Jagoan vs Jambret

Gadis bermata biru itu berjalan menelusuri trotoar, sesekali dia menengok ke arah belakang, sepertinya ia tengah menunggu kedatangan seseorang.

"Kemana sih, kok lama banget," gerutunya dengan wajah yang terlihat sudah lelah akibat kepanasan.

Karina mengambil sebuah dompet dari dalam tas gendongnya, bermaksud mengeluarkan uang untuk menaiki angkutan umum.

Sreeettt secepat kilat dompet gadis itu berpindah tangan, dua orang laki-laki yang menaiki sepeda motor telah menjambretnya.

"Jambreeeet ... toloooong ...!" teriak gadis itu.

Tiba-tiba datang seseorang berhelm tertutup warna hitam, mengenakan jaket kulit juga dengan warna yang sama.

"Ayo, naik!" ajaknya.

Karina menaiki CBR150R itu dengan cepat, ia tak memikirkan siapa yang mengajaknya, saat ini di dalam isi kepalanya adalah dompet yang dibawa penjambret sialan itu.

Dengan kecepatan tinggi sosok berjaket hitam itu mengendarai motornya, berusaha mengejar si Jambret.

Lama mereka saling berkejaran, tiba di sebuah tikungan, kaki si Jaket Hitam menendang jambret yang duduknya di belakang, motor bebek itu hilang kendali, keduanya nyungsep di sebuah parit pinggir jalan bersama kendaraan yang dipakainya.

Si Jaket Hitam itu turun setelah memarkirkan kendaraan roda duanya di pinggir jalan, Karina berdiri di sampingnya dengan wajah pucat dan jantung berdebar kencang.

Si Jaket Hitam itu menghampiri mereka yang sedang berusaha bangkit.

"Kembalikan dompetnya!" hardik si Jaket Hitam sambil menunjuk ke arah pejambret yang memegang dompet milik Karina.

"Mau jadi pahlawan kesiangan, Lo! Kurang ajar, udah bikin Gue jatoh," umpat si Jambret.

Tak elak perkelahian antara si Jaket Hitam dan kedua jambret itu terjadi, seperti layaknya seorang super hero yang sedang melawan para penjahat, si Jaket Hitam itu berhasil menggulung dua jambret itu hingga babak belur.

Saat kepalan tangan pamungkas si Jaket hitam sudah mengudara, si Jambret berteriak memohon ampun. Pukulan terakhir itu pun urung dilakukannya.

Si Jaket hitam mengambil dompet Karina yang tergeletak di atas aspal, lalu pergi meninggalkan dua jambret yang baru saja dia beri pelajaran.

"Ini dompetnya," ucap si Jaket Hitam.

Karina masih tertegun, dia syok melihat perkelahian antara mereka. Baru kali itu gadis bermata biru melihat orang yang adu jotos tepat di depan matanya.

"Hei, ini dompet kamu! Pertunjukannya sudah selesai," kembali si Jaket Hitam itu berkata sambil menggerak-gerakan dompet di depan mata Karina yang masih bergeming.

"Ah, oh, iyah, terimakasih, Kak," ucap Karina gugup.

"Pulang kemana?" tanya si Jaket Hitam itu, sambil melangkah menuju motornya.

"Jalan Makasar, Kak, eh, tapi tolong antarkan saya ke tempat kerja Kakak saya saja, udah deket kok, dari sini tinggal jalan ke depan lagi sedikit," pinta gadis itu.

Si Jaket Hitam hanya mengangguk, lalu memberikan kode dengan tolehan kepalanya agar Karina cepat naik.

Setelah beberapa menit berkendara, Karina menepuk pelan punggung si Jaket Hitam.

"Itu Kantornya, Kak," tunjuk Karina.

Si Jaket Hitam itu menghentikan kendaraannya di pinggir jalan, Karina turun.

"Kak, makasih udah nolongin saya," ucap Karina yang di jawab dengan anggukan kepala oleh si Jaket Hitam itu.

Kedua netra Karina memandang punggung sosok yang baru saja menolongnya, sampai akhirnya menghilang diantara riuh kendaraan lainnya.

"Kakak ... Kakak ...!" Karina berteriak-teriak sambil berlari memasuki halaman kantor Lembaga Hukum itu.

Satpam yang tengah berjaga menghampiri gadis itu seraya bertanya, "ada apa Neng?"

