5. Pembantu Baru.

Pagi aku bangun dengan tubuh yang sakit semua. Kedua pipiku bengkak dan lebam, bibirku juga terluka. Anehnya pagi ini aku tidak di hukum karena bangun terlambat, ternyata ayah dan ibu tiriku telah pergi lagi. Mereka sama sekali tidak memberitahu ku, emang apa pentingnya aku untuk mereka.

Saat aku menuju dapur di sana sudah ada, seseorang. Seorang ibu-ibu paruh baya, dia tersenyum padaku dan aku membalas senyum dengan susah payah karena bibirku yang terluka.

"Selamat pagi non. Mau sarapan apa?" Tanyanya. Apakah dia bertanya padaku? Aku sangat bingung. Siapa sebenarnya ibu-ibu ini, kenapa dia baik kepadaku?

"Non, ada yang bisa bibik bantu?"

Aku hanya menggeleng bingung dan mengambil minuman, lalu meminumnya dengan rakus.

"Maaf anda siapa?" Tanyaku sambil menunduk. Aku takut salah lagi, dan Xavier akan menghukum ku.

"Bibik pembantu baru di sini. Sebenarnya masih ada empat orang lagi, tapi mereka belum sampai." Jelasnya. Kenapa tiba-tiba ada pembantu baru setelah bertahun-tahun. Sebenarnya apa yang mereka rencanakan.

"Nama bibik, Lela." Katanya sambil menatap wajahnya yang penuh dengan lebam penasaran, tapi sepertinya tidak berani bertanya.

Di tatapan itu juga ada rasa kasian yang terlihat sangat jelas. Aku hanya tersenyum dan menoleh kearah langkah kaki yang mulai mendekat. Xavier datang seperti biasa, menatapku tanpa rasa bersalah.

"Mulai hari ini tidak perlu lagi menjalankan tugas lo." Katanya tegas.

"Baik kak."

Ku tatap Xavier dengan tatapan penuh terima kasih. Aku memang membencinya tapi rasa benci itu tidak membuatku menjadi orang yang tidak tau terima kasih.

"Ikut gw!" Aku mengikuti Xavier dari belakang, dia berjalan pelan kali ini.

Xavier menuju ruang baca, dia mengambil kota P3K dan beberapa obat dan salep yang aku tau fungsi untuk apa.

"Duduk!" Perintah. Aku menurutinya dan duduk di sopa. Di mulai mengolesi lukaku dengan obat secara hati-hati.

Aku meringis perih saat obat mulai mengenai permukaan kulit ku yang terluka.

"Tahan sebentar." Bisiknya di telingaku. Aku hanya diam dan mencoba menahan ringisanku yang sesekali keluar.

"Minum ini." Xavier menyerah obat ke tanganku. Aku menerimanya dengan gemetar.

"Terima kasih kak." Bisikku pelan sambil menunduk.

"Tatap gw kalau bicara. Emang lo kira gw lantai yang lo injak." Katanya tajam.

"Baik kak."

"Gw bilang tatap gw." katanya lebih keras. Aku menatap wajahnya. Xavier memang tampan, kulitnya putih bersih memiliki mata yang tajam dan bibirnya kecil bewarna merah jangan lupa hidung mancung yang melengkapinya membuat Xavier sempurna.

"Sudah selesai natap wajah gw."

Xavier mendekatinya wajahnya ke wajahku. Tinggiku yang hanya sedada Xavier, membuat dia harus membungkukan badan, agar wajahnya dapat setara dengan wajahku.

"Maaf kak. Aku tidak segaja."

"Minta maaf lagi, gw lempar lo lewat jendela" Ancamnya tidak main-main. Aku hanya mengganguk.

"I-iya kak."

"Bagus. Sekarang lo boleh istirahat."

Aku kembali ke kamarku sesuai dengan perintah Xavier, aku tidak ingin membuatnya marah lagi. Dia pasti tidak segan-segan untuk memukul ku jika marah.

Aku membaringkan diriku dan menatap langit-langit kamar dengan pilu. Kenapa mereka sangat membenciku, mereka terus membuatku menderita tanpa ampun. Meraka merampas impianku dengan kejam.

Tok.......tok.....tok......

"Non boleh saya masuk?" Kata bu Lela dari luar. Aku berdehem untuk menyamarkan tangisku dan cepat-cepat menghapus air mataku.

"Boleh bik. Pintunya tidak di kunci."

Bu Lela masuk dengan membawa nampan berisi makanan dan di letak di meja belajarku.

