Happy Reading~ Nee~
!:sorry'bouttypo~ teehee~
🖌Problem
BRAK!!!
“Good morning my little sister!!!”
Lydya seketika membuka matanya dengan lebar karena terbangun dengan paksa. Dia mengerutkan dahinya dan menggeram tertahan. Lydya melirik jam digital di meja dan semakin menggeram saat jam masih menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Terlalu pagi untuknya bangun.
“A.YO BA.NG.UN SA.U.DA.RA.KU!!” teriak Ray sambil melompat-lompat di atas kasur Lydya.
Lydya yang sudah sangat kesal akhirnya bangun terduduk dan memukul kencang kaki kakaknya itu. Ray berhenti dari akhirnya dan menjatuhkan dirinya duduk di atas kasur. Ray tersenyum lebar dan Lydya hanya menatapnya datar.
“Ayo bangun. Mandi,”
Ray turun dari kasur Lydya dan keluar dari kamar adiknya itu.
“Oh ya! Hari ini aku yang a.kan me.ngan.tar.mu,” ujar Ray menutup pintu kamar Lydya dengan pelan.
Lydya membulatkan mulutnya tak percaya. Gawat. Kakaknya ini ingin mengantarnya ke sekolah. Terlalu berbahaya. Lydya meremas rambutnya ketika dia kembali mengingat sesaat sebelum Ray ke Australia.
Waktu itu, Ray juga mengantarnya ke sekolah dan kalian tau akhirnya. Sekolahnya seketika menjadi heboh bahkan selama beberapa minggu para murid perempuan selalu menghampirinya dan bertanya apapun tentang kakaknya ini.
🖌🖌🖌🖌🖌
Lydya berjalan mengendap-endap menuju garasi. Dia tengah menghindari sang kakak agar tak sampai diantar ke sekolah.
“Mami, Papi, aku berangkat,” gumam Lydya pelan.
Lydya memutar dengan perlahan handle pintu dan setelah berhasil, dia membukanya dengan pelan lalu dengan buru-buru dia keluar dan menutupnya dengan pelan kembali. Lydya menghembuskan napasnya lega.
dia segera memakai sepatunya dan dengan langkah riang dia berjalan menuju sepeda motornya yang terparkir dibelakang Range Rover kakeknya. Langkah Lydya terhenti saat dia melihat Ray sudah duduk di atas sepeda motornya sambil merapikan rambutnya.
“Apa ada yang kau butuhkan, nona muda?” tanya Ray seolah-olah dia juga terkejut akan kehadiran Lydya di sana.
Lydya tak menjawab apapun dan Ray hanya tersenyum.
“Hei! Kalian! Mau sampai kapan di sana? Kakak-kakakku tersayang cepat masuk, kurasa kita hampir terlambat,”
Leon menyembulkan kepalanya dari dalam mobil sedan hijau tua yang entah sejak kapan sudah terparkir di sana.
“Jadi, apa lagi yang anda tunggu nona muda? Mari masuk. Saya yang akan mengantar nona muda dan tuan muda,”
Lydya menghembuskan napasnya panjang dan dengan langkah lesu dia berjalan masuk kedalam mobil yang Lydya ingat kembali adalah mobil kakaknya yang dititipkan kepada teman Ray selama Ray berada diluar negeri.
“Lama,” ujar Leon saat Lydya sudah duduk di sebelahnya sedangkan Lydya hanya menghembuskan napasnya panjang, pasrah dengan keadaan.
“Ya... maaf,”
Leon hanya berdeham menjawabnya.
🖌🖌🖌🖌🖌
Mereka sampai di sekolah dan dengan terburu-buru Leon maupun Lydya segera keluar dari mobil. Leon maupun Lydya menghindar dari tatapan warga sekolah setelah mereka keluar dari mobil. Semua mata menatap mereka penasaran.
“Sial! Sudah ku duga hal ini akan terjadi,” ujar Leon pada Lydya yang berjalan didepannya.
“Ku pikir tadi kau berhasil kabur dari kakak,”
“Hmm.. Sama seperti mu,” ujar Leon geram.
“Kakak memang hebat,”
Lydya menghembuskan napasnya panjang begitupun dengan Leon.
“Lydya. Lydya. Lydya,”
Lydya maupun Leon sama-sama menghentikan langkah mereka karena dihadang oleh sekumpul murid perempuan yang menatap mereka penasaran.
“Lydya, itu tadi kakakmu, kan?”
“Iya. Iya. Ganteng banget,”
“Lydya, boleh kenalan gak?”
“Lydya, kenalkan ke kakakmu, dong,”
“Lydya,”
“Lydya,”
“Lydya,”
Begitulah beberapa pertanyaan yang bermunculan. Lydya hanya bisa tersenyum canggung. Dia ingin sekali segera pergi dari gerombolan perempuan-perempuan ini sedangkan Leon sudah berada jauh di depannya. Entah bagaimana cara kembaran nya itu kabur dari gerombolan wanita ini.
