Happy Reading~
!:sorry'bouttypo~ teehee~
🖌Happy Family 2
Lydya duduk bersilang kaki di salah satu kursi tunggu yang jauh dari pintu arrival. Biarlah kakaknya yang akan mencarinya nanti. Setidaknya kemarin ibunya pasti sudah memberitahukan kakaknya kalau dialah yang akan menjemputnya.
Tak berselang lama, para penumpang berhamburan keluar dan Lydya hanya melihat dari tempatnya duduk. Lydya mengerutkan dahinya bingung karena sejak tadi kakaknya tak kunjung terlihat bahkan hingga penumpang terakhir keluar.
Lydya sudah mulai kesal karena kakaknya tak kunjung menampakkan diri, hampir saja Lydya berdiri dari duduknya untuk kembali ke tempat parkir hingga dia mengingat perkataan ibunya kalau kakaknya ini suka sekali keluar paling akhir. Benar-benar paling akhir.
Dan benar saja, kakaknya baru muncul setelah para penumpang benar-benar tak terlihat lagi. Entah mengapa kakaknya itu keluar paling akhir.
Kakaknya itu mengedarkan pandangannya mungkin mencari dirinya tetapi Lydya tetap tak beranjak dari duduknya tetapi malah menatap sang kakak hingga entah bagaimana Lydya bisa mengetahui kalau kakaknya yang tengah memakai kacamata hitam itu dapat menemukan dirinya yang juga mengenakan kacamata hitam.
Dia menghampiri Lydya yang tengah duduk dengan senyum kecil di bibirnya yang Lydya artikan sebagai senyuman dari iblis.
Lydya menengadahkan kepalanya saat sang kakak sudah berdiri tepat di depannya. Tiba-tiba saja kakaknya itu berlutut di depannya dan meraih jarinya lalu menciumnya. Lydya sudah menduga apa yang akan kakaknya itu lakukan.
“Hallo, tuan putri kecil ku,” ujar Ray tersenyum miring pada Lydya dan dari balik kacamata itu Lydya bisa merasakan bagaimana tatapan Ray pada dirinya.
“Selamat datang, pangeran ku,” ujar Lydya membalas senyuman Ray.
Sial. Kakaknya ini tidak segera berdiri dan melepaskan tangannya tetapi malah tersenyum seperti orang bodoh. Lydya mengedarkan pandangannya dan benar saja, banyak sekali pasang mata yang melihat ke arah mereka. Lydya berdiri dari duduknya dan melepaskan genggaman Ray dari tangannya.
“Ayo. Mami sudah menunggu di rumah,”
Lydya berjalan lebih dahulu dan Ray mengekor dibelakang adiknya itu.
🖌🖌🖌🖌🖌
Di dalam mobil terus saja tersenyum sambil memandang Lydya sedangkan yang terus dipandangi mulai merasa kekesalannya memuncak. Kakaknya ini mungkin mulai mendapat gejala stres selama diluar negeri sana dan menjadi gila setelah kembali kemari.
Ckit!!
“Akh!” pekik Ray saat dirinya terdorong ke depan dan hampir menubruk dashboard kalau saja seatbelt-nya tidak bekerja dengan baik.
Lydya menutup mulutnya saat dia memang sengaja mengerem di lampu merah secara mendadak agar kakaknya itu tidak terus memandanginya. Ray menatap Lydya sinis dan Lydya hanya mengalihkan pandangannya keluar jendela dengan senyum kecil di bibirnya yang dia tutupi dengan tangan tetapi tidak sepenuhnya agar kakaknya itu melihatnya.
“Apa kau ingin mati?”
“Hmm? Apa maksud kakak?” tanya Lydya dengan wajah polosnya.
“Dasar adik kurang ajar! Kurasa kau memang ingin mati? MA.TI DI.TA.NGAN.KU,” ujar Raya menekankan kata terakhirnya dan sontak Lydya tertawa terbahak membuat Ray menatap adiknya itu datar.
Lydya kembali melajukan mobilnya saat lampu berganti hijau dengan tawa di bibirnya. Ray bersedekap dan menatap datar lurus ke depan tanpa ekspresi. Lydya menyeka sela matanya yang berair dan mulai mengatur napasnya.
“Maaf. maaf. Habisnya kakak jahil, sih,”
Ray menolehkan kepalanya dan menaikkan sebelah alisnya. Seolah bertanya bagian mana dari dirinya yang menjahili Lydya. Lydya memutar bola matanya malas.
“Ngapain kakak terus lihat Lily kayak gitu?” ujar Lydya kesal tetapi bukannya menjawab Ray malah tersenyum lebar membuat Lydya menatapnya aneh.
Apa-apaan kakaknya yang satu ini. Baiklah. Sudah ditetapkan kakaknya ini memang gila setelah dia kembali dari luar negeri.
“Hanya ingin,” ujar Ray singkat dengan senyum kecil.
