Hancur
Aku bangun dengan seluruh badan sakit dan terasa hancur lebur. Di tubuhku banyak sekali luka memar, tapi sakit yang paling terasa adalah di selangkang*n ku. Mengingat kejadian semalam membuat air mataku tidak bisa berhenti menetes membasahi pipi, dan membuat luka yang di berikan oleh laki-laki itu terasa perih.
Aku berjalan tertatih menuju kamarku dengan susah payah. Ku rebahkan diriku di kasur kecil yang keras, lalu menangis sejadi-jadinya. Ingin rasanya aku berteriak dan memaki, tapi mulutku kelu. Hanya Isak tanggis yang keluar dari bibir yang pedih luka, dan darah yang menggering.
Semalam entah apa yang membuat laki-laki itu marah, hingga melampiaskan amarahnya secara kejam padaku. Dia memperkosaku dengan kasar, saat aku mencoba mempertahankan kesucianku dia dengan kejamnya memukulku. Laki-laki itu bahkan melakukanya berulang kali sampai aku kehilangan kesadaran ku.
"Bunda maaf Ayarra tidak bisa menjaga kesucian Aya, Bun!" ku elus poto almarhumah bunda dengan tangan bergetar. Aku benar-benar merasa berdosa dan malu, karena tidak bisa menjaga kesucian ku dengan baik.
Aku benar-benar tidak pernah tau, apa salahku di sini. Ayah dan Ibu tiriku sangat membenciku, dan memperlakukanku layaknya budak. kakak tiriku pun sama saja, bahkan dialah yang lebih kejam. Tidak ada yang menyangka jika laki-laki yang terlihat baik itu selalu menyiksa ku dengan segala cara, tanpa ampun.
Setiap hari dia selalu membuatku menderita, dia tanpa ragu akan memukul, jika menganggap apa aku lakukan salah. Dia bahkan sering menyuruhku melakukan hal yang tidak masuk akal, seperti menguras kolam renang saat subuh.
Aku juga sering tidak di beri makan, dan di biarkan kelaparan. Aku mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, dalam keadaan lapar. Jika tidak tepat waktu, ibu tiriku akan memukulku dan mengurungku di gudang yang gelap semalam.
Brak.................
Pintu kamar ku terbuka dengan sangat kasar, di sana berdiri laki-laki dengan wajah merah padam sedang menahan marah. Melihanya seperti itu membuatku tubuhku gemetar ketakutan dan tanpa sadar aku sudah terisak lebih kuat.
"Siapin gw sarapan, sialan," makinya padaku dengan nada marah. Aku hanya bisa mengganguk dan mencoba bangkit dari kasur, walau pun tubuhku rasanya hancur dan sakit sekali, tapi aku lebih takut padanya dari pada menahan sakit.
"Atau lo lebih suka yang semalam!" katanya sambil mencengkram pipiku kuat dengan tangannya. Aku langsung menggeleng dengan susah payah.
"Bagus sekarang siapin gw sarapan!" dia melepaskan cengkraman tangannya dari pipiku, dan aku pun dengan susah payah berjalan ke dapur.
Di dapur sambil menangis, aku menyiapkan makanan untuknya. Untuk makanan dia bukan laki-laki yang pemilih, apapun yang aku masak akan selalu di makan olehnya. Setelah siap aku langsung menelpon nya dan memberi tahu makanan sudah siap.
Dia datang ke dapur dan menatapku tanpa rasa bersalah, seakan-akan yang di lakukan-nya semalam bukanlah hal yang salah.
"Pergi." katanya dingin.
"Baik kak." aku membungkuk dan cepat-cepat pergi dari hadapan-nya, walaupun saat melangkah selangkang*n ku sangat perih, tapi aku mencoba pergi secepat mungkin dari hadapan-nya.
Di kamar aku kembali menangis dan terisak. Kenapa takdir yang mengerikan ini harus terjadi padaku. Aku selama ini tidak pernah menggeluh dengan perilaku buruk keluargaku, tapi takdir yang mengerikan terus saja terjadi padaku. Sebenarnya apa salahku. Aku sangat lelah dengan semua ini.
Bunyi telepon menganggetkanku, dengan cepat ku angkat telepon, jangan sampai laki-laki itu marah lagi padaku.
