Xavier mendorong kasar tubuhku ke atas ranjangnya hingga terjatuh dan mengunci pintu kamarnya. Aku mencoba bangkit dan berlari kearah pintu tapi Xavier menangkap tubuhku dan menyeretnya ke ranjangnya.
"Semakin banyak Lo ngelawan, semakin banyak luka dan penderitaan yang akan lo terima!" Ancamnya tidak main-main. Aku tidak peduli kali ini, aku terus mencoba bangkit dari ranjang Xavier walaupun laki-laki ini terus menahan tubuhku.
"Ku mohon kak, jangan lakukan lagi" kataku putus asa, karena tidak berhasil bangkit dari ranjang Xavier.
Xavier sama sekali tidak peduli dengan tangisanku, maupun perlawanan ku. Dia terus menahan tubuhku dan membuka kancing bajuku. Aku menendang dan bergerak sebisaku tapi tetap saja tenangaku kalah dengan tenaga Xavier.
"Ku mohon kak, jangan!" kataku putus asal saat Xavier mulai membuka celana yang aku kenakan.
"Lo diam aja. Nikmati apa yang gw beri!"
Seringain-nya semakin lebar saat berhasil membuka celanaku, dan menampilkan paha putih mulusku.
"Ampun kak, jangan!" teriakku sekuat tenaga.
Plak.............
Xavier menamparku keras dan kepalaku pusing dan pandangan ku mulai gelap hingga aku tidak ingat apapun.
Aku bangun dengan kondisi yang sangat kacau, tubuhku rasanya remuk. Selangkang*n ku terasa sangat sakit. Aku hanya bisa terisak dan menangis. Xavier melakukannya lagi, sebenarnya berapa banyak luka yang kamu buat untukku agar kamu puas. Aku sama sekali tidak pernah menyakiti mu Xavier tapi kenapa kamu menyakitiku begitu dalam.
Xavier masih terlelap di sampingku dan memeluk tubuhku, aku benar-benar merasa jijik dan kotor sekarang. Aku mencoba menyingkirkan tangan Xavier dari tubuhku tapi dia menahan tubuhku kuat.
"Jangan bergerak, jika kamu tidak ingin mengulangi nya lagi!" tubuhku langsung kaku mendengar apa yang di katakan Xavier padaku. Aku hanya bisa menangis, aku menang bodoh dan tol*l, tidak berani sama sekali melawan Xavier yang telah menodaiku berulang kali.
"Ku mohon kak. Lepaskan aku!" pintaku lirih, tapi Xavier pura-pura tidak mendengar dan makin mendekap diriku erat.
"Jangan menangis tol*l, lo ganggu gw yang mau tidur."
"Maaf kak."
Aku takut Xavier marah lagi. Aku mencoba menahan isak tangisku, walaupun begitu air mataku tidak mau berhenti mengalir. Tangan Xavier mulai membelai rambut panjangku denagan lembut.
Aku membekap mulutku dengan kuat, agar isakanku tidak dapat di dengan oleh Xavier yang kembali tertidur. Walaupun dia tertidur aku tidak berani bangkit dari ranjangnya, selain karena tangannya masih menahan tubuhku, aku juga takut pada ancamannya.
Waktu terasa sangat lambat dan menyiksa untukku. Aku benar-benar ingin segera keluar dari kamar ini.
Dua jam kemudian Xavier baru bangun dari tidurnya. Dia menatapku datar, seakan-akan tidak ada yang terjadi. Aku bangkit dengan susah payah, setiap aku menggerakkan tubuhku rasanya tubuhku remuk redam. Setiap kali aku melangkah selangkang*n ku sangat perih dan nyeri.
Aku sampai ke kamarku dengan susah payah. Kamarku di tidak jauh dari kamar Xavier, hal ini terjadi karena ibu tiriku tidak ingin Xavier susah, sehingga apapun yang di inginkan oleh Xavier, laki-laki itu dapat menyuruhku.
Aku melihat jam dinding, sebentar lagi waktunya makan malam tapi aku belum memasak. Aku akan di hukum jika makan malam belum siap. Aku berlalu ke arah dapur tanpa peduli jika selangkang*n terasa sangat sakit.
"Kamu gak perlu masak. Hari ini kami akan makan malam di luar" kata ibu tiriku ketus. Malam ini aku akan kelaparan lagi.
"Baik bu." jawabku patuh.
