...Hidup pada dasarnya berisiko. Hanya ada satu risiko besar yang harus kamu hindari dengan cara apa pun, yaitu risiko tidak melakukan apa pun....
...-LN...
.......
.......
...***...
(Dialog dan monolog bercetak miring adalah percakapan dalam Bahasa Italia.)
Romano berulang kali terdengar mendengus sambil berjalan meninggalkan balkon. Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya setelah ini.
Tetapi karena ini tugasnya, Ia harus bersabar dan menekan rasa takutnya, karena bukan sekali dua kali Ia menghadapi kemarahan tiran seperti tuannya itu.
Tok Tok Tok
Romano mengetuk saat telah sampai di depan ruangan yang ditujunya. Di depan pintu besar berwarna hitam itu, Ia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menghadapi sosok tiran di balik pintu itu.
"Permisi Tuan, Ini saya Romano." Katanya.
"Masuklah."
Terdengar samar suara dari balik pintu itu yang menyuruh Romano untuk masuk. Tak ingin membuat Tuannya menunggu lama, Romano pun masuk.
Glek...
Tanpa sadar, Romano tertegun di ambang pintu ruangan yang tampak temaram itu.
Kacau,
Seisi ruangan itu benar-benar seperti kapal pecah sekarang. Pecahan kaca, berkas, dokumen, buku, semuanya berserakan kesana-kemari.
Pasti pria yang tengah berdiri membelakanginya itu, adalah penyebab semua kekacauan ini. Begitulah pikir Romano.
Untuk sesaat, Romano merasa lega karena ia tak harus menyaksikan kekacauan ini secara langsung beberapa waktu yang lalu.
Namun ia tetap harus waspada pada sahabatnya yang tampak sedang tidak baik-baik saja itu.
...
"Kukira ini adalah penyamaran terakhirku."
Pria yang masih menatap pemandangan di balik dinding kaca itu akhirnya bersuara memecah keheningan.
Pria itu tampak mengenakan kemeja putih dengan lengan kemeja yang digulung sebatas sikunya, sehingga memperlihatkan otot serta guratan urat di tangannya.
Betapa kokohnya tangan itu. Tangan yang membuat ruangan yang cukup luas itu kini tampak sangat kacau.
"Laporkan apa yang kau temukan." Perintah pria itu.
Romano kemudian berjalan dengan hati-hati mendekati meja tuannya itu, lalu mengeluarkan benda segi empat dari balik jasnya.
"Semua laporannya sudah saya muat dalam berkas ini Tuan. Intinya, mereka kemungkinan sama kuatnya seperti kita. Melihat pergerakan mereka yang tersusun rapih selama belasan tahun ini, dan segala keberhasilan mereka dalam menghindari rencana kita, saya rasa itu bukan sekedar kebetulan saja. Saya curiga ada pengkhianat yang membocorkan segala pergerakan kita." Jelas Romano dengan wajah yang benar-benar serius. Tidak terlihat rasa takut lagi di wajahnya itu.
Perasaan geram akan kemungkinan adanya seorang pengkhianat di antara mereka, membuatnya lupa akan rasa takutnya pada tuannya itu.
"Lalu usaha kita yang sampai menanamkan microchip, semua itu sia-sia?" Tanya pria itu tak terima.
Ia berjalan mendekat ke arah Romano agar bisa menjangkau berkas yang isinya lumayan banyak itu.
"Tidak, sepertinya bukan dari para anggota. Karena microchip itu dirancang dengan teknologi terbaik, jadi tidak mungkin ada cacat produksi. Dan sejauh ini, teknologi jenis ini hanya digunakan oleh kita." Jelas Romano dengan tatapan yakin.
Ucapan Romano bukanlah omong kosong belaka. Sudah sejak lama mereka menyepakati peraturan penanaman microchip pada bagian tubuh setiap orang yang mengabdikan dirinya pada sang pemimpin. Bisa dibilang itu adalah tradisi mereka.
Dengan adanya microchip itu, maka akan sangat mudah untuk mengendalikan, melacak, dan merekam setiap aktivitas para anggota.
Karena kecanggihannya, maka tak heran proses pembuatan teknologi itu pun memakan uang yang tak sedikit, sehingga sangat jarang ada orang yang mampu menggunakannya.
"Kalau begitu, kita harus lebih berhati-hati setelah ini. Ada beberapa orang yang tidak termasuk anggota yang sering berkunjung satu tahun terakhir ini, Iya kan?" Ucap pria itu memastikan.
Romano kemudian menganggukkan kepalanya, lalu berkata, "Anda benar sekali Tuan."
"Baiklah, akan kita bicarakan di rapat yang akan datang."
Pria berkemeja putih itu kemudian melangkah menuju tempat duduknya. Sambil menghisap cerutu, ia lagi-lagi memandang keramaian kota itu dari balik dinding kaca.
Terangnya lampu jalan dan Gedung-gedung kota seolah mengalahkan kilauan bintang di langit malam kota Milan, hingga pria itu bahkan enggan menatap langit.
