Semenjak Doni kekasihnya mengirimkan pesan akan menjemputnya tak ada lagi kabar darinya selain permintaan maafnya di kemudian hari setelah itu Doni bak di telan bumi. Bahkan semua pesan yang Tasya kirimkan tak mendapatkan respon apapun dari Doni. Walau Tasya merasa gelisah dan khawatir namun Tasya mampu menyembunyikan perasaannya.
"Kak, bulan depan adik wisuda sarjana. Kakak bisa kan hadir?" Raya.
"Iya Kakak usahakan. Nanti Kakak ajukan ke kantor tanggal yang adik kasih itu." Tasya.
"Kok belum di ajukan Kak?" Raya.
"Kemarin kan Adik kasih informasi sore, staf sudah sebagian pulang hari ini sabtu Kakak libur besok hari minggu jadi Kakak bisa infokan senin besok." Tasya.
"Terus kalo ga bisa gimana?" Raya.
"Belum juga coba udah menyerah. Berdo'a saja agar Kakak bisa menghadiri wisuda sarjana Adik." Tasya.
"Aamiin."
Tasya dan Raya memang sangatlah senang berada di rumah dan melakukan banyak hal bersama Ibu mereka. Kali ini mereka berdua membantu sang Ibu membereskan rumah yang sedikit berantakan setelah renovasi kemarin. Ya, orang tua Tasya dan Raya merenovasi bagian rumahnyabagar terlihat lebih segar.
"Bu, Ibu jadi pergi dengan Ayah besok?" Tasya.
"Iya, Ayah kalian meminta Ibu untuk menemaninya." Ibu Lidia.
"Memangnya berapa lama Bu?" Raya.
"Paling hanya beberapa hari atau satu minggu paling lambatnya." Ibh Lidia.
"Itu mah lama dong Bu." Protes Raya.
"Memangnya kenapa? Kan ada Kakak, ada Bibi juga." Ibu Lidia.
"Yah, beda Bu." Raya.
"Sama saja. Jangan macem-macem ya. Ibu tidak bisa membiarkan Ayah pergi sendiri kalian tau sendiri Ayah sangat bergantung pada Ibu." Ibu Lidia.
"Ya.."
Jawab Tasya dan Raya bersamaan. Keduanya mengerti dan tau jika sang Ayah begitu tidak bisa berjauhan dengan Ibu mereka. Itu mengapa Ibu Lidia memutuskan untuk resign bekerja setelah menikah dan punya anak. Bukan tak bisa menyiapkan semuanya sendiri tapi Ayah mereka begitu tergantung pada sang istri.
"Ya udah, Ibu mau siapkan keperluan kami dulu ya." Pamit Ibu meninggalkan kedua putrinya.
Siang hari Raya tampak bersiap pergi. Tasya sedang bersantai menonton televisi.
"Mau kemana?" Tasya.
"Pergi sama Kak Galih." Raya.
"Huh... Pacaran mulu." Tasya.
"Kakak ga pergi sama Kak Doni?" Raya.
"Ngga. Dia ga bisa di hubungi." Tasya.
"Adik kan pernah bilang putus aja cari yang lain. Banyak loh yang mau sama Kakak. Kenapa sih Kakak masih pertahanin dia?" Raya.
"Yang suka banyak tapi..."
Belum selesai Tasya bicara Raya sudah memutusnya.
"Tapi apa? Perhatian? Ngga. Pengertian? Ngga. Apa coba? Jangan kan ngajak jalan. Adik tau pasti sekedar ngucapin selamat malam aja ngga." Kesal Raya.
"Ish... Kamu kenapa sih?" Tasya.
"Kakak tuh yang kenapa? Pasti Kakak di jampi-jampi tuh sama dia." Raya.
"Ih, mana ada kaya gitu." Tasya.
Tak lama Galih datang. Galih merupakan teman sekolah Tasya. Bisa di bilang sangat akrab dengan Tasya. Galih menyukai Raya sejak pertemuan pertamanya di rumah. Ketika Galih menjenguk Tasya yang sakit bersama teman-temannya yang lain.
Sejak itu Galih terus berusaha untuk mendapatkan hati Raya. Tak sampai di situ Galih pun harus berjuang mendapatkan restu dari Tasya untuk berdekatan dengan Raya. Sampai akhirnya Tasya merestui hubungan mereka. Untuk apa juga Tasya melarang jika keduanya saling suka mengapa tidak.
"Hai Kak." Galih.
"Ih, apaan sih Lu. Mau bawa adek gw kemana?" Tasya.
