Just Happy Reading~
!:sorry'bouttypo~ teehee~
🖌Happy Family
Lydya dan Leon kembali ke kelas mereka setelah menghabiskan semua makanan yang mereka beli. Tepatnya, Leon lah yang menghabiskan semua makanan itu. Sampai membuat Leon sendiri susah berjalan karena perutnya yang tersangat sangat penuh. Sedangkan Hera harus berpisah dengan mereka karena harus mengurusi klub dramanya untuk tampil didepan adik kelas besok.
Lydya menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang melihat Leon yang tertinggal jauh dibelakang karena kembaran nya itu berjalan dengan pelan. dia terkekeh geli melihat Leon yang selalu tersiksa olehnya.
“Mengapa?!” ketus Leon setelah dia berada di samping Lydya.
Lydya menggelengkan kepalanya dan terkekeh membuat Leon mendengus kesal. Gelengan kepala dan tawa mengejek Lydya adalah hal yang paling tidak Leon sukai dari kembaran nya ini. Mereka berdua sama-sama terdiam selama berjalan menuju kelas.
“Leon,”
Leon berdeham menjawab Lydya. dia menunggu apa yang akan Lydya katakan tetapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Lydya membuat Leon menolehkan kepalanya pada Lydya. Leon melebarkan matanya saat melihat Lydya yang menatap lurus ke depan tanpa ekspresi. Jika ekspresi Lydya sudah seperti ini pasti ada hal yang mengganggunya.
“Lydya?” panggil Leon yang tiba-tiba saja dia merasa cemas dengan Lydya.
Lydya menghentikan langkahnya dan berjalan berlawan arah menuju kelas. Leon dengan setia mengikuti kembaran nya itu. Dirinya yakin kalau Lydya sudah berjalan menuju taman sekolah maka akan ada yang ingin Lydya sampaikan kepadanya.
Lydya duduk di salah bangku di bawah pohon besar dan rindang. Suasana sejuk langsung menghampiri mereka. Lydya duduk bersandar dan tetap tanpa kata. Leon menghembuskan napasnya panjang lalu duduk disebelah Lydya dan juga duduk bersandar.
“Leon, apa kau mendengar apa yang mami katakan dengan papi?”
Leon bungkam seketika dan lagi-lagi dia membulatkan mata karena kaget. Sial. Ternyata Lydya masih ingat perbincangan antara kedua orangtua mereka beberapa minggu yang lalu saat tanpa sengaja mereka mendengar perbincangan kedua orangtua mereka malam itu.
“Rasanya sangat mengejutkan, bukan?”
“Hmm..,”
“Menurut mu mengapa papi dan mami menginginkan ku seperti itu?” tanya Lydya tanpa menatap Leon dan fokus pada murid-murid yang berlalu-lalang.
Leon menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung ingin menjawab apa. Bagaimana mungkin dia bisa mengetahui maksud kedua orangtuanya, apalagi mereka mendengar pembicaraan itu pun karena ketidak sengajaan.
“Aku takut,” lirih Lydya menghembuskan napasnya pelan.
Walau lirih tetapi Leon masih dapat mendengarkannya.
“Apa yang harus ditakutkan?” tanya Leon mengalihkan pandangannya dari Lydya.
“Aku takut karena aku tidak tau orang seperti apa dia dan bagaimana sikapnya padaku jika kami bertemu nanti,”
Leon menolehkan kepalanya begitupun dengan Lydya. Leon menghembuskan napasnya dan menundukkan kepalanya. dia tidak tau apa yang bisa dia lakukan untuk kembaran nya ini. Leon tidak mungkin menolak permintaan kedua orangtua mereka. Itulah yang nenek buyut nya sering katakan pada mereka.
“Aku tidak tau apa yang bisa kulakukan,” ujar Leon lirih.
