Neee~ Sekali up dua chapter ya per dua hari sekali..
Happy Reading~
!:sorry'bouttypo~ teehee~
🖌First Time, First Day
“Oh my lily, senang banget bisa satu kelas apalagi duduk bareng,”
Hera memeluk Lydya yang bertepatan duduk di sebelahnya. Hera sangat senang saat mengetahui Lydya adalah teman duduknya. Rasanya Hera tidak akan bosan jika Lydya lah yang berada di sebelahnya.
“Geli~”
Hera memutar kepalanya ke belakang dengan kesal tanpa melepaskan pelukannya pada Lydya. Hera memicingkan matanya tajam saat melihat Leon yang tengah bermain game duduk tepat dibelakang Lydya.
“Kau… Jangan bilang…,” ujar Hera menunjuk Leon.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel, Leon menganggukkan kepalanya dengan cepat. Hera membulatkan matanya dan menatap Leon tak percaya. Yang benar saja?! Hera kecolongan kali ini karena terlalu senang ketika Lydya duduk di sebelahnya.
“Biasa aja,” ujar Leon tanpa mengalihkan pandangannya membuat Hera mendengus.
“My Lily, kembaran mu ini pasti dulu orang pintar,” ujar Hera bersedekap dan menatap Leon sinis.
Lydya terkekeh dan menggelengkan kepalanya. Kembaran nya dan Hera ini memang sudah tidak akur sejak dulu. Dan banyak sekali kejadian lucu yang terjadi di antara mereka bahkan orangtuanya dan orangtua Hera sudah memaklumi tingkah mereka berdua.
“Hmm.. terkadang aku juga berpikir seperti itu,”
Lydya terkekeh dan melirik Leon sedikit untuk melihat reaksi kembaran nya dan benar seperti dugaannya. Leon akan menatapnya sekilas di setiap kegiatannya yang tengah dilakukannya jika Lydya sudah menyinggung hal yang Leon tidak sukai tetapi Lydya sendiri sangat suka mengungkit-ungkit hal-hal yang Leon tidak sukai.
Ekspresi yang akan Leon keluarkanlah yang membuat Lydya senang karena Leon termasuk orang yang acuh dan dingin jadi membuat Lydya merasa tertantang untuk menggoda Leon lebih dan lebih.
“Terserah!”
Seketika Lydya dan Hera mendengar jawaban pamungkas Leon jika pria itu merasa terpojok dan sudah tidak memiliki alasan lain untuk menjawab semua perkataan yang dilontarkan Lydya dan Hera.
“Eh? Leon, kan?!”
Lydya dan Hera meredakan tawa mereka saat tiba-tiba ada salah satu siswi perempuan yang menyapa Leon tetapi kembaran Lydya itu hanya berdeham dan tetap fokus pada ponsel nya.
Di dalam hati, Lydya dan Hera ingin sekali tertawa karena respons Leon yang sudah dapat ditebak, pastinya acuh tak acuh. Perempuan itu memberengut kesal dan mengalihkan pandangannya pada Lydya dan Hera.
“Lydya juga di sini?”
Lydya yang merasa ditanya menganggukkan kepalanya dan kelihatannya perempuan yang berdiri disebelah Leon adalah salah satu murid di kelasnya ini.
“Kenalkan Eliana, panggil aja Ana,” ujar perempuan itu mengulurkan tangannya dan langsung disambut Lydya dengan sopan walaupun dia benar-benar tidak tau dan tidak pernah melihat perempuan disebelah Leon.
“Kenalkan juga, Agnes,” sela murid perempuan lainnya, Lydya hanya menyambut tangan mereka dan tersenyum canggung.
Banyak murid perempuan yang tiba-tiba mendekati mereka, lebih tepatnya mendekati Leon dan ingin mengajak Leon berkenalan hingga membuat Lydya dan Hera merasa tak nyaman bahkan raut wajah Leon pun juga terlihat tak mengenakkan.
Karena banyak yang mengerumuni Leon membuat kembaran Lydya itu berdiri dari duduknya dengan tiba-tiba.
“Aku ke kantin dulu,”
Leon membelah kerumunan dan dengan langkah cepat segera meninggalkan kelas. Lydya dan Hera yang melihat itu terkekeh geli melihat Leon yang dengan cepat melesat pergi. Ternyata masih banyak juga yang ingin mendekati Leon dengan muka tebal padahal ini sudah satu tahun terlewati dan masih ada saja yang ingin berdekatan dengan Leon.
Setelah Leon meninggalkan kelas, kerumunan siswi-siswi itu pun juga membubarkan diri dengan perasaan kecewa mereka tetapi ada juga beberapa yang mengikuti Leon.