"Silahkan di makan non. Tadi tuan Xavier berpesan harus makan."

"Baik bik saya akan makan nanti."

"Anu non, kata tuan Xavier saya tidak boleh pergi sebelum nona makan." Kata bu Lela dengan memelas, membuat ku kasian. Jangan sampai dia susah karenaku.

Aku memakan makanan yang di bawa bu Lela secara perlahan. Dia hanya menatapku kasian, aku tau banyak pertanyaan yang ada di benaknya. Bu Lela tidak bertanya, aku juga tidak mah dia tau apa yang sebenarnya terjadi.

"Terima kasih bik. Makanya sangat enak."

"Sama-sama non. Kalau butuh sesuatu, non tinggal panggil bibik atau non tinggal telepon saja."

"Iya bik."

Sepeninggal bu Lela aku kembali menangis, jika ada yang melihat pasti muak. Aku hanya bisa menangis tidak bisa melawan ketidak adilan yang aku alami. Aku sangat benci diriku sendiri, aku benci kelemahan yang tidak mampu melawan.

Xavier pergi lagi hari ini, dia pergi dan pulang sesuka hatinya dan akan menyiksaku jika dia merasa kesal atau marah di luar sana. Xavier memiliki beberapa teman tekat disini yaitu Nuga, Alta, Vando dan Mara. Merekalah yang selalu menemani Xavier, mereka sama saja. Mereka suka minum dan mempermainkan wanita.

Aku beberapa kali bertemu dengan mereka di hanya Nugalah yang ramah padaku. Dia tetap memperlakukanku dengan baik walaupun dia tau jika Xavier membenciku, karena itulah aku sangat senang jika bertemu dengan Nuga. Xavier seperti tau jika aku senang bertemu dengan Nuga, sehingga dia jarang membawa teman-temannya kerumah.

*********

Hari ini tidak lelah sama sekali, karena tidak mengerjakan apapun. Aku hanya tidur sepanjang hari. Sebenarnya aku khawatir, jika ibu tiriku pulang aku akan mendapatkan hukuman yang tidak masuk akal.

"Hanya tidur seharian, hah." Kata Xavier yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarku dan duduk di sisi kasurku.

Aku ingin meminta maaf, hanya saja dia pasti akan marah jika aku meminta maaf lagi. aku tidak ingin membuat Xavier marah.

"Aku tidak tau harus apa kak."

"Bagus lo gak nunduk lagi saat gw berbicara." Katanya puas.

Xavier nyentuh pipiku, aku secara refleks mundur menjauh darinya. Kilatan mata Xavier berbeda, dia sepertinya marah padaku. Sebenarnya apa salahku padanya? Kenapa di mudah sekali marah padaku.

"Menjauh lagi, gw buat lebih banyak lebam di pipi lo" Ancamnya. Aku langsung diam tidak bergerak membiarkan Xavier menyentuh wajahku.

Ku gigit bibir ku kuat-kuat, agar aku dapat bertahan dari ketakutan ku padanya. dan sepertinya dia mengetahui apa yang aku lakukan.

"Setiap hari lo selalu membuat gw marah. Apa emang itu kemampuan lo?"

"Aku tidak bermaksud membuat kakak marah." Kataku takut-takut. Semoga dia tidak mengamuk kali ini.

"Tapi gw selalu marah pas ngeliat lo!"

"Maaf kak. Aku akan memperbaiki sikap ku."

"Gimana caranya? Lo yakin gak bakal buat gw marah lagi." Katanya dingin. Aku tidak tau harus menjawab apa. Memang apapun uang ku lakukan selalu membuatnya marah. Aku kembali mengigit bibirku dan menunjuk.

Xavier mendekatkan wajahnya padaku, tapi aku tidak berani menghindar. Dia menciumi dan menjilat luka yang ada di bibirku. Secara refleks aku mundur, dia hanya menyeringai. Aku sudah gemetar ketakutan. Tuhan apa yang akan di lakukan Xavier kali ini padaku?

Terpopuler

Comments

Zia Azizah

Zia Azizah

KYT hdir lagi KK, feedback ya kk

2020-10-13

0

Adinda

Adinda

miris x bacanya ,bnyak adegan kekerasan dan pelecehan seksual.tapi penasaran bacanya.