Lydya tersenyum mendengar Leon berkata seperti itu. Mendengar Leon yang selalu khawatir padanya membuat Lydya benar-benar senang dan seharusnya ialah yang berkata seperti itu karena dia lahir lebih dahulu daripada Leon tetapi selama mereka tumbuh dewasa tidak pernah sekalipun dia membantu Leon tetapi Leon lah yang selalu membantunya dan melindunginya.
Lydya mengulurkan tangannya dan mengelus pelan rambut Leon yang sejak dulu hingga sekarang selalu halus.
“Kau tidak perlu melakukan apapun lagi. Aku akan meminta kakak untuk membantu ku,” ujar Lydya membuat Leon mengangkat kepalanya.
“Kak Ray?” tanya Leon dengan wajah sumringah dan Lydya menganggukkan kepalanya.
“Hmm.. katanya kak Ray akan pulang minggu ini dan mami meminta ku untuk menjemputnya,” ujar Lydya tersenyum senang.
“Benaran? Aku ikut, ya?”
Lydya menganggukkan kepalanya dan seketika Leon langsung berteriak kegirangan membuat Lydya tertawa geli melihat kembaran nya itu.
🖌🖌🖌🖌🖌
Brak!!
“Lydya!! Bangun!!”
Lydya yang tengah tertidur tengkurap sontak langsung membuka matanya dengan lebar saat mendengar teriakan dari ibunya yang sangat menggelegar.
“Ya! Anak nakal! Ayo, bangun dan jemput kakakmu!” ujar ibunya berdiri tepat di atas tubuhnya dan mengangkat kimono yang digunakannya.
“Akhh!! Baiklah! Baiklah! Aku bangun!!”
“Ya Tuhan! Zyta!! Apa yang kamu lakukan?!”
Lydya dan ibunya menoleh ke arah sumber suara yang sangat mereka hafal. Lydya dan Zyta saling bertatapan sebentar dan Lydya langsung mengalihkan pandangannya pada sang nenek yang berdiri berkecak pinggang didepan pintu.
“Nenek... mami jahat sama Lily,” ujar Lydya dengan nada memelas sedangkan sang ibu menatap putri yang seorang ratu drama dengan malas.
Zyta melepaskan cengkeraman pelan dari tangan putrinya itu dan menjauh lalu bersedekap kesal. Mala menghampiri Lydya yang sudah bertingkah layaknya Cinderella yang tengah ditindas kedua saudara dan ibu tirinya. Mala duduk di samping Lydya dan memeluknya.
“Uhh~ cucu ku sayang. Apa kau diganggu ibumu lagi?” ujar Mala menepuk-nepuk sayang kepala Lydya dan Lydya yang sudah dalam mode ratu drama langsung menganggukkan kepalanya membuat Zyta memutar bola matanya malas.
Putrinya ini memang sangat hebat dalam dramanya. Siapa pun yang membuatnya tidak senang pasti tidak akan bisa lepas dari cengkraman dunia penuh dramanya. Termasuk dirinya, ibu kandung gadis di dalam pelukan neneknya ini.
“Ibu, sudah. Jangan berlebihan. Lydya itu...,”
“Shttt... cucu ku yang cantik ini sedang sedih. mengapa malah dimarahi?!” ujar Mala dan Lydya segera menganggukkan kepalanya cepat.
Zyta membuka mulutnya tak percaya dua perempuan di depannya. Dari tempatnya berdiri, Zyta bisa melihat putrinya itu tengah tersenyum. Zyta mendengus kesal dan tanpa kata berjalan meninggalkan kamar putrinya. Lydya dan Mala terkekeh geli saat Zyta pergi meninggalkan kamar dengan ekspresi kesalnya.
“Kejar ibumu sebelum dia benar-benar marah,” ujar Mala dan diangguki Lydya.
Lydya berdiri dari duduknya dan segera menyusul sang ibu yang sudah sangat jauh dari kamarnya. Ibunya ini jika sudah kesal maka langkahnya akan dua kali lebih cepat.
“Mami~” panggil Lydya setelah berhasil menyusul Zyta.