🖌🖌🖌🖌🖌
Lydya dan Hera berjalan sambil berbincang menuju kantin. Sesampainya mereka di sana, kantin sudah sangat penuh sesak oleh-oleh para siswa bahkan ramainya kantin sudah seperti di pasar. Semua suara berkumpul menjadi satu dan saling menyahut.
Lydya maupun Hera menggelengkan kepala mereka. Kedatangan Lydya dan Hera ke kantin adalah untuk mencari Leon yang entah sudah tenggelam di bagian mana karena penuhnya kantin.
Dua perempuan ini mengedarkan pandangan mereka tetapi tak kunjung menemukan keberadaan Leon. Lydya terus mengedarkan pandangannya hingga dari tempatnya berdiri dia menemukan keberadaan Leon yang tengah menyantap makanannya di pojok kantin.
Pantas saja dia tidak dapat ditemukan karena dia berada paling pojok. Lydya melangkahkan kakinya untuk menghampiri Leon.
“Lydya, awas!!”
Lydya mengejapkan matanya kaget saat Hera menariknya dengan tiba-tiba. Hampir saja Lydya menabrak orang jika saja Hera tidak siap siaga menariknya. Orang itu menghentikan langkahnya dan menatap Lydya tanpa kata membuat Lydya dan Hera mengerutkan dahi mereka bingung. Orang itu kembali melanjutkan langkahnya diikuti teman-temannya.
“My Lily.. syukurlah kau tak apa-apa,”
Lydya menatap Hera bingung tetapi Hera tidak sadar jika Lydya menatapnya penuh tanya dan malah membawanya menghampiri Leon. Hera langsung duduk didepan Leon dan menyambar es jeruk milik Leon dan meminumnya hingga tertinggal es batunya saja.
Leon yang kedatangan tamu tak diundang yang menghabiskan minumannya hanya menggelengkan kepalanya.
Pluk!
“Akh! Kok tiba-tiba mukul sih?!!” ujar Hera tak terima saat tiba-tiba saja Lydya memukulnya.
Lydya menggelengkan kepalanya lalu mengalihkan pandangannya pada Leon dan yang dipandang langsung membalas dengan menaikkan sebelah alisnya. Lydya tiba-tiba tersenyum membuat Leon menatapnya malas.
Leon mengambil uang lima puluh ribu dari dalam saku dan memberikannya pada Lydya. dia sudah sangat hafal dengan tingkah Lydya yang apabila tiba-tiba tersenyum padanya tanpa suara maka kalau kembaran nya ini tidak ingin meminta uang sakunya maka dia menginginkannya melakukan sesuatu.
Lydya terkekeh lalu menyeret Hera yang baru saja menyendokkan setengah telur bulat milik Leon ke mulutnya. Leon menghembuskan napasnya panjang, hidupnya selama 17 tahun ini memang penuh derita. dia sangat tersiksa dengan dua orang perempuan yang selalu di sekitarnya ini.
Tetapi di lain itu, dia sangat menyayangi dua perempuan ini setelah ibunya. Mereka adalah perempuan-perempuan yang paling berharga dalam hidupnya.
Lydya dan Hera kembali dengan kedua tangan mereka yang penuh makanan. Leon membulatkan matanya melihat beragam jenis makanan di atas meja. Dua perempuan di depannya ini memang sudah tidak sehat.
Tidak tepatnya inilah kebiasaan mereka, selalu membeli banyak makanan di kantin dan jika mereka sudah tidak kuat menghabiskannya maka ialah yang akan memakan semua makanan itu. Untung saja, dirinya ini termasuk orang dengan badan yang tidak mudah gemuk.
“Mengapa beli banyak sekali?” tanya Leon pada Lydya dan Hera yang mulai menyantap makanan mereka.
“Tidak boleh?” tanya Lydya balik.
“Bukan begitu. Kalau tidak hab...,”
“Tentu saja kau harus membantu,” sela Hera dengan senyum lebar tanpa dosanya membuat Leon menatap kedua perempuan itu datar lalu menghembuskan napasnya panjang.
“Terserah,” ujar Leon pasrah, Lydya dan Hera terkekeh senang satu sama lain.
🖌🖌🖌TBC🖌🖌🖌
See ya in two days~ ~(~ ̄▽ ̄)~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sugianti Bisri
Keren nih ceritanya 😍
" Temani aku, Ken! " udah update loh✅
2020-08-02
1
Sugianti Bisri
keren nih ceritanya 👍
2020-07-30
1
Triana R
halo kak author... salam kenal... aku mampir nih bawa like + rate... tetap semangat berkarya ya...
salam dari "Antara Dua Hati"
2020-07-22
2