Nona Milik Tuan Mafia!

Nona Milik Tuan Mafia!

PROLOG

Pagi hari di salah satu bandara Internasional yang berada di Negara Indonesia, seorang wanita cantik berpakaian casual tampak sedang menunggu seseorang dengan banyak barang yang dibawanya.

Ia mengernyit, mengotak-ngatik benda segi empat yang dipegangnya.

Tampaknya ia sedang kesal karena suatu hal.

'Yang benar saja, apa tidak ada seorang pun yang menjemputku?' Tanya wanita yang kesal itu dalam hatinya.

Sudah 30 menit dia menunggu dan tidak ada seorang pun yang menjemputnya. Padahal ia sudah mengabari tentang kepulangannya pada sang Ayah.

'Apa aku telepon Pak Karman saja ya?' Tanyanya dalam hati.

Pak Karman tak lain adalah sopir pribadinya.

Sebenarnya ia ragu apakah boleh merepotkan pria tua itu? Terakhir kali mereka bertemu, Pak Karman sudah sakit-sakitan.

Ia mana tega memanggil Pak Karman datang sepagi ini untuk menjemputnya.

Tetapi tak lama kemudian,

Tin Tinnn—

Bunyi sebuah klakson mobil terdengar.

Disha melihat ke arah mobil itu, dan betapa leganya ia saat melihat seseorang yang amat dirindukannya sedang tersenyum lebar menyambutnya.

"Halo Disha, apa kabarmu?" Tanya Pria itu.

Pria itu mematikan mesin mobilnya sejenak, lalu turun untuk menyambut wanita cantik yang sepertinya sudah lama menunggu.

Setelah pria itu turun, Disha berlari kecil ke arah pria itu dan memeluknya dengan hangat.

"Kabarku baik Paman. Paman apa kabar?"

"Seperti yang kau lihat, aku baik."

Setelah itu, mereka melepas pelukan itu untuk lanjut berbincang.

"Belvina?"

"Yah, bocah itu baik-baik saja."

"Lalu, Ibu?"

Saat menanyakan itu, raut wajah Disha yang tadinya cerah bahagia berubah sendu.

"Seperti kabar yang kau dengar, ia sudah mulai membaik. Tenang saja, takkan ada hal buruk terjadi padanya." Ucap pria itu menenangkan keponakannya.

Mendengar itu, Disha mengangguk sambil tersenyum.

"Oh ya Paman, apa Paman tidak sibuk? Kenapa Paman yang menjemputku?"

"Yah, kebetulan aku habis dari mansion Ayahmu dan mendengar kabar kepulanganmu. Jadi kupikir sekalian saja aku yang menjemput."

Disha mengangguk.

Setelah perbincangan kecil itu, mereka pun membereskan segalanya untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Kau mau Paman antar langsung ke rumahmu?" Tanya pria itu sambil fokus mengendarai mobilnya.

"Tidak, kita ke mansion Paman saja. Aku rindu Belvy." Jawab Disha yang duduk di samping Pamannya.

"Baiklah."

...🥀🥀🥀...

Cukup lama berkendara, pria itu kemudian memberhentikan mobilnya di depan sebuah minimarket.

"Tunggu sebentar ya, ada yang mau Paman beli." Ucap pria itu.

"Baik Paman, jangan lama-lama ya."

"Oke."

Karena Disha merasa akan bosan jika menunggu di dalam, jadi dia memilih untuk menunggu di luar.

Ia duduk di bangku yang terdapat di depan minimarket itu.

Saat menunggu dan melihat-lihat area sekitar, matanya menangkap seorang nenek yang tampak sedang menjual gantungan-gantungan kunci.

Nenek itu berjualan dengan duduk di kaki lima. Ia tampak kurus dan menyedihkan.

Dari tadi memperhatikan, tak ada seorang pun yang membeli jualannya, bahkan hanya untuk sekedar melihat.

Itu wajar, karena gantungan kunci yang dijual nenek itu memang biasa saja.

Tidak ada yang istimewa.

Namun hati kecil Disha tergerak oleh belas kasihan. Jadi ia berniat untuk memborong seluruh jualan si nenek.

