Gama dan Elata berjalan keluar gerbang rumah Elata. Menuju ke arah rumah Gama yang ada di samping rumah Elata.
"Itu Gama sama Elata" sahut Askan saat pandangannya mendapati Gama da Elata.
"Eh, si Elata cantiknya beda ya saat gak pake seragam sekolah" Askan yang melihat Elata hanya memakai kaos lengan pendek dan celana hotpen, matanya melongo kagum akan kecantikan Elata.
Abram yang melihat mata Askan tak berkedip barang sedikitpun, mengusap wajah Askan dengan tangannya. Menyadarkan Askan dari zina matanya.
"Ngeliatinnya gitu banget, loe? Mata loe sampe mau keluar tuh" Andra terkekeh yang melihat Askan seperti baru pertama melihat Elata.
"Kapan lagi coba bisa nikmatin ciptaan Tuhan yang cantiknya kagak ketulungan" puji Askan di barengi canda tawa ke dua makhluk yang sama-sama melihat kecantikan Elata. Mereka terpukau!
"Hati-hati, loe. Kalau si Gama dengar bisa mati di cakar macan entar"
Gama memang tidak suka saat ada cowok yang memandang Elata dengan berlebih. Seakan Elata di jadikan objek yang bisa di jadikan khayalan para lelaki mata keranjang.
Gama sadar akan kecantikan Elata bak putri salju di negri dongen. Seperti cermin yang mengatakan putri saljulah yang paling cantik.
"Gak apa gue mati, bro" jeda Askan "Asal gue mati di pelukan cewek kaya Elata. Rela gue mah, bro" canda Askan. Abram dan Andra sontak memukul kepala Askan bersamaan.
Askan memang seperti itu, supel. Bisa mencairkan suasana dari yang serius menjadi lebih santai.
Saat Gama dan Elata sudah ada di hadapan teman-temannya. Askan kembali bersuara.
"Lama amat Bang pacarannya?" Askan terkekeh setengah bercanda.
Tapi ocehannya itu tak mendapati jawaban dari Gama dan Elata.
Gama hanya berlalu melewati orang-orang di hadapannya dengan wajah yang datar.
Tangan yang di masukan ke dalam saku celananya. Elata hanya bisa geleng-geleng kepaka saja sambil mengikuti langkah Gama di belakang.
"Marah tuh doi. Loe sih becandain mulu" kilah Andra
"Sekarang mati beneran loe di cakar macan"
"Apa lagi sekarang loe ada di kandangnya" Andra dan Abram berjalan mengikuti di belakang Elata.
Askan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kemudian menyusul teman-temannya yang sudah berjalan duluan ke dalam rumah Gama.
Visual Askan
karib Gama yang supel dan sedikit jahil
****
Mereka sudah berada di studio mini milik Gama.
Ruangan favorit Gama saat ia sedang santai.
Elata yang sudah sering datang ke rumah Gama tidak merasa canggung lagi berkumpul dengan teman-teman cowonya.
Elata yang akan duduk di sofa ruangan itu, tiba-tiba matanya melihat benda yang ada di meja. Ia mengambil benda itu, membolak balikan nya. Mencoba membuka lembaran demi lembaran. Hingga membuat keningnya berkerut.
Bukan pada benda yang di pegangnya itu Elata merasa aneh. Tetapi pada pemilik benda tersebut.
"Sejak kapan si Gama suka baca novel?" tanyanya dalam hati "Apa lagi ini novel romantis" gerutunya masih dalam hati.
Elata mencoba membuka lembaran pertama, ia membacanya. Lembaran demi lembaran di buka dan di baca.
Saat ia membuka lembaran lagi, matanya melihat sesuatu yang terselip. Mata Elata tiba-tiba saja berkaca-kaca. Ia menemukan satu buah foto.
Foto tiga orang anak yang memakai seragam TK sedang bermain di taman. Elata jadi merindukan sahabat yang slalu menjaga dan menghiburnya.
Cairan bening yang tiba-tiba lolos terjatuh ke pipinya. Elata dengan gesit langsung mengusapnya. Karna ia tidak ingin Gama juga yang lainnya melihat Elata yang menangis. Menangis tapi tak bersuara :(
Gama yang tengah serius dengan ke tiga kawannya.
Ia sedang berdiskusi tentang lagu yang akan di cover nya.
Elata yang akan keluar ruangan setelah mengembalikan benda tersebut ke tempatnya. Berjalan melewati Askan.
Askan yang melihat Elata mau keluar sontak langsung bertanya.
"El, mau kemana?" tanya Askan
"Pulang" jawab Elata singkat
"Kenapa?" tanyanya Askan kembali.
Sepertinya Askan memang tertarik dengan keberadaan Elata
"Pusing gue liat mukanya Gama yang kaya gitu, kagak berekspresi" Elata terkekeh. Kemudian meninggalkan ruangan Gama.
Teman-teman Gama lalu memandang Gama setelah kepergian Elata.