2020-10-01

0

Jumarni

Jumarni

semoga ada dewa penolong y

2020-08-28

0

lihat semua
Episodes
1 1. Takdir Yang Mengerikan.
2 2. Keluaraga?
3 3. Berapa Banyak Lagi Luka Yang Akan Kamu Buat.
4 4. Amarah Xavier.
5 5. Pembantu Baru.
6 6. Nilam.
7 7. Terjadi Lagi.
8 8. Si Gadis Manis Ribi.
9 9. Sahabat Xavier, Alta.
10 10. Aneh.
11 11. Hari Kematian Bunda.
12 12. Pacar Xavier.
13 13. Hanya Hari Ini.
14 14. Nuga Ferdinan.
15 15. Aku Akan Berkorban.
16 16. Menghindari Nilam.
17 17. Rencana Kepulangan Ayah.
18 18. Mimpi Indah dan Rasa Bersalah
19 19. Kerumah Arinda.
20 20. Kepulangan Ayah.
21 21. Reuni Membawa Petaka.
22 22. Malu.
23 23. Pertanyaan Nilam.
24 24. Membeli Handphone Baru.
25 25. Jangan Menangis Ribi.
26 26. Permusuhan Arinda Dan Nilam.
27 27. Bersama Seharian.
28 28. Mengenal Lebih Dekat.
29 29. Alta Tau Semuanya.
30 30. Pertengkaran.
31 31. Mencoba Mengalihkan Pikiran.
32 32. Permintaan Nilam.
33 33. Kondisi Tubuh Yang Aneh.
34 34. Cinta Ayah Pada Bunda.
35 35. Rahasia Terbongkar.
36 36. Kenyataan.
37 37. Pikiran Buruk.
38 38. Hanya Mimpi.
39 39. Sabar.
40 40. Bayi.
41 41. Menjelaskan.
42 42. Melihat Dia Bahagia.
43 43. Kunjungan.
44 44. Hancurnya Persahabatanku.
45 45. Kejam.
46 46. Kenangan Pahit.
47 47. Jatuh Cinta.
48 48. Rasa Sakit.
49 49. Melarikan Diri Dengan Mabuk.
50 50. Cemburu Yang Tidak Tertahankan.
51 51. Niat Jahat.
52 52. Taktik Nilam.
53 53. Pertolongan.
54 54. Pembangkit Amarah.
55 55. Siksa Yang Didapat Oleh Aya.
Episodes

Updated 55 Episodes

1
1. Takdir Yang Mengerikan.
2
2. Keluaraga?
3
3. Berapa Banyak Lagi Luka Yang Akan Kamu Buat.
4
4. Amarah Xavier.
5
5. Pembantu Baru.
6
6. Nilam.
7
7. Terjadi Lagi.
8
8. Si Gadis Manis Ribi.
9
9. Sahabat Xavier, Alta.
10
10. Aneh.
11
11. Hari Kematian Bunda.
12
12. Pacar Xavier.
13
13. Hanya Hari Ini.
14
14. Nuga Ferdinan.
15
15. Aku Akan Berkorban.
16
16. Menghindari Nilam.
17
17. Rencana Kepulangan Ayah.
18
18. Mimpi Indah dan Rasa Bersalah
19
19. Kerumah Arinda.
20
20. Kepulangan Ayah.
21
21. Reuni Membawa Petaka.
22
22. Malu.
23
23. Pertanyaan Nilam.
24
24. Membeli Handphone Baru.
25
25. Jangan Menangis Ribi.
26
26. Permusuhan Arinda Dan Nilam.
27
27. Bersama Seharian.
28
28. Mengenal Lebih Dekat.
29
29. Alta Tau Semuanya.
30
30. Pertengkaran.
31
31. Mencoba Mengalihkan Pikiran.
32
32. Permintaan Nilam.
33
33. Kondisi Tubuh Yang Aneh.
34
34. Cinta Ayah Pada Bunda.
35
35. Rahasia Terbongkar.
36
36. Kenyataan.
37
37. Pikiran Buruk.
38
38. Hanya Mimpi.
39
39. Sabar.
40
40. Bayi.
41
41. Menjelaskan.
42
42. Melihat Dia Bahagia.
43
43. Kunjungan.
44
44. Hancurnya Persahabatanku.
45
45. Kejam.
46
46. Kenangan Pahit.
47
47. Jatuh Cinta.
48
48. Rasa Sakit.
49
49. Melarikan Diri Dengan Mabuk.
50
50. Cemburu Yang Tidak Tertahankan.
51
51. Niat Jahat.
52
52. Taktik Nilam.
53
53. Pertolongan.
54
54. Pembangkit Amarah.
55
55. Siksa Yang Didapat Oleh Aya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!