntung karena memiliki orang tua yang bekerja di pemerintahan. Ayah Jihan adalah seorang PNS di kantor kecamatan, sedangkan sang ibu adalah perawat di puskesmas di daerahnya.
Jihan dua bersaudara dengan sang kakak laki-laki yang juga sudah menikah dan tinggal di Surabaya karena tuntutan pekerjaan. Orang tua Jihan merasa jika usia Jihan saat ini sudah layak untuk menikah, segera menjodohkannya dengan putra seorang camat yang lumayan kenal dengan sang ayah.
Berhubung Jihan saat itu juga belum mempunyai pacar, akhirnya dia menerima perjodohan yang dilakukan oleh orang tuanya tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh Deka Danendra, sang suami yang juga sudah dipaksa untuk segera menikah.
Ya, si Deka bagaimana mau menikah, orang dia idamannya sama 'si batang' bukan sama si lapis lempit. 🤧
Dan, pernikahan Jihan dengan Deka akhirnya terlaksana sekitar tujuh bulan yang lalu. Sejak menikah hingga usia pernikahan lima bulan, Jihan masih belum memiliki pemikiran buruk terhadap sang suami. Dia bisa menerima alasan Deka mengapa hingga bulan kelima pernikahan, dia tak kunjung disentuh.
Alasan capek karena bolak balik kerja Jakarta-Bogor menjadi alasan utama Deka saat itu. Hingga dia menemukan alasan yang tepat untuk menyewa sebuah rumah kontrakan.
Awalnya, Jihan menyetujui usul sang suami karena merasa tidak tega jika suaminya itu harus bolak balik setiap hari. Jika Deka menyewa rumah kontrakan, setidaknya dia bisa dua kali pulang dalam satu minggu.
Keadaan mulai berubah dirasakan oleh Jihan saat memasuki bulan ketiga pernikahannya. Deka meminta ijin untuk memberikan tumpangan tempat tinggal kepada seorang mahasiswa yang baru berada di tingkat kedua kuliah.
Jihan yang juga sudah berkenalan dengan Devon, si mahasiswa, tidak merasakan hal-hal aneh. Jihan juga merasa tenang-tenang saja suaminya tinggal berdua dengan laki-laki. Setidaknya, pikiran aneh-aneh tidak akan muncul di benak Jihan.
Bahkan, sesekali Jihan dan Devon saling menghubungi. Sebenarnya, Jihan lebih sering menghubungi Devon terlebih dahulu jika tidak mendapati balasan pesan dari sang suami. Devon sering memberikan kabar jika Deka sedang lembur atau belum pulang. Hal seperti itu cukup membuat Jihan tenang.
Namun, saat memasuki bulan kelima, petaka rumah tangga tersebut datang. Entah apa yang membuat Jihan mendadak pergi ke Bogor untuk menyusul suaminya sore itu. Dia memiliki firasat jelek sejak semalam. Alhasil, siang hari setelah ada acara di kafenya, Jihan langsung bergegas menuju rumah kontrakan Deka yang sudah beberapa kali dikunjunginya.
Begitu tiba di rumah kontrakan sang suami, bukannya tenang Jihan justru semakin kalut. Bagaimana tidak, saat itu Jihan melihat sendiri jika sang suami sedang pangku-pangkuan dengan Devon dan dalam keadaan tanpa busana selembarpun.
Jihan yang memang mempunyai kunci cadangan rumah kontrakan tersebut, langsung nyelonong masuk begitu sampai disana. Dan, naasnya dia melihat adegan 'horor' antara sang suami dan sugar babynya.
Ternyata, selama ini sang suami mempunyai kelainan dalam orientasi syeksyualnya. Dia tidak tertarik dengan lapis lempit, tapi justru tertarik dengan "tunas batang pisang".
Jihan yang melihat adegan pull gar sang suami dengan sugar baby nya tersebut, langsung merasa pening sekaligus mual. Ditambah lagi suara-suara desa han yang dikeluarkan oleh keduanya, membuat perut Jihan seperti diaduk-aduk. Alhasil, saat itu juga Jihan langsung muntah dengan hebat di depan pintu kamar di rumah kontrakan tersebut.
