Seorang pria dengan rambut pirang bermata biru berjabat tangan dengan Iryasya, mengajukan permohonan saham kepada sang rekan yang kini telah menjadi proyek barunya.
"Terimakasih" ucapnya dibalas anggukan oleh pria tampan yang kini tersenyum kearahnya. Setelah pria itu pergi dari hadapannya dengan langkah yang cukup jauh Yasya mulai duduk kembali dengan wajahnya yang muram dan dingin.
"Membosankan" ujarnya malas seraya mengibaskan tangannya untuk mengisyaratkan pada Kenny asisten pribadinya untuk memberinya sebuah minuman.
Yasya meneguk minuman dingin yang berada ditangannya dengan sekali teguk. Diraihnya ponsel yang sedari tadi tak ia sentuh selama pertemuannya bersama rekan kerjanya membuatnya menggeser beberapa ikon untuk membuka aplikasi.
Yasya bangkit dari duduknya dan segera keluar dari ruangan yang membuatnya jengah itu diikuti oleh Kenny yang berjalan dibelakangnya.
"Ken, siapkan mobil pribadi ku. Aku akan bersenang-senang malam ini. jangan ikuti aku okay"
"Tapi tuan" ucapan dari Kenny diberi tatapan tajam oleh Yasya yang kini membalikkan tubuhnya membuat Kenny mengangguk dan terpaksa memberikan kontak mobil yang berada di sakunya.
Yasya tersenyum menang dengan pandangan sinis nya, meninggalkan Kenny yang kini masih menunduk ketakutan oleh sosok Yasya yang terlihat garang dengan aksennya.
Sementara itu di tempat lain, seorang gadis tengah duduk santai usai dirinya naik keatas panggung menyanyikan lagu seperti biasa.
Falery mendengus, hanya senyuman pada setiap penggemar yang dapat membuat hatinya lebih tenang meski dibelakang panggung dirinya harus mengeluh lagi dan lagi.
"Air" suara pelan dari sang kakak membuatnya mendongakkan kepalanya dan tersenyum pada Alan yang kini tangannya telah mengulurkan air mineral padanya.
"Makasih kak" sahut Falery sambil meraih botol minuman dari Alan, membuat Alan tersenyum.
Falery meneguk minumannya berkali-kali, kini rasa lelah itu tertutupi juga oleh dahaga yang berakhir lega.
"Ini sudah jam 7 malam, kau mau pulang langsung?" pertanyaan dari Alan dibalas gelengan oleh Falery.
"Kakak duluan saja ke hotel, aku ingin disini dulu sebentar" Falery merasa bosan jika harus tinggal di hotel dan berdiam diri setiap malam, dia lebih memilih untuk menenangkan fikirannya direstoran besar ini meskipun harus membayar sewa ruangan VIP yang menjadi tempat kesukaannya.
Alan tersenyum tenang, dirinya bangkit dan segera berpamitan pada sang adik kesayangannya.
"Baiklah, kau jaga dirimu baik-baik, jangan pulang malam-malam. Supir akan menunggu mu diruang penjaga depan" ujar Alan dibalas anggukan oleh Falery yang tersenyum kearahnya.
Kini Falery akhirnya bisa sendiri, menikmati sepi meskipun kakaknya itu tak pernah pernah absen untuk mendampinginya, tapi lagaknya pria itu paham betul apa yang diinginkan oleh adiknya itu.
Setelah kakaknya pergi dari hadapannya, gadis itu mendengus dan memutar bola matanya malas, diraihnya tas kecil yang berada diatas meja dan segera pergi dari sana.
"Kamar VIP paling bagus disini" kata Yasya seraya melemparkan kartu ATM tanpa limit pada kasir restoran, membuat wanita berpakaian rapi itu menggeleng dan tersenyum pada pria yang kini menatap malas semua orang.
"Kamar VIP sudah dipesan, masih ada kamar lainnya, kalau anda mau, anda bisa menggunakan kamar tamu."
Ucapan dari resepsionis itu membuat Yasya menyunggingkan senyumnya dan menyeringai dengan tatapan tajam khasnya.
"Kamar tamu? why? aku punya uang. Aku akan bayar 5 kali lipat lebih banyak dari biaya sewanya" kata-kata yang keluar dari mulut Yasya membuat wanita itu mengerutkan keningnya.
"Tapi mohon maaf tuan, anda tidak bisa masuk kamar ini, kamar ini sudah dipesan oleh nona Gilbert" Yasya semakin geram karena permintaannya tidak dituruti. Raut wajahnya mengeras dan memerah seketika.
"Jika kau tidak mau dipecat,berikan kuncinya sekarang juga. Aku tidak perduli siapa itu nona Gilbert mu itu. Tapi yang jelas, aku bahkan bisa menghancurkan restoran ini hanya dengan satu malam saja."
Ancaman dari pria itu membuat resepsionis terdiam dan segera mencarikan kunci cadangan pada Yasya yang kini menyunggingkan senyumnya.
"Kamarnya disebelah sana" sahut wanita resepsionis sambil memberikan kunci l pada Yasya yang kini tersenyum dengan licik.
