Dia Jodoh Ku
Natasya Effendi atau biasa di panggil Tasya merupakan salah satu karyawan dari bank swasta termuda. Karena di usianya yang baru menginjak 21thn dirinya sudah bekerja. Otaknya benar-benar di gunakan dengan baik. Begitu juga dengan sang Adik yang memiliki otak yang juga sama encernya.
Raya Effendi adalah adik Tasya. Usia mereka hanya terpaut dua tahun saja. Sama halnya dengan Tasya, Raya pun menargetkan kuliahnya selesai di tahun ini. Hanya saja, sebagai calon dokter dirinya masih harus berjuang untuk gelar dokternya.
Ayah Tasya dan Raya bekerja sebagai pegawai pemerintahan dan Ibu mereka hanya sebagai ibu rumah tangga. Ibu mereka Lidia mencurahkan diri sepenuhnya untuk suami dan anak-anaknya. Sebelumnya Lidia merupakan seorang karyawati di salah satu perusahaan.
"Kakak,,, Ayo cepet..." Teriak Raya setiap pagi.
Raya dan Tasya akan pergi bersama setiap paginya. Mengingat tempat Raya kuliah melewati tempat Tasya bekerja.
"Adik, kenapa selalu berteriak Nak?" Tegur Ibu Lidia dengan lembut.
"Kakak tuh Bu lama." Raya.
"Astaga! Iya-iya ini udah selesai kok." Tasya.
"Sudah sana pergi nanti kalian terlambat." Ibu Lidia.
Setelah berpamitan mereka pun pergi bersama menggunakan mobil milik Tasya yang di belinya dari hasil uang nya sendiri. Walaupun masih dalam cicilan namun Ibu dan Ayah nya bangga padanya. Raya akan membawa mobil Tasya seperti biasanya karena Tasya masih belum berani mengendarainya sendiri.
"Nanti di jemput jam berapa?" Tanya Raya saat Tasya sampai di kantornya.
"Jam 4 seperti biasa." Tasya.
"Oke. Nanti chat aja ya." Raya.
"Siap. Klo Adik repot nanti biar Kakak naik taksi aja." Tasya.
"Oke... Bye..."
Setelah Kakaknya masuk Raya pun melajukan mobilnya meninggalkan kantor Tasya.
Tasya pun menjalankan pekerjaannya dengan lancar. Siang hari saat jam makan siang Doni kekasihnya mengirimkan chat yang mengatakan jika dia akan menjemput Tasya saat pulang kerja. Tasya pun segera mengirimkan pesan pada Raya jika dirinya akan pulang bersama Doni.
"Sya, lu beneran sama Doni?" Tanya Meli teman kerja Tasya.
"Hm,, gw udah kenal dia lama Mel sebelum gw pacaran sama dia." Tasya.
"Tapi, kenal lama ga ada jaminan loh Sya sama yang baru kenal." Meli.
"Iya sih. Tapi, sejauh ini kita masih baik-baik saja kok Mel." Tasya.
"Semoga tetep baik-baik aja ya Sya." Meli.
Bukan hanya Meli. Bahkan sahabat-sahabat Tasya sudah beberapa kali memperingati Tasya jika Doni bukan pria yang baik untuk Tasya. Namun, bukan Tasya namanya jika dia percaya begitu saja, karena Tasya selalu berfikiran positif terhadap apapun termasuk kepada Doni.
Rosa sahabatnya yang kini tinggal di kota yang berbeda dengan Tasya karena turut suami selalu mengingatkan Tasya tentang Doni. Namun, Tasya selalu mengenalnya walaupun tak dapat di pungkiri jika sesekali dirinya pun pernah berfikir tentang apa yang di katakan sahabatnya.
"Sya, belum pulang?" Tanya Meli yang baru saja keluar dari kantor setelah menyelesaikan rapat dadakan di devisinya.
"Belum, lagi nunggu jemputan." Tasya.
"Ya udah gw anter aja yuk." Meli.
"Ga usah. Nanti malah kasian yang jemput gw." Tasya.
Meli pun pulang meninggalkan Tasya sendiri. Tasya masih duduk manis di depan kantornya. Tasya melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul 5 sore. Sudah satu jam dirinya menunggu Doni. Tapi, hingga saat ini Doni belum juga menampakkan batang hidungnya bahkan ponselnya tak dapat di hubungi.