Kedua orang sesama jenis yang sedang memadu kasih tersebut, sontak langsung berbalik. Awalnya, mereka tidak mengetahui kedatangan Jihan karena posisi mereka membelakangi pintu kamar yang tidak tertutup tersebut. Saat mendengar suara muntahan hebat tersebut, keduanya langsung menoleh dan panik begitu menyadari Jihan berada di sana.
Dan, sejak saat itu, hubungan rumah tangga Jihan dan Deka sudah tidak baik-baik saja. Baik Jihan dan Deka sama-sama menjaga jarak jika tidak sedang bersama dengan keluarga mereka. Jihan yang dengan perasaan jijik dan marah, sedangkan Deka dengan perasaan bersalah dan cemas karena khawatir Jihan akan menyebarkan apa yang diketahuinya.
Keduanya sepakat untuk pisah rumah. Jihan sudah keluar dari rumah Deka yang ada di Jakarta. Dia tinggal di rumah sewanya yang dulu sejak masih jaman kuliah. Dia memilih untuk tidak tinggal di kafenya meskipun ada ruangan yang bisa dijadikan tempat tinggal. Jihan tidak mau jika orang tuanya curiga.
Sudah hampir dua bulan Jihan dan Deka menjalani rumah tangga yang sudah tidak normal. Mereka pisah rumah, Jihan di Jakarta, sementara Deka di Bogor. Bahkan, keduanya juga tidak saling menghubungi jika tidak ada hal penting yang mengharuskan mereka bertegur sapa.
Seperti hari ini, Deka yang kebetulan pulang ke rumah orang tuanya, terkejut saat melihat status mertuanya yang memberitahukan jika Jihan saat ini juga sedang berada di Bandung. Deka dan Jihan memang sudah tidak bisa saling lihat status we a masing-masing.q
Dan, sialnya orang tua Deka juga melihat status besannya tersebut. Alhasil, mama Deka meminta putranya untuk segera pergi ke rumah mertuanya karena tahu jika Jihan akan kembali ke Jakarta hari itu. Itulah awal kejadian Deka menjemput dan mengantarkan Jihan kembali ke Jakarta.
Bia yang masih kesal dengan suami sahabatnya tersebut, selalu bersungut-sungut jika sudah membicarakan laki-laki itu. Entah mengapa Bia selalu terlihat emosi jika melihat atau membicarakannya.
"Terus, apa yang mau lo lakuin sekarang, Ji?" Tanya Bia setelah beberapa saat keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Jihan menghela napas berat dan menghembuskannya dengan perlahan sebelum menjawab pertanyaan Bia.
"Entahlah. Gue juga masih belum nemu solusi yang tepat."
"Deka kasih pilihan apa ke lo?"
"Dia sih maunya nggak pisah. Dia nggak mau buat keluarganya kecewa dengan adanya perceraian," jawab Jihan dengan ekspresi kesal.
"Cckkk. Gila aja dia nggak mau cerain lo. Enak di dia nggak enak di dikau, Ji." Bia langsung kembali emosi.
"Makanya itu, gue juga nggak mau. Enak aja gue nikah sama dia hanya sebagai tutup kedok dia yang belok gitu. Disuguhi body mulus gini dan masih rapet, eh maunya nyasar keluar jalur. Ogah, gue." Jihan nyerocos tidak mau kalah dengan Bia.
"Benar. Gue dukung lo, Ji. Bukannya gue dukung perceraian lho, ya. Tapi untuk kasus lo, mending lo pisah aja sama tuh laki belok. Ya kali lo nganggur seumur hidup. Dia sih enak bisa main tusuk-tusukan berkali-kali sama si Dempon, lha elo apa kabar? Masa iya lo mau tetap perawan sampai koit," ucap Bia tanpa filter.
Jihan hanya mencebikkan bibir untuk merespon ucapan sahabatnya itu. Setelahnya, obrolan kembali dilanjutkan dengan topik seputar 'kebelokan' suami Jihan tersebut.
🌹
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
faridah ida
kasihan Jihan ,punya suami belok ...😁🤭
2023-08-12
0
faridah ida
oaalaa hombreng toh si Deka ...🤦🤦
2023-08-12
0
skylow
astaga ......
2023-07-04
0