Lydya menatap Ray tak percaya. Hanya ingin, katanya. Hanya ingin. Sialan, kakaknya yang satu ini.
“Terserah kakak sajalah,”
Lydya menyerah pada kakaknya yang gila ini sedangkan Raya melebarkan senyum membuat Lydya bertambah kesal dan berkali lipat karena mereka saat ini terjebak macet.
🖌🖌🖌🖌🖌
“I’m home, my lovely dovey mommy!!!” teriak Ray setelah memasuki rumahnya sambil merentangkan kedua tangannya menghampiri sang ibu yang juga merentangkan kedua tangannya.
“Ohh!! My lovely!!! Welcome home!!!” ujar Zyta membalas pelukan putra pertama nya itu dengan erat.
Sungguh, Zyta benar-benar merindukan putra pertama nya ini yang sudah hampir 5 tahun tinggal di Australia dan baru sekarang bisa kembali ke Indonesia.
“Ehem.. Ternyata yang kamu ingat itu hanya mami-mu?”
Ray yang tengah menikmati pelukan wanita yang paling dirindukannya menengadahkan kepalanya dan di ibunya, sang ayah berdiri bersedekap. Ray terkekeh lalu melepaskan pelukannya dan menghampiri ayahnya itu.
Ray tersenyum dan merenggangkan tangannya bersiap memeluk sang ayah. Adam tersenyum dan menyambut pelukan putranya itu.
“Papi, Ray kangen banget,” ujar Ray memeluk Adam dengan erat.
“Papi juga. Kamu lama banget di sana. Mami-mu setiap hari tanya kapan kamu pulang sampai papi bosan dengar nya. Akh!” pekik Adam terakhir setelah Zyta memukul lengannya kencang.
Adam terkekeh lalu merangkul Zyta dan mencium pelipis samping Zyta. Ray menggelengkan kepalanya. Kedua orangtuanya tak berubah sedikitpun, masih saja terlihat romantis di usia mereka sekarang.
“Ray, selamat datang,”
Ray tersenyum lebar saat sang nenek dan kakeknya yang baru saja menyambutnya datang keluar. Ray melangkah dengan lebar dan merentangkan kedua tangannya ingin memeluk Mala tetapi baru saja Ray akan memeluk sang nenek, kakeknya sudah mencegahnya sehingga dia tidak jadi memeluk sang nenek.
“Kakek!!” rengek Ray tak terima dan sang kakek hanya menggelengkan kepalanya, Mala terkekeh melihat tingkah suami dan cucu pertama nya ini.
Leon menghampiri Lydya yang masih berada di depan pintu.
“Hah~ kakak tidak pernah berubah,” ujar Leon dan Lydya mengangguk.
“Jika saja tadi kau ikut menjemputnya. Lihatlah bagaimana tingkahnya,”
“Ahh~ tanpa dijelaskan pun aku sudah paham,” ujar Leon mengangguk dan Lydya menatapnya tanpa kata, Leon yang ditatap malah menatap Lydya balik.
Lydya meletakkan kedua tangannya di pinggang, “Kau paham maksudku?”
Leon menganggukkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya pada Ray yang tengah bergelayut manja di lengan nenek mereka. Lydya menggelengkan kepalanya membuat Leon menatap Lydya tak paham.
“Lebih parah daripada ini. Kurasa kak Ray menjadi gila sekembalinya dia dari Australia,”
“Akh! Jangan-jangan...,”
“Heung~ Princess time,”
Lydya berjalan mengikuti keluarganya memasuki rumah, Leon membuka mulutnya tak percaya.
Princess Time atau Prince Time adalah waktu di mana salah satu di antara mereka akan diperlakukan layaknya pangeran dan putri kerajaan dan tentu saja yang membuat hal itu tak lain dan tak bukan Ray sendiri. Lydya maupun Leon sangat menghindari hal tersebut karena Prince/Princess Time ada sesuai keinginan hati Ray.
Mau Lydya ataupun Leon pasti akan mendapatkan waktu tersebut. Tak peduli Lydya yang seorang perempuan, dia bisa saja terkena Prince Time begitupun sebaliknya dengan Leon yang seorang laki-laki tak menutup kemungkinan dia akan mendapat Princess Time.
Dan jika Lydya maupun Leon tak menerima hal tersebut maka siap-siap saja Ray akan menjahili mereka selama yang Ray inginkan.
🖌🖌🖌TBC🖌🖌🖌
Just fyi.. karna aq nak kasih tahu.. cerita ini hadir secara tak sengaja waktu aq lagi ngayal tentang temen q eehhh ya udh kepikiran buat mumpung Zyzy sma Adam dah nikah.. udh gtu aja... See ya~ ~(~ ̄▽ ̄)~~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Muma
lanjut
2020-08-03
1
Triana R
halo kakak... mampir lagi nih, semangat terus ya
2020-08-02
1
Mei Shin Manalu
Next next
2020-07-14
1