MENCURIGAKAN!

...Kamu adalah alasan dimana aku tidak bisa menjadi diriku sendiri!...

...-Belvina...

.......

.......

...***...

"Apa Ibu baik-baik saja?"

"Iya, Ibu sudah lebih baik. Bagaimana kabarmu Disha?" Wanita lemah itu bertanya menatap putrinya penuh arti.

"Disha juga baik Bu. Disha baru saja lulus dengan predikat terbaik loh..."

"Iya, Ibu sudah tahu. Ibu bangga sama kamu." Ucap wanita itu sambil membelai rambut putrinya dengan lembut.

"Ng? Ibu sudah tahu? Dari siapa?" Tanya Disha bingung.

"Dari Ayahmu, dari siapa lagi?"

"Iya, pasti Ayah. Ayah pasti sering menemui Ibu sewaktu Disha di Korsel kan?" Tanya Disha bermaksud untuk memastikan.

Sebenarnya dadanya sedikit sesak ketika sang Ibu berkata begitu. Karena Disha tahu dengan jelas bahwa itu hanyalah kebohongan.

Ayahnya yang dingin itu tidak mungkin sering mengunjungi Ibunya, apalagi setelah insiden yang terjadi pada tahun-tahun yang lalu.

"Jangan khawatir sayang, Ayah selalu menemani Ibu kok." Ucap wanita itu menenangkan putrinya yang terlihat khawatir.

'Bohong. Ibu berbohong.' Ucap Disha dalam hatinya setelah melihat senyuman getir Ibunya.

Meski begitu, Disha tetap tersenyum untuk menyembunyikan kekecewaannya.

"Apa para Paman dan Bibi juga datang?" Tanya Disha lagi.

Degg

Mata wanita yang sedang sakit itu sedikit terbuka lebar mendengar pertanyaan tak terduga dari putrinya. Ia mulai tampak sedikit gugup.

"Ya, Kakak Ipar Marco sering jenguk Ibu." Ucap wanita itu sambil tersenyum membicarakan Paman Dish, yang tak lain adalah ayahnya Belvina.

"Apa hanya Paman Marco? Yang lain?"

"Aduh, kamu ini kenapa sih? Yang lain juga udah pasti kunjungi Ibu lah."

'Bohong, bohong lagi. Kakek juga tidak mungkin datang ke tempat ini.' Batin Disha.

Melihat putrinya yang sudah mulai terdiam entah memikirkan apa, wanita itu segera mencari topik pembicaraan untuk mencairkan suasana. Matanya tertuju pada bingkisan indah yang terletak di meja dekat sofa di ruangan itu.

"Sayang, apa itu untuk Ibu?"

Mendengar Ibunya yang tiba-tiba kembali bersuara, spontan Disha melihat dan mengikuti arah pandangan wanita itu.

'Ah, aku hampir lupa.' Batinnya.

"Iya Bu, itu Disha bawa jauh-jauh dari Korsel untuk Ibu." Ucapnya bangga.

Disha kemudian bergerak dari tempatnya duduk saat ini menuju bingkisan yang dibawanya itu.

"Wah, ini bagus... Ibu gak sabar mau pakai." Ucap wanita itu kagum melihat lembaran hanbok kualitas premium yang dipegangnya.

"Bu, Disha juga bawa ini." Ucapnya sambil mengeluarkan kotak berisi teh, ada *hangwa, ginseng, dan berbagai makanan ringan khas Korea Selatan lainnya.

(*kue yang berbahan dasar tepung beras, madu, minyak wijen, gula, dan beberapa jenis bahan yang lainnya.)

"Wah, Ibu lagi kepingin makan cemilan yang kamu pegang itu."

"Eumm... kalau yang ini tunggu Ibu lebih sehat lagi ya, soalnya kan Ibu baru bangun dari koma beberapa hari yang lalu. Disha takut Ibu kenapa-napa." Ucap Disha khawatir.

Disha kemudian meletakkan kembali oleh-oleh yang dibukanya itu, lalu ia berjalan ke arah Ibunya yang sedang duduk di atas Hospital Bed itu.