Gama langsung menatap dengan mata tajamnya. Seakan matanya berbicara. Askan langsung ciut melihat tatapan Gama yang tajam. Bagai pedang samurai yang tajam.
****
"El" Mama Dara berdiri di depan pintu setelah mengetuknya.
Elata yang baru keluar dari kamar mandi, sambil tangannya mengeringkan rambut dengan handuk kecil menoleh pada sang Mama
"Ia, Ma?"
"Ada pacar kamu tuh" Mama Dara tersenyum.
Elata mengerutkan keningnya
berpikir. Siapa pacar gue? Pikirnya.
"Elata gak punya pacar, Ma"
"Terus yang di bawah siapa dong?" tanyanya lagi. Dengan posisi yang masih sama. Berdiri di depan pintu
"Siapa sih, Ma?" tanya Elata penasaran
"Gama"
Kemudian Mamah Dara berlalu dari balik pintu kamar Elata.
****
"Ngapain?" tanya Elata saat gadis itu sudah ada di hadapan Gama. Yang tengah duduk di ruang tamu rumahnya.
"Keluar yuk!" ajaknya
"Udah malem"
Gama melihat arloji yang melingkar di tangan kirinya
"Baru juga jam 07.00"
"Udah ngantuk, Gam" Elata menguap pura-pura mengantuk.
Gama tak lagi berbicara, tangannya langsung menarik tangan Elata pergi. Elata sedikit terseret.
"Gama..." teriaknya
tapi Gama menghiraukan Elata. Elata hanya bisa pasrah, mengikuti Gama.
Malam yang sunyi dan hanya bersinar terang oleh sang bulan.
Bintang tak terlihat, angin malam menusuk kulit wajah Elata yang putih.
Rambutnya yang tak terikat, tertiup angin menerpa wajah Gama yang ada di belakang Elata.
Seakan waktu bagai berhenti, tiba-tiba Gama merasakan sesak di dadanya. Jantungnya berdegup kencang.
Gama menyapu rambut Elata yang masih menerpa wajahnya.
"Mau kemana?" Elata berbalik, kakinya masih terus berjalan mundur. Rambutnya yang tertiup angin menutupi sebagian wajahnya. Elata menyelipkan rambut ke belakang telinganya.
"Gak tau" Gama menjawab dengan ke dua bahu yang di angkat
"Aneh"
Gama mensejajarkan langkahnya dengan Elata. Pandangannya ia biarkan lurus ke depan. Begitu juga dengan Elata menatap lurus tanpa ingin menoleh pada pemuda di sampingnya.
Tak ada yang mereka bicarakan. Seakan enggan, mereka hanya bergelut dengan piirannya masing- masing.
Tiba-tiba . . .
Buukkk
Seseorang menabrak Elata. Elata terjatuh. Ralat hampir terjatuh. Kalau bahunya tidak di tahan oleh Gama.
Mata indah keduanya beradu pandang. Elata jadi ingat dengan kejadian di lapangan saat ia di hukum bersama Gama.
Elata tersadar
"Ngapain loe pegang, gue?" masih dengan posisi yang sama. Gama menahan bahu Elata
"Lepasin!" Elata setengah berteriak.
Dan...
Bukkk
Kali ini Elata benar-benar terjatuh. Gama yang spontan saat Elata menyuruhnya melepaskan bahunya. Gama melepaskan bahu Elata begitu saja.
"Gama... Sialan loe emang. Kenapa loe lepasis gue? sakit ni bokong gue" Elata mengaduh saat bokongnya mencium jalanan aspal. Mengusap-ngusap bokongnya yang sakit.
"Kan loe sendiri tadi yang minta di lepasin?" Gama membela diri sendiri. Seakan tak mau jika ia di salahkan.
"Ya gak dengan cara loe jatuhin gue juga kali. Bantuin nih!" Elata menyodorkan tangannya minta bantuan pada Gama. Tapi pemuda itu malah menghiraukan tangan Elata.
Ia berlalu begitu saja meninggalkan Elata yang kesakitan. Elata membuka mulutnya setengah tak percaya. Bisa- bisanya Gama melakukan itu pada Elata.
"Gama awas loe ya. Tunggu pembalasan dari gue" Elata berteriak agar Gama bisa mendengarnya. Gadis itu kembali berdiri dari terjatuhnya. Menyusul Gama yang sudah pergi meninggalkannya.
Elata murka karna Gama meninggalkannya. Dan malah dengan sengaja menjatuhkan Elata.
****
TBC
Hai hai reader's . . . .
makasih yang udah mau mampir di karya aku, semoga suka. Jangan lupa tinggalkan jejak ya
lope yu 🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
PENGEPUL MAMAH MUDA
gamalama 🤣🤣🤣
2022-03-08
7
Hasanatul fauziyah
ko akoh ngga liat vidual elata sama gama sih? 🤔🤢
2021-09-29
4
Nur Adam
askn gnteng,,gana ny mn thoor sm leta
2021-09-01
0