"Nonton dong Kak. Ngapain lagi anak muda malam minggu begini." Galih.
"Fuih... Ga bosen tuh nonton mulu. Bioskop nya juga bosen kali kalian datang melulu." Tasya.
"Dih, mana ada begitu? Yang ada mereka seneng karena kita jadi pengunjung setia." Raya.
"Ya udah sana pergi." Usir Tasya.
"Mending lu ikut aja deh Sya dari pada lu bete sendirian di rumah." Ajak Galih.
"Bener tuh. Ayo ikut aja." Raya.
"Ngga ya. Yang ada gw jadi nyamuk kalian." Tasya.
"Ngga gw janji." Galih.
"Iya. Ayo cepet dandan. Jangan lama-lama ya, nanti kita telat nontonnya." Raya.
Galih pun segera memesan tiket nonton melalui aplikasi. Sambil menunggu Tasya bersiap. Raya selalu tak keberatan jika mereka pergi bertiga karena menurutnya itu lebih mengasyikkan ketimbang hanya pergi berdua. Karena sejauh ini Galih pun bersikap sopan terhadap Kakaknya.
Setelah bersiap dengan dres pendek selutut dan sepatu sneakers nya Tasya pun turun dan menghampiri adik dan calon adik iparnya. Tak lupa tas slempang yang biasa dia gunakan. Rambut panjangnya di ikat begitu saja.
"Astaga! Kakak ku cantik sekali. Sayang punya pacar matanya buta." Raya.
"Hus kamu ini. Jangan lupa dia temanku juga." Galih.
" Temen ga ada akhlak." Raya.
"Hahahaha..."
Raya dan Galih tertawa bersama.
"Lagian lu ga bisa cari cowok lain Sya selain dia?" Galih.
"Udah ih, kita mau jalan apa bahas dia nih?" Tasya.
Mereka pun jalan bersama. Tasya selalu jalan lebih lambat dari keduanya karena Tasya tak enak jika harus jalan bersama. Tasya tak ingin merusak suasana mereka berdua. Sampai studio mereka sedikit terlambat walau film yang akan mereka tonton masih belum di putar. Tapi, lampu di dalam studio telah padam hanya cahaya dair layar yang membantu penerangan.
"Lu mau duduk di mana?" Galih.
"Hadeuuuh... Gw di sini aja deh sana lu di pojok adek gw di tengah." Tasya.
"Kakak aja yang di pojok biar kita jagain." Raya.
"Iya Sya ntar ada yang macem-macemin lu lagi." Galih.
"Terserah kalian aja deh." Tasya.
Tasya pun duduk di pojokan seperti yang di tunjukkan. Raya dan Galih fokus pada layar sementara Tasya masih fokus pada layar ponselnya. Tasya masih berharap Doni menghubunginya. Saat suasana hening Tasya dan Raya mendengar suara yang tak pantas mereka dengar begitu juga dengan Galih.
Ketiganya saling tatap kemudian Raya akan menolehkan kepalanya ke belakang namun Galih menahannya begitu juga dengan Tasya dan Raya yang menahannya. Akan tetapi rasa penasaran itu selalu muncul di antara Raya dan Tasya dengan saling tatap kemudian keduanya kompak menolehkan kepala mereka ke belakang.
Duaarrr.....
Bagai di sambar petir. Sesuatu yang tak seharusnya mereka lihat terutama Tasya lihat akhirnya terlihat dengan jelas oleh keduanya. Tasya terdiam membeku sementara Raya dengan cepat meminta Gakih untuk melihat ke belakang. Galih pun menoleh seperti yang di minta kekasihnya.
Galih menatap Tasya yang diam membeku dengan lelehan air mata di pipinya. Raya berusaha membalikkan badan Tasya kembali menghadap ke depan. Kini fokus mereka kembali ke depan. Raya meminta maaf pada Tasya karena telah memintanya ikut tadi. Raya pun mengajak Tasya pulang walau film yang mereka tonton belum usai.
Galih dan Raya merasa tak enak tentu saja karena mereka lah yang meminta Tasya ikut serta. Kini film yang mereka tonton kacau balau dengan Keadaan Tasya yang tak mau di ajak pulang. Tasya ingin menunggu hingga film usai dan melihat dengan jelas siapa perempuan yang bersama dengan Doni kekasihnya.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
shania
tak pantas dipertahankan pria seperti doni
2023-05-15
0
mika ❤
doni selingkuh nih,putusin sya banyak yg mau sama kmu
2023-05-03
0