"Permisi nek, harga gantungan kunci ini satunya berapa?" Tanya Disha sambil tersenyum ramah.

Sungguh, hati Disha terenyuh saat melihat ekspresi nenek itu yang tersenyum sambil menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Seribuan aja nak." Jawab nenek itu.

"Ah, kalau gitu aku beli semuanya ya nek."

"Benar nak?"

"Iya nek."

"Wahh terimakasih ya nakk... Akhirnya Nenek bisa makan hari ini..." Ucap nenek itu penuh syukur sambil meneteskan air mata penuh haru.

"Iya nek, sama-sama. Semuanya berapa nek?"

"Lima puluh ribu nak."

Disha pun mengeluarkan selembar uang merah dari dompetnya, lalu memberikannya pada nenek itu.

"Gak ada uang pas, nak? Nenek gak punya kembalian."

"Ga usah nek, kembaliannya untuk nenek aja."

"Terimakasihh yaa."

"Iya nek."

Nenek itu kemudian memberikan semua barang belian Disha.

Karena Disha tak kunjung melihat pamannya keluar dari minimarket itu, jadi ia memutuskan untuk menemani si nenek berbincang sambil membantunya beberes untuk pulang.

"Nak, apa kamu percaya sama ramalan garis tangan?" Tanya Nenek itu sambil beberes.

"Emmm... Mungkin... Sedikit?"

Nenek itu tersenyum mendengarnya.

"Apa kamu mau nenek bacakan? Hitung-hitung kamu udah baik sekali sama nenek. Nenek juga pandai baca garis tangan loh." Tawar sang nenek.

Sebenarnya Disha ingin menolaknya, tapi ia takut menyakiti perasaan nenek itu.

'Yasudahlah, toh aku juga gak percaya yang beginian.' Ucapnya dalam hati.

"Boleh..." Jawab Disha sambil mengulurkan tangan kanannya.

Nenek itu meraih tangan Disha, lalu mengelus telapak tangannya.

"Apa kamu yakin mau mendengarnya?" Tanya nenek itu memastikan.

'Ada apa? Kenapa suasananya menakutkan begini? Apa masa depanku jelek?' Pikir Disha.

"Yakin Nek." Ucap Disha tersenyum canggung.

Nenek itu pun mulai membacanya.

"Nenek lihat, kamu akan mengalami masa-masa yang berat. Kamu akan kehilangan beberapa orang yang kamu cintai. Satu untuk selamanya, dan sisanya kemungkinan akan kembali ke sisimu."

Degg—

Perkataan itu seolah menendang keras jantung Disha.

Meski tidak mempercayai ramalan, entah kenapa kalimat itu mengusiknya.

"Tapi itu bukan akhir dari segalanya. Nenek lihat, kamu akan bertemu dengan seseorang yang jauh lebih berharga dari yang lain. Pertemuanmu dengannya akan menyelamatkan banyak orang. Dan kamu—"

"Cukup." Potong Disha sambil menarik tangannya dari nenek itu.

Sadar dengan sikapnya yang tidak sopan, Disha menunduk dan meminta maaf.

"Sepertinya Pamanku sudah kembali. Kalau begitu aku pamit nek. Terimakasih, dan semoga nenek bahagia selalu."

Disha pergi begitu saja, sementara nenek itu diam dan tersenyum menatapnya.

Di mobil, Disha mendengus kesal, "Inilah kenapa aku benci diramal-ramal, buat overthingking aja!"

Tidak lama kemudian, sang paman kembali, dan mereka pun pergi dari tempat itu.

"Aku tidak sabar melihat akhir dari kisahmu nak. Kamu akan menolong orang itu. Kamu akan menariknya dari kegelapan terdalam. Tolong selamatkanlah dia."

Ucap nenek itu sambil menatap kepergian Disha dengan pandangan yang sulit diartikan.

Terpopuler

Comments

Griselda Nirbita

Griselda Nirbita

ya ya author aku mampir... awal yg menarik

2023-09-29

0

Penelop3

Penelop3

Disha baik hati

2023-08-09

0

Penelop3

Penelop3

Jadi pengen punya mansion 😁😁

2023-08-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!