"Aya kamu baik-baik saja kan?" suara dari seberang terdengar khawatir. Di adalah temanku Nilam.
"Aku baik-baik saja," bohongku. Kuatur nafas sebaik mungkin agar Nilam tidak atau tau yang sebenarnya terjadi padaku.
"Soalnya aku khawatir sekali. Kakakmu semalam terlihat sangat marah, aku tau dia akan melampiaskan nya padamu."
"Tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja, semalam kak Xavier langsung tidur."
Aku terpaksa berbohong lebih banyak lagi pada Nilam. Sebenarnya aku ingin berteriak dan menceritakan semuanya pada Nilam, tapi aku takut dia akan jijik dan menjauhi ku. Nilam adalah sahabatku satu-satunya dan satu-satunya orang yang masih peduli denganku.
"Aya kalau terjadi sesuatu padamu jangan ragu untuk menceritakan padaku. Aku pasti membantumu!" kata Nilam bersungguh-sungguh.
"Terima kasih Nilam."
"Sama-sama. Ingat kita adalah sahabat. Kalau gitu udah dulu ya, aku harus pergi"
"iya." kuakhiri telepon dari Nilam, lalu menangis kembali.
Setelah lelah menangis, aku ke kamar mandi. Di sini aku menggosok tubuhku dan menyiramnya dengan air, tapi sebanyak apapun aku menyirami air pada tubuhku, dan sekuat apapun aku menggosok tubuhku, aku tetap saja merasa kotor.
Aku adalah wanita yang kotor. Di cermin aku dapat melihat bekas-bekas yang di tinggalkan nya semalam. Bekas yang membuat hatiku semakin perih, dan merasa semakin kotor.
Tubuhku sudah menggigil kedinginan, tapi aku masih belum puas untuk membersihkan tubuhku yang ku anggap sangat kotor. Ingin rasanya ku mengoyak kulit tubuhku yang di penuhi bekas-bekas yang di tinggalkan-nya, tapi aku ingat bunda dulu sangat menjaga tubuhku agar tidak meninggalkan bekas luka. Jika tidak ingat bunda, aku pasti sudah mengoyak kulitku.
"Mau mandi sampek kapan lo?" teriakan lantang dari luar kamar mandi mengagetkan ku.
Aku langsung dengan cepat meraih handuk dan menutupi tubuhku. Aku juga dengan tergesa-gesa memakai baju.
"Cepat keluar kalau gak gw dobrak ini pintu." ancamnya tidak main-main.
Aku keluar dengan keadaan memakai baju acak-acakan, tubuh gemetar dan bibir membiru. Dia menatap tajam ke arahku dan.....
Plak...........
Satu tampar mendarat di pipiku. Membuat telingaku berdenging dan pandangan mataku kabur. Ujung bibirku juga menggeluarkan darah segar.
"Lo kalau di panggil budek ya? Hah!" bentaknya keras.
"Maaf kak."
Aku menunduk dan tidak berani menatap wajahnya yang mulai mengeras menahan amarah. Dia selalu seperti ini menyiksaku tanpa alasan yang jelas.
"Sekaran lo bersihin kamar gw. Awas aja kalau gak bersih, gw kasih pelajaran yang layak buat lo!"
Aku mengganguk dan dia menyeringai puas.
"Bagus kalau lo paham."
Aku langsung mengerjakan apa yang dia suruh. saat aku memasuki kamarnya, terlihat Isyana sprei yang acak-acakan dan terdapat noda darah di sprei itu. Tangisku semakin menjadi saat mengingat apa yang terjadi semalam. Di sinilah takdir buruk itu terjadi.
Aku membersihkan kamarnya dengan tangis yang tidak berhenti. isakanku pun semakin kuat saat aku mulai mengganti spreinya. Di sprei inilah bukti nyata kesucian ku di renggut dengan kejamnya, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa menuntun keadilan dari apa yang telah di lakukan-nya padaku. Aku hanya bisa menangisi takdir yang Mengerikan. Takdir yang tidak ku tau kenapa terjadi padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tatu Nadia
kejam banget thor
2022-10-05
0
Sri Suwarni
ini trlalu sadis cerita ny trustrang aja aku ngga suka cerita yg begini maaf
2022-06-27
0
Andi Fitri
biadab kakak tirinya udh di sakiti knp kabur aja..
2021-02-01
0