Langkah kaki Falery terhenti tatkala memperhatikan kamar benomor 401, gadis itu menatap Alan yang kali ini mempersilahkan untuk masuk ke dalam.
"Kak aku masuk dulu kau jaga dirimu baik-baik" ucapan dari Falery membuat Alan mengangguk. Alan adalah manager pribadi Falery, seluruh kegiatan dan schedule dirancang sedemikian rupa untuknya. Bukan karena apa, tapi sebagai kakak ia ingin selalu mengawasi dan menjaga adik perempuannya itu.
"Baiklah nanti malam kau ada konser direstoran bintang lima, tidurlah dengan nyenyak dan jangan lupa minum vitamin agar kau tetap bugar" kata sang kakak membuat gadis itu mengangguk.
"Baiklah" Falery segera memasuki kamarnya dan meninggalkan Alan yang kini seolah mengawasinya masuk kedalam.
Alan mendengus, fikirannya melayang. Ditatapnya pintu yang kini tertutup itu, mengingatkannya pada sosok gadis yang kini telah masuk kedalamnya.
Suara dering ponsel disaku celananya membuat Alan tersentak dan segera meraihnya untuk mengangkat panggilan dari seseorang yang berada dikontaknya.
"Hallo" kata Alan menyapa seseorang yang berada disebrang sana.
"Bagaimana keadaan dia?" pertanyaan dari pria dalam panggilan itu membuat Alan menghela nafas, dilangkahkan kakinya sambil mengobrol dengan pria disebrang sana.
"Kau tenang saja, dia baik-baik saja bersama ku. Cepatlah pulang, mommy menunggu."
Ucapan Alan membuat pria disebrang sana mengangguk dan mengiyakan kata-kata dari sang kakak.
"Baiklah, pekerjaan kantor hanya tinggal sedikit, kakak serahkan saja semuanya padaku."
Alan tersenyum mengingat kebersamaan keluarga yang sangat ia rindukan, terutama pada kedua adiknya dan sang ayah yang kini berada di medan militer. Mungkin hanya dengan menemani kegiatan Falery sepanjang waktu akan membuat gadis itu tak kekurangan perhatian walau hanya bersama kakaknya.
Brakk
Langkah pria itu terhenti tatkala seseorang dengan tak sengaja menabrak tubuhnya hingga ponsel yang ia bawa terjatuh.
"Maaf tuan saya tidak sengaja" ucap pria itu sambil dengan cepat mengambilkan ponsel Alan yang terjatuh.
"Tidak apa, saya yang seharusnya minta maaf, mungkin karena saya telalu asyik menelfon" kata Alan sambil tersenyum ramah membuat pria itu membalas senyumannya.
"Hallo kakak" suara kecil dari panggilan yang masih tersambung membuat pria itu memberikan ponsel yang berada di tangannya pada Alan.
"Ini ponsel mu, sekali lagi saya minta maaf."
"Tak apa baiklah, saya harus permisi dulu" ucapan Alan diberi anggukan oleh pria itu yang kini masih berdiri membelakanginya.
"Hallo Zayn" Alan melanjutkan telfonnya lagi, membuat pria itu membalikkan tubuhnya. Ada rasa yang tak asing kala mendengar panggilan dari Alan membuat pria itu menatapnya penuh tanda tanya.
Alan memasuki kamar yang sedikit lebih jauh dari kamar Falery, ditutupnya pintu itu perlahan tanpa sadar pria itu menatapnya dengan tatapan tanya.
Iryasya kini hampir sampai di kamar yang telah dipersiapkan, dihotel ini ia akan tinggal, dengan lantai putih dan karpet merah ditengahnya serta kamar yang saling berdekatan.
Pria itu tak sengaja menabarak seorang pria bertubuh tinggi, membuatnya berulang kali meminta maaf. Namun ada hal mengganjal yang tak asing ditelinganya. Pria itu menyebut nama seseorang yang tak asing baginya.
Yasya menggeleng, ditepisnya fikiran yang berulang kali mengganggu nya. Ada banyak nama Zayn didunia ini, bukan hanya Zayn itu yang ia kenal mungkin saja orang lain.
Yasya memasuki kamarnya yang bernomor 405, setelah ia masuk, ia menutup pintu itu perlahan.
Yasya menghembuskan nafasnya, dilepaskannya rasa lelah yang ia rasakan. Tubuhnya merasa gerah meski AC menyala sepanjang waktu, Yasya melepaskan bajunya, memperlihatkan ototnya yang kini telah bertelanjang dada.
Pria itu melemparkan pakaian yang ia kenakan disembarang tempat. Diraihnya sampanye diatas nakas ranjang dan duduk dengan aksen santai membuatnya membuang segala beban yang berada difikirkannya sambil meneguk air keras itu merasakan kesejukan.
Diraihnya dompet berwarna coklat yang berada di saku celananya, memperlihatkan foto gadis cantik yang selama ini selalu menjadi pujaannya. Yasya tersenyum nanar, baginya semua wanita hanyalah penghianat, termasuk Reyna, Yasya sangat mencintai gadis dimasa lalunya itu membuatnya tergila-gila hingga bayangan itu hilang bersama dengan kelam, Yasya hanya melihat kepedihan dan kegelapan.
Tiada cinta maupun kelembutan lagi dalam dirinya. Yang hanya adalah menikmati hidup meskipun dirinya tidak bahagia dalam batinnya.
Pria itu meraih foto yang terpampang di dompetnya dan segera merobeknya beberapa kali hingga foto itu berubah menjadi serpihan kertas yang begitu kecil.
"Aku sudah melupakannya. Wajahnya membuat ku semakin membenci seorang wanita!."
Ucap Yasya dengan geram sambil terus meneguk minuman yang berada ditangannya. Baginya tiada lagi yang mengerti isi hatinya kecuali sampanye dan anggur kesukaannya.
Kini Yasya telah pasrah, hatinya semakin terluka dan hancur saat mengingat kenangan yang selalu membayanginya. Bertahun-tahun Yasya mengharapkan kehadiran Reyna yang tak mungkin bisa kembali lagi, sampai akhirnya dirinya memilih untuk membenci gadis itu walau raganya telah pergi untuk selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Kanaya Aya
kayaknya Rena Amnesia deh.... Ya ampun penasaran banget
2020-02-15
0
Tengku Nafisa
semoga keluarga zaiyn tdk memanfaatkan reyna yg amnesia...dan berusaha utk mempertemukan rayna dgn ayah dan kknya
2020-01-29
0
Atik Choiriah Choiriah
wah kayaknya reyna msh hidup mgkn waktu itu dibw sm mommy nya zaiyn ke amrik cm krn luka dikepala reyna jd amnezia maaf y thor vm nebak2 kuis berhadiah 😁😁😁🤭🤭
2020-01-01
3