“Ehh..,”
Baru saja Lydya akan membuka mulutnya tetapi perempuan-perempuan di depannya ini malah saling melemparkan pertanyaan dan mulai bergosip ria di depannya. Cukup. Lydya sudah tidak tahan dengan suara mereka yang terdengar seperti segerombolan lebah.
“Non...,”
“Lihat! Itu kakak Lydya,”
Seketika perempuan-perempuan itu pergi dari hadapan Lydya yang baru saja akan membuka mulutnya untuk meminta para perempuan itu untuk pergi dari hadapannya. Lydya berdiri terdiam lalu membalikkan badannya dan tak jauh dari tempatnya berdiri, kakaknya sudah dikelilingi perempuan-perempuan tadi.
Lydya terdiam tak dapat berkata-kata. Ray melihat dirinya dan melambaikan tangannya tak lupa dengan senyuman lebar di bibirnya, Lydya membalas lambaian Ray.
“Kakak memang beda,”
Lydya menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Leon. Kakak mereka ini memang beda daripada yang lainnya.
Kringg~
Bel masuk pun berbunyi. Lydya dan Leon segera pergi dari posisi mereka sebelum Ray memberikan tatapan meminta tolong nya pada mereka. Dan sebelum hal itu terjadi maka mereka harus segera pergi.
Biarkanlah Ray sendiri yang mengurus para perempuan itu.
🖌🖌🖌🖌🖌
“Baiklah anak-anak sampai di sini dulu materi hari ini,”
Tanpa terasa jam pulang telah berbunyi. Lydya dan Leon buru-buru membereskan barang-barang mereka secepat mungkin. Tadi saat jam istirahat, masing-masing dari mereka mendapatkan pesan dari Ray kalau pria itu akan menjemput mereka dan sebelum Ray sampai di sini maka merekalah yang akan lebih dahulu pergi.
“Sudah?” tanya Leon dan Lydya mengangguk.
“Hera, ayo..,”
Lydya menyeret Hera yang baru saja akan menutup tasnya. Hera yang diseret paksa oleh Lydya hanya bisa pasrah mengikuti sahabatnya ini. Lydya, Leon, dan Hera berjalan meninggalkan kelas dengan hati-hati. Mengantisipasi jika saja mereka tiba-tiba bertemu dengan Ray.
“Kita lewat belakang,” ujar Lydya dan Leon maupun Hera hanya mengangguk.
Mereka sampai di area belakang sekolah yang di tembok tinggi. Leon pertama mengangkat Lydya untuk memanjat tembok lalu disusul Hera dan terakhir adalah dirinya.
“Mengapa kita harus lewat belakang?” tanya Hera tak mengerti mengapa dirinya terlibat dalam aksi panjat tembok belakang sekolah dengan si kembar.
“Ini karena kak Ray,” ujar Leon membersihkan celananya yang sedikit kotor saat dia mendarat tadi.
“Kakak Ray pulang? Kapan?”
“Kemarin dan dia berubah menjadi gila,” jawab Lydya asal.
“Siapa yang gila?!”
Tubuh Lydya dan Leon sama-sama menegang saat mereka mendengar suara yang sangat mereka kenal. Lydya membalikkan badannya dan memamerkan deretan giginya yang putih bersih pada kakaknya itu. Ray berdiri bersedekap dan menaikkan sebelah alisnya.
Lydya maupun Leon sama-sama mengumpat di dalam hati mereka. Bagaimana bisa Ray tau kalau mereka akan lewat belakang untuk menghindari pria itu. Ray menggerakkan kepalanya ke belakang dan seolah paham Leon maupun Lydya segera mengikuti Ray begitupun dengan Hera yang tidak tau apa-apa.
“Hei.. hei.. My Lily, sebenarnya ada apa ini?” bisik Hera pada Lydya.
“Kau tau kan kehebohan pagi ini?”
Hera menganggukkan kepalanya. Memang benar pagi tadi sekolah sangat ramai hanya karena kedatangan Ray yang tak diduga-duga. Entah bagaimana prosesnya tetapi kakak dari Leon dan Lydya ini sangat populer dikalangan pelajar di sekolah ini.
Hampir seluruh sekolah mengenal cucu pertama dari keluarga Sayudha & Mezzaluna ini. Hampir tidak ada yang tidak mengenalnya. Siapa yang tidak mengenal Raynaldi Adam Sayudha.
🖌🖌🖌TBC🖌🖌🖌
See ya next~ (⌒▽⌒)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Triana R
hadir lagi kak, semangatt ya
2020-08-04
1
akun nonaktifkan
Hai Thor, aku pengunjung baru 😁
Aku cuma kasih 5 like dulu dan rate juga🙏🏻
Mampir karyaku ya, sekalian like, dan rate 🥺🙏🏻
Pasti aku selalu mampir karya mu kok, kalau ada kamu komen eps dikaryaku😆
Tunggu aja🙏🏻
2020-07-30
1
Mei Shin Manalu
Semangat
2020-07-14
1