Tepat pukul 6 sore Tasya memutuskan untuk pulang. Bahkan hingga Tasya selesai membersihkan dirinya di rumah hingga selesai makan malam bersama keluarganya tak ada kabar juga dari Doni. Raya dan kedua orang tuanya tak banyak bertanya pada Tasya karena mereka tau seperti apa Doni sebenarnya hanya saja semua tak ingin membuat Tasya kecewa.
Sebelum memejamkan matanya sekali lagi Tasya melihat layar ponselnya belum ada juga notifikasi pesan atau apapun dari Doni untuknya. Tasya pun sudah beberapa kali mengirimkan pesan pada Doni menanyakan tentang keberadaannya.
"Kamu kemana sih Yang." Batin Tasya.
Kemudian, Tasya pun memutuskan untuk tidur tanpa menunggu lagi chat dari Doni.
Pagi hari Tasya mendapatkan notifikasi pesan dari Doni yang meminta maaf karena kemarin tidak jadi menjemput Tasya. Tasya pun tak mempermasalahkannya. Tasya tak pernah marah sedikitpun pada Doni dan selalu memaafkan apapun kesalahan Doni.
"Kak, hari ini aku libur. Kakak mau bawa sendiri mobilnya atau mau Adik antar?" Raya.
"Kakak bawa aja deh Dik mobilnya." Tasya.
"Kamu hati-hati ya Kak bawa mobilnya. Pelan-pelan aja." Ibu Lidia.
"Iya Bu. Kakak hati-hati kok nanti." Tasya.
"Nanti klo takut telfon Adik aja. Nanti Adik ke kantor Kakak." Raya.
"Iya. Kalian tenang saja." Tasya.
"Ayah antar saja klo Kakak mau." Ayah Effendi.
"Ngga Ayah sayang. Kakak bisa kok." Tasya.
"Ya, udah ga apa-apa Bu, Yah. Lagian mobilnya juga kan punya Kakak. Jadi, biar Kakak belajar juga. Masa bisa beli mobil ga bisa bawanya." Ledek Raya.
"Iya-iya Kakak bawa sendiri mobilnya. Nanti biar Kakak masukin tas plastik." Tasya.
"Hahaha...."
Semua pun tertawa melihat tingkah Tasya. Tasya memang paling tak mau membawa kendaraan sendiri baik itu mobil maupun motor. Tasya memiliki trauma tersendiri dalam mengemudikan kendaraan apapun itu. Tasya pernah kecelakaan bersama Opa dan Omanya yang mengakibatkan kehilangan Opa nya untuk selama-lamanya. Tasya juga pernah kecelakaan dari motor saat di bonceng oleh teman sekolahnya dulu.
Itu semua membuat Tasya selalu takut dalam menjalankan kendaraan apapun. Walaupun Raya selalu mengejeknya namun Tasya tak perduli. Daripada memaksakan kemudian celaka lebih baik tidak itu prinsipnya.
"Jangan lupa baca do'a Kak. Terus tenang jangan gugup." Raya.
"Iya Dik. Udah sana ih masuk jangan pada liatin gitu." Tasya.
"Ibu kan mau mengantarkan Ayah pergi bekerja." Ibu Lidia.
"Isshh... Iya deh iya." Tasya.
"Awas jangan gugup Kak." Raya.
"Iya ih bawel." Tasya.
Kemudian Tasya memasuki mobilnya dan mulai menyalakan mesinnya. Tasya menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang hingga sampai di kantornya. Meli pun senang melihat Tasya berani menggunakan mobilnya sendiri.
"Gitu dong Sya pake sendiri." Meli.
"Iya Mel, Adek gw libur jadi terpaksa gw bawa sendiri." Tasya.
"Kalo bawa sendiri gini kan jadi perlu nungguin jemputan. Lu bisa pulang kapan pun kan." Meli.
"Iya Bu Iya..." Tasya.
Mereka berdua pun memasuki gedung tempat mereka bekerja setelah memarkirkan kendaraan mereka masing-masing. Tasya bertugas sebagai custumer servis sedangkan Meli sebagai Teller. Mereka sama-sama baru bekerja selama satu tahun di bank tersebut. Tasya lebih dulu masuk setelahnya baru Meli membuat keduanya saling akrab.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Mutiara Destianny
Tasya harus dengerin kata sahabatttt
2023-06-29
0
lovika
cowoknya tasya pasti selingkuh
2023-05-19
0
mika ❤
mampir di karya baru thor..ini bukan tasya anak gembala kan 🤭
2023-05-03
0