Karina menutup mulutnya, dia baru sadar bahwa sekarang dirinya sedang berada di kantor Lembaga Hukum milik Kakaknya, bukan di rumah.

"Nggak, Pak, maaf, maaf!" jawab gadis itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Karina lekas berlari memasuki gedung kantor tersebut, gadis itu menghampiri petugas resepsionis.

"Kakak aku ada?" tanyanya.

"Pak Devan belum kembali Karina, beliau tadi pulang dulu, katanya mau makan siang," ungkap Ria, resepsionis di kantor itu.

Ria dan juga karyawan lainnya sudah hafal dengan seluruh anggota keluarga pemilik kantor tempat mereka bekerja, maka tak heran jika Karina sudah terlihat akrab dengan para karyawan di sana, termasuk Ria.

Karina memonyongkan bibirnya setelah mendengar bahwa Devan sedang tidak berada di tempat, kemudian gadis itu berjalan menuju sofa yang berada di lobby kantor.

Ria segera memberitahu keberadaan Karina kepada atasannya.

*****

Devan sampai di depan gedung kantornya, ia berjalan menuju pintu masuk setelah memarkirkan mobilnya.

"Dasar anak nakal!" gerutu Devan, ketika melihat Karina tertidur di sofa.

"Hei, anak nakal, bangun!"

Karina terperanjat, lalu mengucek matanya.

"Kakak!" sapa Karina setelah penglihatannya jelas melihat sosok pria yang sudah tak asing lagi baginya.

"Ngapain tidur di sini?" tanya Devan, keduanya kini duduk berdampingan.

"Tadi aku lelah sekali, Kak, makanya ketiduran di sini, ya, maaf!" jelas Karina seraya mempertunjukkan puppy eyes.

"Ayo, ke atas!" ajak Devan.

Gadis itu lalu mengekori langkah sang Kakak menuju ke ruang kerjanya.

"Hai, Kak Husna!" sapa Karina saat melewati meja kerja sekretaris Devan.

"Hai, cantik!" balas Husna dengan senyuman.

Devan masuk ke ruangan lebih dulu, lalu diikuti adik perempuan satu-satunya.

"Kamu pulang darimana, atau mau kemana?" tanya Devan setelah keduanya duduk di kursi tamu.

"Aku tadi pulang interview, Kak, terus kata Anton dia mau jemput, nyuruh aku nunggu di pinggir jalan. Eh, ternyata lama nggak nongol-nongol, daripada BT, aku putusin buat naik bis. Pas aku ngeluarin dompet malah dijambret sama dua orang cowok naek motor," jelas Karina dengan raut wajah serius.

"Terus, gimana nasib dompet kamu?" tanya Devan.

"Beuh, Kakak malah nanyain dompet, tanyain mah adiknya, kamu nggak apa-apa? Gitu, ih!" protes Karina.

Devan tersenyum geli melihat adiknya kesal.

"Terus itu kamu bisa sampe sini gimana?" kembali Devan bertanya pada adiknya.

"Aku ditolongin sama seseorang, nggak jelas dia cewek apa cowok, soalnya pake helm, wajahnya ketutup, terus pake jaket kulit warna hitam, kaya depkolektor gitu, Kak."

Devan mengernyitkan keningnya, jarinya memberi kode untuk Karina agar meneruskan ceritanya.

"Ah, Kakak, udah kaya ngintrogasi klien aja," gerutu Karina.

Namun tak ayal dia pun menceritakan semuanya, termasuk perkelahian antara si Jaket Hitam dan dua jambret itu.

"Gitu, Kak, ceritanya," pungkas Karina.

"Widiiiihh, kereeeen tuh cerpennya," goda Devan.

"Busyet deh, punya Kakak gini amat, ya! Adeknya dijambret malah dibilang bikin cerpen, mendingan aku pulang, ah," kesal Karina.

Gadis itupun beranjak dari tempat duduknya, namun tangannya ditarik Devan, hingga bokongnya kembali mendarat di kursi.

"Gitu aja ngambek," ujar pengacara itu sambil tersenyum.

Karina tak membalas, bibirnya kembali maju beberapa senti dari batas normal.

"Ya, maaf, maaf, tadi Kakak cuma bercanda. Alhamdulillah kalo kamu baik-baik aja, dan dompet kamu udah balik lagi. Cuma itu orang yang nolongin kamu, siapa yah?" tutur Devan.

Gadis bermata biru itu hanya menggelengkan kepalanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!