"Jadi, Ibu semangat ya sembuhnya." Ucapnya sambil tersenyum lembut penuh kehangatan.

Wanita yang sakit itu terharu. Ia memperlihatkan seberkas senyuman di wajahnya membuatnya terlihat semakin cantik saja.

Meski sakit, telihat pucat, lemah, dan kurus, siapa pun yang melihatnya pasti akan setuju bahwa wajahnya tetap cantik. Tidak heran kenapa Ayudisha Findy Mataya, terlihat begitu mempesona.

"Bu, nanti Disha izin pulang sebelum makan siang ya."

"Tumben?"

Disha menghela napas, lalu berkata dengan nada malas, "Kakek mengadakan kumpul keluarga, katanya makan siang bersama untuk mempererat tali persaudaraan."

Ibunya yang melihat mood putrinya tidak bagus, tergerak untuk mengusap rambut putrinya, lalu tersenyum lembut padanya.

"Tidak apa-apa, siapa tahu ada hal penting yang ingin disampaikan Kakekmu. Kamu kan bisa datang lagi besok-besok." Ucap wanita itu menyemangati.

"Iya Bu..." Balas Disha dengan tersenyum lembut.

...🥀🥀🥀...

Di tempat lain...

(Dialog dengan huruf miring adalah percakapan dalam Bahasa Inggris.)

"Aku tidak tahu apa pun soal wanita itu."

Kata seorang wanita yang tampak sedang berbicara dengan seseorang di balik handphonenya.

"Bagaimana bisa kau tidak tahu, padahal kau sudah kutempatkan di sana?!"

"Sudahlah, jangan marah dulu. Aku akan lebih berusaha lagi." Bujuk wanita itu sambil mengawasi situasi di sekelilingnya.

Seseorang di balik telepon itu kemudian terdengar menghela napasnya kasar.

"Baiklah Anastasya, cari tahu tentang wanita itu secepatnya! Kita harus menghilangkan bukti, sebelum anak itu menjangkaunya lebih dulu!" Perintah orang itu.

"Iya, i—"

"Mommy?"

Tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan itu. Dia adalah seorang gadis muda yang manis. Kehadirannya membuat wanita yang bernama Anastasya itu tersentak dan menghentikan percakapannya.

"Be-Belvina—Ah, sudah dulu ya. Nanti akan kukabari lagi." Anastasya memutuskan panggilan itu saat putrinya masuk ke ruangan yang sama.

Dengan tatapan yang jelas menaruh curiga, gadis muda yang bernama Belvina itu berjalan santai mendekati Mommynya.

"Mommy lagi telpon siapa? Kok telponannya kayak bisik-bisik gitu?" Tanya Belvina.

Glekk

Anastasya gugup, kepalanya memanas memikirkan sebuah alasan yang setidaknya dapat mengeluarkannya dari situasi ini.

"Kamu ini kok tanya-tanya gitu sih? Ini teman Mom tahu, dia minta ketemu siang ini mau bahas soal kerjaan. Tapi Mommy tolak karna makan siang keluarga lebih penting." Kilah Anastasya pada Putrinya.

"Apa iyaa??" Belvina tersenyum menggoda Mommynya sambil menaik-turunkan alisnya.

"Dasar anak nakal!" Ucap Anastasya mencubit pelan hidung mancung milik putrinya itu.

Anastasya menggaet tangan Belvina. Ia membawanya berjalan ke arah sofa yang ada di ruangan yang cukup luas itu, lalu mereka duduk berhadapan.

"Jadi kau mau apa mencari Mommy?" Tanya Anastasya.

"Mommy, Belvina boleh gak ikut makan siang bersama?" Tanya Belvina dengan wajah memelas menatap Mommynya.

"Tidak. Jawabannya tetap sama, Belvy."

"Tapi Mo—"

"No, gak ada tapi-tapian. Lagian gak ada yang menarik dari makan siang itu. Mereka itu musuh-musuh kita, kamu pikir kamu akan dimanja kalau datang ke sana?" Jelas Anastasya.