"Oh ya Tuan, saya rasa Anda sudah tahu ini. Ini mengenai kematian pewaris Dimian Group. Perkataan pria itu memang benar, mereka tak ada hubungan apa pun. Saya dan yang lainnya sudah memeriksa latar belakang Dimian." Ucap Romano Kembali bersuara.
'****, pria ini malah mengingatkanku lagi.' Batin pria itu.
Pria itu menghela napasnya kasar, lalu memijit-mijit pangkal hidungnya yang mancung itu.
"Aku tahu Ano, Pewaris Dimian Group itu hanya umpan. Dan aku hampir saja terbunuh karenanya. Kalau si pewaris kita tangkap pun, dia tetap akan dibunuh untuk membuat kita menjadi tersangka pembunuhan." Balas pria itu.
'Ano?' Apa ini saatnya peranku sebagai sahabat dibutuhkan?' Tanya Romano pada dirinya sendiri.
Tap Tap Tap
Romano melangkah mendekati Tuannya yang masih duduk sambil menyemburkan asap cerutu dari mulutnya. Ia kemudian mengulurkan tangannya ke hadapan Tuannya itu, seperti akan meminta sesuatu.
Pria yang tengah menghisap cerutu itu mengangkat alisnya melihat tingkah Romano yang membingungkan.
"Kau tak mau membagi cerutumu Ello?" Tanya Romano dengan santainya.
"Hah, kukira kau mau meminta uang setelah kegagalan yang terjadi." Ucap pria yang dipanggil Ello itu sambil tertawa sinis pada Romano. Meski begitu, Romano tidak tersinggung atau sakit hati. Ia malah tersenyum menyeringai.
"Bukankah kau harus berhenti merokok? Aku kasihan melihat istrimu nanti, yang belum apa-apa akan ditinggal suaminya karna cepat mati." Sarkas Ello. Namun ia tetap menyodorkan cerutu mahal miliknya, dan tak lupa pemantiknya juga.
"Jadi kau mendoakan aku? Khawatirkanlah dirimu yang terus memukuli barang di sekitarmu saat sedang emosi. Aku khawatir kau dan istrimu lama-kelamaan akan jatuh miskin."
"Aku tidak akan menikah, sialan." Sanggah Ello. Ia tidak suka setiap kali sahabatnya itu menyinggung soal wanita, istri, dan pernikahan. Menurutnya itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah dilakukannya sampai ia mati.
"Yah, terserah kau saja... Aku yang pertama kali akan menertawakanmu ketika kau tiba-tiba memutuskan untuk menikah." Romano kembali menggoda Ello sambil menunjukkan ekspresi jahilnya.
Huufftt...
Tanpa aba-aba, Ello menghembuskan asap dari mulutnya ke wajah Romano. Asap cerutu itu sangat banyak menyambar wajah Romano, sehingga membuatnya terbatuk-batuk karena tidak sempat menghindar.
"Kalau begitu, tertawalah dalam kuburmu." Ucap Ello sesaat ketika menyemburkan asap cerutu dari mulutnya tadi. Ia pun kemudian melangkah menuju pintu keluar tanpa menghiraukan sahabatnya yang sudah terbatuk-batuk, akibat ulahnya.
'Brengsek! Sialan! Uhuk... Di-dia gila.'
Romano merutuki Ello yang sengaja melakukan hal itu padanya. Dan lagi pria itu malah langsung meninggalkannya sendirian dengan kondisi ruangan yang sangat kacau itu.
Apa dirinya juga yang harus membereskan ini? Pikirnya begitu.
Romano sesekali masih terbatuk dan mengibas-ngibaskan tangannya di udara untuk menghalau asap cerutu yang masih tersisa.
Ia heran kenapa asapnya begitu banyak, seberapa lama Ello mengumpulkan asap-asap ini dalam mulutnya tadi? Ia pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
.
.
.
"Ya Tuan? Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang wanita dari balik telepon intercom.
"Tolong bereskan ruangan kerja nomor satu milik Tuan Ello. Waktumu hanya 30 menit, mengerti?" Ucap Romano dengan tegas.
"Me-mengerti Tuan, saya akan ti—"
TUTT—
Belum sempat wanita itu menyelesaikan ucapannya, Romano langsung memutuskan panggilan itu.
"Membuang waktu saja, menjawab begitu sudah memakan waktu satu menit. Dasar tak berguna." Gumamnya kesal.
Sebelum pergi meninggalkan ruangan itu, tak lupa Romano mengambil berkas laporannya tadi, dan beberapa berkas penting lainnya di ruangan itu.
Ia harus memastikan agar ruangan itu benar-benar "bersih", tak meninggalkan jejak sedikit pun sebelum para pelayan itu tiba.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
nobita
tulisannya rapi... alurnya apik... semangat...
2023-09-29
0
Author15🦋
kesabaran setipis tisu di bagi 5
2023-08-05
0
Author15🦋
Gak suka lihat cowok yg ngerokok, meskipun dia mafia tertampan di dunia😌
2023-08-05
0