Aku kembali kekamarku dan di tangga aku bertemu dengan Xavier. Dia menahan tanganku dan mengelus pipiku, tubuhku sampai gemetar ketakutan di buatnya.
"Gw bantu kali ini."
Xavier mengecup bibirku, aku langsung berlari meninggalkan. kenapa dia membantu ku, apa yang sedang Xavier rencanakan sebenarnya.
"Tidak tau terima kasih." maki Xavier yang berada di depan pintu kamarku yang terbuka lebar.
"Harusnya gw gak bantu cewek gak tau diri kayak lo." katanya sambil menatap ku tajam.
"Maaf kak" seperti biasa aku hanya menunduk, menghindari tatapan matanya yang tajam.
"Terima kasih." bisik ku pelan.
"Dasar sial*n" aku mendengarnya memaki sebelum pergi dari kamarku.
Xavier laki-laki yang tidak bisa di tebak, tapi satu yang pasti dia laki-laki yang kejam. Dia juga akan melakukan apapun yang di inginkan.
Xavier memiliki perawakan yang tinggi, kulitnya putih bersih. Dia laki-laki yang tampan dengan mata yang tajam. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, tapi tidak satupun diantara mereka yang dapat betul-betul menarik hati Xavier. Selama ini Xavier hanya main-main dengan para wanita itu, dia terus bergonta-ganti pacar, dan aku tau itu dari Nilam sahabatku.
Aku turun ke bawah untuk mengambil minum, karena malam ini aku pasti akan kelaparan lagi. Di dapur aku bertemu dengan ibu tiriku dan Xavier. Ibu tiriku mengelus sayang rambut putra kebanggaan nya. Saat menyadari kehadiranku, dia langsung menatapku sini. Begitu pula Xavier.
Xavier melempar sebungkus biskuit padaku, dengan sigap aku langsung menangkap biskuit rasa coklat yang di lempar Xavier padaku.
"Habiskan. Tikus sepertimu cocok memakan biskuit yang akan kadaluarsa." perintahnya. Aku tidak bergeming sama sekali.
"Pelac*r sial*n! Kamu tuli? Cepat habiskan!" maki ibu tiriku. Aku membuka bungkus biskuit itu dengan tergesa-gesa, lalu memakan biskuit yang di berikan oleh Xavier di hampir tersedak karena memakan biskuit ini dengan buru-buru.
Xavier berbisik padai ibunya dan tidak lama dari situ, ibu tiriku meninggalkan kami berdua di dapur.
"Tikus seperti lo memang cocok banget kayak gini."
"maksud kakak apa?" tanyaku bingung.
"Dasar sampah" makinya.
"Setelah selesai, siapkan bajuku"
"Iya kak."
Ku kira Xavier akan pergi meninggalkan ku, tapi aku salah dia menungguku hingga selesai. Setelah aku memakan biskuit yang di berikan oleh Xavier. Kami berdua berjalan menuju kamarnya.
Setiap kali aku memasuki kamar Xavier hatiku selalu terasa lebih sakit. Kamar ini menjadi saksi bisu, perbuatan bejat Xavier padaku. Xavier langsung menuju kamar mandi, sementara aku menyiapkan baju yang akan di pakai olehnya. Pekerjaan ini senangnya tidak sulit karena memakai pakaian apapun dia akan terlihat menawan, hanya saja aku terus ketakutan jika berada di sini. Aku takut dia akan melakukan perbuatan biadab itu lagi padaku.
Sedari memasuki kamar ini, hingga sekarang. Tubuhku selalu gemetar ketakutan. Aku juga sudah menahan sekuat tenagaku agar air mata tidak mengalir.
" Lo mau tau gak? Gw ngerekam apa yang terjadi tadi!"
Air mataku langsung mengalir dengan deras saat mendengar apa yang di ucapkan oleh Xavier, walaupun aku menahannya sekuat mungkin, tapi tidak bisa.
Xavier mengambil pakaian yang kusiapkan dan memakainya dengan santai tanpa peduli dengan kehadiranku. Sementara aku, pikiranku kosong. Sebenarnya berapa banyak lagi luka yang akan kamu buat. Apakah selama ini tidak cukup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Suzzie Liana
halah pasti nanti Xavier bucin akuttt 😅
2020-10-11
0
Cahaya Kasih Sunan
mati kan sj dia thor.... manusia kejammmmm
2020-10-09
0
Asty Chayyankk Gilankk
thor certa y horor bgt
2020-10-05
0