"Tapi Disha bukan musuh Belvy, Mommy."

Anastasya menghela napasnya.

"Jangan terlalu percaya pada keluargamu, Belvina. Mommy udah bilang jangan bergaul sama Disha. Anak itu bukan sekutumu, dia berbahaya." Jelas Anastasya menatap putrinya lekat-lekat.

"Kau harus dengarkan Mommy, Belvina. Jangan buat Mommy mengulang kata-kata ini lagi. Atau Mommy akan menghukum kamu, dan beri pelajaran pada si Ayudisha itu. Mengerti?!" Tegasnya.

'Kenapa Mommy benci sekali dengan Disha?' Tanya Belvina dalam hati.

"Ah, disini kalian rupanya." Ucap Marco yang tiba-tiba hadir di tengah-tengah Ibu dan anak itu.

Marco berjalan dengan sumringah menghampiri mereka berdua. Ia ingin tahu pembicaraan apa yang membuat kedua wanita di hadapannya terlihat begitu serius.

"Kalian sedang apa?" Tanyanya sambil bergerak mengambil tempat duduk di samping Belvina.

"Kami sedang membahas masalah pekerjaan, sayang."

Anastasya mengambil inisiatif untuk menjawab pertanyaan itu deluan sebelum putrinya. Itu karena Ia takut Putrinya memberitahukan pembicaraan mereka barusan pada Marco, dan Marco sudah pasti akan memarahinya.

"Oh. Jika kau kesulitan, Daddymu ini juga bisa membantumu." Ucap pria kekar itu sambil mengedipkan matanya sebelah kepada putrinya.

Belvina hanya membalas Daddynya dengan senyuman.

"Well, Kamu gak mau ikut makan siang bersama di tempat Disha?." Tanya Marco pada Belvina.

Mendengar itu, Belvina spontan menatap ke arah Anastasya. Saat mata mereka bertemu, Anastasya menatapnya tajam dan mengelengkan kepalanya. Melihat itu, Belvina menjadi sedikit gugup. "Eung... I-itu..."

Belvina bingung harus menjawab apa. Di satu sisi Ia ingin sekali ikut pertemuan keluarga dan bertemu Disha. Sedangkan di sisi lain, ia takut dengan ancaman Mommynya sendiri.

Anastasya semakin menatap tajam Belvina.

Namun saat Marco melihat pandangan mata putrinya yang gugup ketika menatap ke arah Anastasya, Marco ikut melihat ke arah yang sama. Lalu seketika Anastasya melunakkan pandangannya.

"Kenapa lihat Mommy sayang? Jawab Daddymu." Ucap Anastasya lembut. Ia tidak ingin ketahuan Marco bahwa ia sedang memaksa putrinya untuk tidak ikut.

"Emm.. Dad, Belvina lagi banyak kerjaan. Kayanya Belvina gak bisa ikut lagi." Ucap Belvina menuruti kemauan Mommynya.

Marco berdecak kesal. "Kenapa kamu selalu sibuk kalau ada kumpul keluarga, Belvina? Apa kamu gak mau ketemu sama Disha?" Tanya Marco.

Ia heran kenapa putrinya itu selalu seolah menghindari acara kumpul keluarga sampai sekarang.

Marco menghela napas. "Ya sudahlah kalau begitu. Jika kesulitan, kamu boleh cari Daddy." Ucap pria itu sambil mengecup dahi Belvina dengan lembut.

"Oke Dad."

Setelah itu, Belvina meninggalkan Mommy dan Daddynya di ruangan itu. Ia sangat sedih karena Mommynya tak pernah mendengarkannya. Tapi meski begitu ia tetap menyayanginya.

Ia tak ingin kedua orangtuanya bertengkar karena dirinya. Jadi, selama ini Belvina selalu diam ketika Mommynya mengancam dan mengaturnya untuk tidak melakukan ini dan itu.

.

.

Terpopuler

Comments

nobita

nobita

like liek like

2023-09-29

0

Author15🦋

Author15🦋

knp sihh

2023-08-05

0

Author15🦋

Author15🦋

waduhh

2023-08-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!