Lydya terkekeh dan mengaitkan tangannya pada lengan Zyta yang dilipat didepan dada lalu menggoyangkan nya pelan, masih dengan posisi berjalan.
“Mami, jangan marah. Putri kecil mami ini kan hanya bercanda,”
Zyta berhenti dan menatap Lydya sekilas lalu mendengus membuat Lydya terkekeh gemas dengan tingkah ibunya yang terkadang masih terlihat kekanak-kanakan seperti saat inilah contohnya.
“Heung~ mami marah sama Lydya nih?” tanya Lydya dan Zyta lagi-lagi hanya mendengus dan mengalihkan pandangannya.
“Ayolah, mam. Mami ingin apa? Putri kecil mu ini akan menurutinya,” rayu Lydya dan sepertinya ibunya ini sedang mode kebal dari rayuan mautnya, padahal biasanya rayuan sedikit saja yang akan dikeluarkannya akan membuat ibunya ini langsung luluh.
“Ihh mami. Padahal kak Ray bakalan pulang hari ini tetapi mami malah marah sama Lily. Lily bakal jemput anak laki mami yang ganteng ini sampai rumah dengan selamat sentosa tanpa kurang dan lebih,”
Zyta yang mengalihkan sedikit melirik pada Lydya, “Benaran?”
Lydya tersenyum dalam hati karena berhasil meluluhkan ibunya ini. dia langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.
“Pintar. Mami sayang banget deh sama putri kecil mami ini,” ujar Zyta tersenyum lebar dan memeluk Lydya dengan erat.
“Hmmm.. mami sayang sama Lily kalau ada maunya,”
Zyta terkekeh dan mencolek gemas hidung Lydya, “Siapa bilang?”
“Putri kecil mami ini yang bilang,” ujar Lydya yang kali gantian merajuk pada Zyta.
Zyta yang melihat putri juga melakukan hal yang sama dengannya tetapi tertawa kecil. Lydya memang terkadang mirip sekali dengannya dan terkadang juga sangat mirip dengan suaminya.
“Aduh. Duh. Ada apa ini?”
Lydya dan Zyta menolehkan kepalanya ke sumber suara. Lydya membulatkan matanya dan tersenyum bahagia.
“Papi!!!” pekik Lydya
Dia segera menghampiri ayahnya yang sangat dirindukannya itu.
“Papi, Lily kangen banget sama papi,” ujar Lydya memeluk sang ayah dengan erat untuk menyalurkan semua rasa rindunya.
“Papi juga kangen sama Lily,” ujar Adam tak kalah erat memeluk putri kecilnya ini.
Pekerjaannya yang menumpuk membuatnya harus bolak-balik pergi keluar negeri. Apalagi saat ini ada dua perusahaan yang harus diurusnya walau sudah ada anak pertama nya yang turut membantu tetapi tidak semua diurus oleh anak pertama nya itu.
“Ya gitu. Aku ini dianggap apa?” sindir Zyta membuat Lydya dan sang ayah terkekeh lalu melepaskan pelukan mereka.
“Tentu saja ibu Lydya yang paling cantik,” ujar Lydya mengedipkan sebelah matanya.
“Pintar merayu kamu, ya. Sama kayak papi mu,” ujar Zyta berjalan mendahului suami dan anak perempuannya itu yang tengah terkekeh.
🖌🖌🖌TBC🖌🖌🖌
Chapter ini mungkin bikin bingung dibagian awal tp secara pribadi aq baca bagian awal chapter ini juga bingung😆😆 tp mau rubah udh awang-awang en rek..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Triana R
halo kak author, aku mampir lagi nih... tetap semangat ya 💪
2020-07-30
1
Mei Shin Manalu
Lagiii
2020-07-14
1
Mehmet
ini lidyax cwek apa cwok yah!???
zox dari awal ada bahasa menggoda guru bahasa inggris... dan ada cap playboyx
2020-07-12
1