"Come on girls" kata Yasya dan diikuti oleh langkah dua wanita berpakaian mini dibelakangnya. Membuat wanita resepsionis itu menggelang dengan tatapan serba salah darinya.
Dering ponsel Falery membuat langkahnya terhenti dan segera merogoh tas berwarna merah yang ia bawa. Nomor tak dikenal membuat guratan tanda tanya didahinya dan menekan tombol jawab pada ponsel miliknya.
"Hallo" suara lembut gadis itu dengan tersenyum sambil menunggu suara asing disebrang sana.
"Hallo Fay " Falery tersentak, jantungnya terasa berdegup kencang tatkala mendengar suara pria yang akrab ditelinganya itu membuat nafasnya yang semula teratur kini mulai memburu oleh perasaannya sendiri.
"Dok, dokter Al" Falery menyandarkan punggungnya di tembok menyentuh dadanya yang berlari dengan cepat serta wajahnya yang bersemu merah. Ada titik kerinduan yang membuatnya mulai merasa panas. Sudah empat tahun, empat tahun lamanya Alfian seperti hilang dari kehidupan Falery yang pernah menyelamatkan jiwanya menjadi seseorang yang spesial meski mereka tak pernah berjumpa.
"Falery bagaimana kabarmu?" pertanyaan dari Alfian membuat Falery menelan salivanya dengan kasar dan berusaha menutupi kegugupan yang ia tahan sedari tadi.
"Aku, aku baik dok. Kau sendiri?" tanyanya dengan menahan kegugupannya.
"Syukurlah. Aku juga baik Fay. Oh ya bagaimana pendidikan mu?" pertanyaan dari pria di sebrang sana membuat Falery tersenyum mengembang, mengingat betapa rindunya ia pada pria yang bergelar dokter itu terlepas dari masa lalunya bersama Alfian.
"Baik, minggu depan aku akan lulus, aku akan menyusul kau ke Indonesia" kata Falery dengan senyuman keyakinan pada dirinya sendiri, membuat Alfian terkekeh.
"Hahahaha, kau ini, benarkah? baiklah aku akan selalu menunggumu" balas pria itu sambil tertawa.
"Iya dokter, suatu hari, aku akan menjadi dokter terkenal seperti mu" ucapan dari Falery yang kini tak kaku lagi walau hatinya masih berdebar hebat, namun kini akhirnya ia bisa bernafas dengan lega oleh suara hangat dari pria itu.
"Semoga saja, apa yang kamu cita-cita kan dapat tercapai. Aku selalu mendukungmu okay" kata Alfian membuat Falery semakin memperlihatkan semburat merah dipipinya.
"Iya" jawabnya singkat.
"Fay, aku merindukan mu" suara lembut dari Alfian membuat Falery membelalakkan matanya, rasanya seperti mimpi di siang bolong baginya. Seorang Alfian bisa merindukannya, Falery mengatur nafasnya beberapa kali untuk mengatur deruan dihatinya.
"Rindu? hanya itu?" pertanyaan dari gadis itu membuat pria disebrang sana menggeleng dengan senyuman manis.
"Bagaimana kalau cinta? boleh tidak?" Falery menggigit bibir bawahnya, merasakan geli yang ia ciptakan sendiri membuatnya terbang seperti diatas awan.
"Kalau kau mau boleh saja, aku adalah manusia dermawan dokter" ucapan dari Falery membuat pria disebrang sana tak pernah bisa berhenti untuk terus tersenyum membuat Alfian semakin merindukan gadis yang selalu menjadi pujaannya.
"Baiklah, aku akan mengambilnya ketika kita bertemu nanti."
"Kapan?"
Belum sempat Alfian menyelesaikan kata-katanya, Falery segera menyambar dengan rasa penasaran juga harapan besar untuknya.
"Sabar, tunggu saja tanggal mainnya. ku akan tau nanti" ujar pria itu dan segera menutup telfonnya, membuat pria disebrang sana akhirnya bisa bernafas dengan lega karena menutupi kegugupannya mengingat Falery yang jauh disana.
"Hallo? dokter Al! hey! " teriaknya dengan kesal, namun beberapa detik kemudian wajahnya berubah menjadi ceria dan guratan senyum yang terpancar manis dipipinya tak bisa menyembunyikan perasaan yang tercipta oleh kerinduan sosok pria idamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Yucaw
jadi di sini ceritanya yasya saja yg terluka ya..ky dia di kucilkan tanpa ada yg peduli dgn perasaannya gitu..pdhl mereka tau pasti gimana Reyna dan yasya saling mencintai..penasaran gimana nnt kl yasya bertemu mereka semua..
2022-04-21
0
Mama Acha Ara
masih bingung nih, belum ketemu ujung pangkalnya, sabar nunggu flashback nya aja.......
2020-09-28
0
Kanaya Aya
kok gini sih Thor Alfian kan temannya Yasya... Zayn juga tega banget padahal kan yang kejam keluarganya Reyna... si Reyhan ma Reynand .. jangan bikin kita bingung Thor seenggaknya kasih satu part flasback pas Reyna itu habis dinyatakan meninggal
2020-02-15
1